Berbicara mengenai kejayaan masa lampau di Riau, sebagian besar masyarakat hanya tahu tentang Kesultanan Siak yang fenomenal dan masih meninggalkan istana yang megah di Siak Sri Indrapura.Â
Jika kita pelajari sejarah lebih lanjut, maka akan ditemukan sebuah Kesultanan lain yang pernah berjaya di wilayah Riau khususnya di wilayah Kampar. Kesultanan itu adalah Kesultanan Gunung Sahilan yang terletak di wilayah Rantau Kampar Kiri yang saat ini meliputi Kecamatan Kampar Kiri, Kampar Kiri Hulu, Kampar Kiri Hilir, Kampar Kiri Tengah dan Kecamatan Gunung Sahilan.
Pembahagian wilayah berdasarkan hukum adat Kesultanan Gunung Sahilan berdasarkan Hukum Adat adalah "Dari Pangkalan yang duo laras, Pangkalan Serai di laras kiri dan Pangkalan Kapas di laras kanan dihulu Sungai Subayang dan Sungai Batang Bio sampai ke Muara Langgai". Wilayah Kerajaan Gunung Sahilan terbagi menjadi tiga Rantau yaitu: (Sumber: Pengadilan Negeri Kabupaten Kampar)
- Rantau Daulat yang meliputi Muara Langgai hingga ke Muara Singingi dengan kampung-kampungnya (masyarakat tempatan mengenal sebagai Nagari) yang terdiri atas Mentulik, Sungai Pagar, Jawi-Jawi, Gunung Sahilan, Subarak, Koto Tuo Lipat Kain.
- Rantau Indo Ajo yang meliputi Muara Singingi hingga Muara Sawa dengan nama Nagari terdiri dari Lubuk Cimpur yang disebut dengan kapalo kotonya Gunung Sahilan.
- Rantau Andiko yang meliputi Muara Sawa hingga Kepangkalan yang dua laras dengan nama Nagari terdiri dari Kuntu, Padang sawah, Domo, Pulau Pencong, Pasir Amo (Gema), Tanjung Belit, Batu Sanggan, Miring, Gajah Bertalut, Aur Kuning, Terusan, Pangkalan Serai, Ludai, Koto Lamo dan Pangkalan Kapas.
Kesultanan Gunung Sahilan, sebagai kerajaan yang berdaulat, berdiri setelah runtuhnya Kerajaan Pagaruyung pada awal abad ke 18 Masehi akibat perang paderi.Â
Namun demikian, sebelumnya, Kesultanan Gunung Sahilan sudah merupakan bagian dari Kerajaan Minangkabau yang berpusat di Pagaruyung sejak abad ke-16. Raja pertamanya merupakan cucu keempat dari Sri Maha Raja Diraja di Pagaruyung, yang merupakan Raja pertama Kerajaan Minangkabau. Oleh karena itu, sistem adat-istiadat Kesultanan Gunung Sahilan sama dengan sistem adat Kerajaan Minangkabau yang sudah dipengaruhi oleh ajaran Islam.Â
Untuk mengenang kejayaan Kesultanan Gunung Sahilan tersebut, beberapa tahun terakhir diselenggarakan Festival Gunung Sahilan. Tahun 2023 ini, festival tersebut dikaitkan dengan pekan kegiatan masyarakat dalam rangka 6 tahun penobatan yang Dipertuan Agung Raja ke-XII Rantau Kampar Kiri Gunung Sahilan di Istana Darussalam.
Puncak Festival Gunung Sahilan diselenggarakan pada hari Minggu, 22 Januari 2023 dan dihadiri oleh Gubernur Riau Syamsuar yang disambut oleh Datuk Seri Paduka yang Dipertuan Agung Raja XII Rantau Kampar Kiri Gunung Sahilan H Tengku Muhammad Nizar.
Festival Gunung Sahilan tahun 2023 mengangkat tema ''Saotak Galah Sedayung Sampai, Dek Basamo Mako Kan Jadi''. Gubernur Riau pada kesempatan itu menyampaikan bahwa  banyaknya acara yang diselenggarakan panitia Festival Gunung Sahilan menunjukkan sayangnya kita pada peninggalan sejarah yang tak boleh kita lupakan, abadikan dan harus kita lestarikan sampai negeri ini kiamat.
Melalui kegiatan Festival Gunung Sahilan yang diselenggarakan setiap tahun dan dimasukan ke dalam daftar kalender pariwisata Provinsi Riau, para pewaris Kesultanan Gunung Sahilan akan terus berupaya mengangkat "batang tarondam" yang sesuai dengan moto arak bersandikan sarak, sarak besandikan kitabullah, artinya segala adat istiadat harus sesuai dengan kitab Allah dan sunah Rasul. Di samping itu, para pewaris kesultanan dan masyarakat tempatan menjalin kerjasama dan mendukung program pemerintah daerah guna memajukan Kabupaten Kampar, khususnya wilayah se-Rantau Kampar Kiri.