Dua malam sebelum operasi, istri saya pun sudah harus menginap di rumah sakit untuk menjalani segala observasi sebelum operasi. Pas hari operasi, semua anak saya izin dari sekolah, dan semua pihak sekolah memberikan dukungan moril kepada anak-anak saya. Kakak-kakak istri saya pun hadir pada operasi tersebut.
Pagi itu sebelum dijemput untuk masuk ke ruang operasi, Kami pun berdoa bersama, Semoga Allah memberikan kekuatan kepada istri saya dan kami semua, serta Semoga operasi berjalan lancar serta membuat semuanya menjadi lebih baik. Istri saya terlihat tegar menghadapi operasi yang akan dijalaninya. Sementara kakak-kakanya malah tidak tahan melihat ketegaran istri saya.
Sebelum hari operasi, saya sudah minta kepada semua keluarga, untuk tidak memperlihatkan kesedihan dan menceritakan cerita-cerita sedih di depan istri saya untuk mendukung mental istri saya menghadapi operasi yang akan dijalani dan kondisi ke depan yang tidak pasti. Kata saya kepada mereka, jika tidak bisa menahan kesedihan di depan istri saya, lebih baik tidak usah datang dan bertemu secara langsung dengan istri saya. Dengan tidak menampakkan kesedihan di depan istri saya, maka hal tersebut lah yang justru akan mendukung perjuangan istri saya.
Beberapa keluarga yang tidak tahan, akhirnya keluar dari kamar, dan mereka menangis di luar. Meraka satu persatu masuk kembali pada saat mereka sudah bisa menenangkan hatinya masing-masing dan memberikan semangat  kepada istri saya.
Setelah istri saya dijemput petugas untuk dibawa ke ruang operasi, semua keluarga yang datang ke rumah sakit sejak pagi buta, menunggu di ruang tunggu operasi. Lalu pas jam jadwal operasi, saya pun dipanggil ke dalam ruang operasi. Di sana saya bertemu dengan tim dokter yang akan mengoperasi istri saya, dan mereka memohon doa agar operasi mastektomi (pengangkatan payudara) yang mereka lakukan berhasil dan saya tetap tegar dalam menghadapi semua ini.
Keluarga yang menunggu di luar terlihat gelisah ketika saya keluar dari ruang operasi. Saya mengajak untuk berdoa bersama, Semoga Allah memberikan yang terbaik bagi istri saya.
Operasi berjalan cukup lama, kami pun makan siang dan shalat dzuhur di ruang tunggu yang disediakan untuk keluarga kami. Menjelang waktu azhar, saya pun dipanggil kembali oleh tim dokter ke ruang operasi, dan menyatakan bahwa operasi alhamdulillah berhasil, dan saat ini istri saya masih belum sadar dan akan dirawat diruang pemulihan hingga bisa dikembalikan ke kamar perawatan. Waktu yang diperkirakan antara 6-12 jam.
Saya pun memberitahukan kepada keluarga, bahwa istri saya masih lama untuk bisa kembali ke kamar perawatan, dan meminta mereka pulang saja dulu. Akan tetapi, tidak ada satu pun dari keluarga yang mau pulang, mereka mau menunggu hingga istri saya kembali ke ruang perawatan.
Tak lama kemudian adzan azhar pun berkumandang, dan kami pun melaksanakan shalat azhar. Setelah shalat azhar, kembali saya dipanggil untuk ke ruang operasi. Semua keluarga berdebar-debar melepaskan saya ke ruang operasi kembali.
Sesampai di ruang pemulihan operasi, saya temukan istri saya sudah sadar dan menurut tim dokter, ini sebuah keajaiban, karena istri saya tak lama habis operasi langsung sadar, dan tak lama kemudian semua hasil check melihatkan kondisi normal untuk kembali ke ruang perawatan. Tim kesehatan pun berkata sekitar satu jam lagi istri saya sudah berada di kamar perawatan kembali. Sekarang mereka sedang mempersiapkan segala sesuatunya untuk memindahkan istri saya kembali ke kamar perawatan.