Masa krisis yang dialami beberapa tahun terakhir sepertinya masih jauh dari usai. Pandemi Covid-19 belum sepenuhnya dinyatakan berakhir, kondisi geopolitik yang masih memanas, inflasi tinggi dan suku bunga yang terus naik, dan ramalan depresi 2023 yang selalu membayangi mebuat banyak orang, termasuk para eksekutif perusahaan dihantui olehe kecemasan yang tidak berkesudahan.
Jika kita menengok ke belakang dan belajar dari berbagai krisis di masa lalu, menunjukkan bahwa perusahaan yang terlalu fokus pada tindakan defensif jangka pendek berisiko mengesampingkan inisiatif penting untuk mengimbangi pasar. Sebaliknya yang memanfaatkan kondisi sulit tersebut dengan merancang nilai bisnis sebagai strategi keluar yang cermat malahan mencapai tujuan jangka panjang, dan bahkan membukukan kemenangan cepat yang tidak terduga.
Saat-saat menantang yang unik seperti kondisi krisis saat ini membutuhkan pendekatan unik, bukan pendekatan buku pedoman standar. Sehubungan dengan kondisi krisis, penelitian McKinsey telah menunjukkan bahwa perusahaan yang menganut budaya merancang nilai bisnis lebih mampu merespons lanskap yang berubah dan menghasilkan kinerja yang lebih baik. Menurut hasil penelitian tersebut, dari tahun 2013 hingga 2018, perusahaan-perusahaan yang memiliki budaya merancang nilai bisnis tersebut memiliki TSR (Total Shareholder Return) 56 poin persentase lebih tinggi daripada perusahaan sejenis.
Perusahaan-perusahaan yang melanjutkan atau meningkatkan investasi mereka dalam inovasi selama resesi 2008--2009 menghasilkan pertumbuhan tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan sejenis dalam waktu tiga sampai lima tahun berikutnya. Mengapa hal itu bisa terjadi? Resesi bukanlah berarti pasar dan kebutuhan pelanggan tiba-tiba berhenti berkembang. Nyatanya, evolusi akibat atau pasca krisis seperti itu sering kali semakin cepat.
Dalam melakukan rancangan nilai bisnis untuk keluar dari masa-masa sulit, desain (rancangan) harus menggabungkan topik seperti keuangan, strategi, dan talent dalam agenda CEO. Desain yang dirancang dengan baik memiliki potensi untuk menciptakan nilai yang signifikan dan meningkatkan ketahanan organisasi. Eksekutif dapat menggunakan fungsi desain untuk melepaskan kekuatan kreativitas dalam strategi dan pemecahan masalah. Sekurangnya ada lima bidang penting yang harus diperhatikan saat merancang desain strategi untuk keluar dari masa-masa sulit.
1. Pertahankan arus kas
- Tantangan CEO: Pemotongan anggaran yang substansial diperlukan untuk memenuhi ekspektasi arus kas.
- Pendekatan yang sering dilakukan: Jeda beberapa atau semua desain dan pengembangan produk.
- Solusi yang seharusnya dilakukan:
A. Prioritaskan satu hingga dua produk untuk terus berjalan dengan kecepatan penuh berdasarkan riset desain terhadap pengguna dan dampak bisnis.
B. Lakukan jeda pengembangan produk baru, namun lanjutkan dengan pemasaran digital baru yang berpusat pada pengguna.
2. Tingkatkan perencanaan skenario dalam strategi
- Tantangan CEO: Arah strategis saat ini harus diadaptasi untuk memperhitungkan tingkat ketidakpastian yang tinggi.
- Pendekatan yang sering dilakukan: Gunakan pendekatan analitis, "otak kiri" untuk menghasilkan skenario.
- Solusi yang seharusnya dilakukan: Lengkapi pendekatan analitis dengan pemikiran desain untuk mengeksplorasi hasil lainnya.
3. Kelola risiko rantai pasokan
- Tantangan CEO: Gangguan rantai pasokan mengancam kemampuan perusahaan untuk mengamankan pasokan dan memenuhi permintaan.
- Pendekatan yang sering dilakukan: Mencoba mencari pemasok alternatif dan cadangan.
- Solusi yang seharusnya dilakukan: Hilangkan suku cadang yang sulit didapatkan dengan mendesain ulang produk berdasarkan kebutuhan pengguna.
4. Tingkatkan standar keberlanjutan dan lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST)
- Tantangan CEO: Pentingnya keberlanjutan dan LST terus meningkat, tetapi investasi di bidang ini berada di bawah tekanan selama masa ekonomi yang sulit.
- Pendekatan yang sering dilakukan: Bertujuan untuk mempertahankan garis pada ESG selama penurunan.
- Solusi yang seharusnya dilakukan: Buatlah "desain yang tidak besar" untuk secara bersamaan mengurangi biaya produk, biaya transportasi, dan jejak karbon.
5. Dorong efisiensi internal
- Tantangan CEO: Meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya umum dan administrasi adalah keharusan.
- Pendekatan yang sering dilakukan: Terapkan metodologi "lean" tradisional.
- Solusi yang seharusnya dilakukan: Terapkan pendekatan menggunakan desain yang sama untuk mengoptimalkan pengalaman pelanggan guna merampingkan proses internal.