Rumah peninggalan orangtua Kakek Merza berada di kawasan Pecinan Pekanbaru. Bila menjelang Imlek, maka sepanjang jalanan akan dipasang lampion merah selama satu bulan penuh hingga malam Cap Go Meh. Dan, dari kecil Kakek Merza pun ikut dalam keramaian dan jamuan makan malam Cap Go Meh bersama para warga perkampungan Tionghoa atau Pecinan.
Malam Cap Gomeh adalah malam purnama setelah Tahun Baru Imlek. Cap Go Meh berasal dari dialek bahasa Hokkian yang berarti malam ke-15. Cap Go Meh lebih populer di Indonesia, Singapura dan Malaysia. Tradisi Cap Go Meh sudah ada sejak era Dinasti Han di abad 2 M. Tradisi ini kemudian terbawa ke Indonesia lewat akulturasi dari masyarakat Tionghoa peranakan.
Pada malam perayaan Cap Go Meh terjadi puncak keramaian. Cap Go Meh  secara harfiah adalah perayaan pada malam ke-15 dalam rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek (Sincia). Pada malam tersebut semua keluarga besar akan berkumpul melewati malam dengan segala keramaian, mulai dari pertunjukan barongsai, tari-tarian dan puncaknya dengan pesta kembang api.
Pada malam Cap Go Meh tersebut akan ditata meja-meja panjang di sepanjang jalan untuk makan malam bersama. Berbagai macam hidangan tumpah ruah malam itu, mulai dari makanan kecil hingga menu makanan utama. Hidangan yang sepertinya menjadi hidangan wajib saat malam Cap Go Meh adalah Lontong Cap Go Meh, selain itu ada pula Laksa dan Mie Lendir. Semuanya itu adalah masakan alkulturasi peranakan Tionghoa-Melayu. Biasanya makanan utama berupa bubur tidak ada, walau di hari-hari biasa warga peranakan suka makan bubur, seperti bubur ayam atau pun bubur kanji.
Dalam kepercayaan warga Tionghoa, pantang makan bubur saat awal tahun baru hingga hari ke lima belas. Alasanya, pada masa lalu, bubur dianggap sebagai makanan bagi orang miskin. Bubur dianggap akan memberikan aura negatif atau nasib buruk. Oleh karena itu, pada perayaan Imlek hingga malam Cap Go Meh, semua anggota keluarga dilarang makan bubur yang dipercaya sebagai simbol kemiskinan.
Kembali kepada makanan utama yang menjadi santapan pada jamuan makan malam keluarga besar di malam Cap Go Meh di kalangan peranakan Tionghoa yang sudah beralkulturasi dengan budaya Melayu. Hidangan yang paling utama adalah Lontong Cap Go Meh dan Laksa. Kedua hidangan tersebut ada lontongnya. Katanya, pada masyarakat China asli ada makanan yang bernama "yuanxiao" yang berbentuk panjang seperti lontong. Memakan lontong pada saat malam Cap Go Meh diibaratkan sebagai doa yang panjang dan padat untuk menjemput kehidupan di tahun baru.
Hidangan utama lain adalah Laksa. Jika Lontong Cap Go Meh, topingnya adalah opor ayam ditambah dengan telor pindang, maka laksa adalah makanan berkuah yang dibuat dari santan kelapa lalu dituangkan di atas mie kemudian diberi topping tahu, udang, dan telur.
Ada lagi maksakan pernakan yang suka muncul pada jamuan makan malam Cap Go Meh di kalangan peranakan Tionghoa-Melayu, yaitu Mie Lendir. Mie Lendir merupakan hidangan dengan bahan dasar  mie kuning basah berukuran besar yang disiram dengan saos kacang dan bahan pelengkap berupa taoge, irisan telur rebus, irisan daun seledri, dan potongan cabai rawit hijau, serta ditambah toping berupa udang.
Hidangan makan malam Cap Go Meh rasanya tidak lengkap jika tidak disertai minuman Yuan Ziao (dalam bahasa Mandarin) atau ronde (dalam Bahasa Indonesia). Ronde adalah bola-bola yang terbuat dari beras ketan dan dimakan bersama kuah gula dan rempah-rempah.
Setelah makanan utama, maka akan banyak makan kecil dan camilan  yang muncul, mulai dari buah-buahan hingga aneka kue, di meja panjang yang dipakai sebagai alas makan. Dan makan pun diselingi oleh berbagai pertunjukan tari-tarian dan barongsai hingga menjelang pergantian hari yang ditutup dengan pesta kembang api.
Demikanlah keramaian dan silahturahim antar keluarga besar keturunan Tionghoa di Pecinan Pekanbaru. Pada acara tersebut berbaur semua keluarga besar dalam berbagai perbedaan keyakinan agama yang dianut oleh masing-masing keluarga. Bagaimana di daerahmu?Â
Akibat Pandemi Covid-19 yang dimulai akhir tahun 2019, maka sejak tahun 2020 hingga tahun 2022, tidak ada keramaian malam Cap Go Meh di Pecinan Pekanbaru. Semoga tahun ini sudah bisa diselenggarakan lagi. Malam Cap Go Mer merupakan malam silahturahmi dan mengenang masa-masa kejayaan orangtua di perkampungan ini. Saat ini sebagian besar anak-cucu warga Pecinan sudah pindah ke berbagai kota dan negara, dan yang masih di Pekanbaru pun memilih tinggal di real estate. Sehingga malam-malam biasa, kawasan ini menjadi sepi., hanya ramai di sianghari sebagai kawasan perniagaan saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H