Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Percakapan yang Tidak Nyaman tentang Burnout

13 Januari 2023   06:38 Diperbarui: 13 Januari 2023   06:39 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Percakapan tidak nyaman tentang burnout, tapi harus dilakukan (by Merza Gamal)

Dalam setiap percakapan dengan insan perusahaan, arahkan ke salah satu hasil berikut: 1) meredakan stres mereka, 2) memastikan mereka memiliki alat yang mereka butuhkan untuk berhasil, atau 3) menghilangkan hambatan.

Terdapat empat jenis percakapan yang dapat dicoba oleh para eksekutif dan manajer terkait dengan burnout syndrome di tempat kerja, yaitu sebagai berikut:

1. Percakapan autentik tentang beban kerja insan perusahaan. 

Sebagai pimpinan mereka, tanyakanlah beberapa hal berikut, "Ketika Anda pulang, apakah Anda memikirkan tentang pekerjaan? Jika Anda memikirkannya, apakah Anda cemas tentang hal itu? Apakah Anda merasa seperti kehilangan sesuatu? Atau, apakah Anda terinspirasi dan bersemangat untuk melakukannya kembali? Dengan kata lain, apakah pekerjaan merupakan  sesuatu yang memberatkan daripada menguntungkan Anda? Lalu, minta mereka untuk menjelaskan apa yang ada dalam daftar pekerjaan jangka pendek dan jangka panjang mereka. Jika perlu, bantu mereka memprioritaskan hal-hal yang penting dan membuang yang tidak berguna dalam daftar pekerjaan mereka.

2. Percakapan realistis tentang kebutuhan kesejahteraan insan perusahaan. 

Tanyakanlah kepada mereka dengan jujur, "Apakah Anda baik-baik saja?" Dan, diskusikan dari mana akar penyebab kekhawatiran atau stres mereka berasal (mungkin pekerjaan, rumah, keuangan, hubungan, dll). Kemudian, diskusikan setiap elemen kesejahteraan mereka dan kembali tanyakan, "Jika saya dapat melakukan sesuatu untuk membantu di salah satu bidang ini, apa yang ingin saya lakukan?" Lalu, bersiaplah untuk membantu mereka.

3. Percakapan yang mendukung tentang kemitraan dan advokasi. 

Tanyakanlah kepada anggota tim Anda, "Ketika Anda merasa lelah, apakah Anda merasa memiliki seseorang untuk diajak bicara tentang perasaan itu?" Pertimbangkan hal berikut ketika mereka menjawab, yaitu: apakah orang yang mereka sebutkan benar-benar membantu meringankan beban mereka? Pertimbangkan bagaimana Anda menjadi coach dan mitra bagi anggota tim Anda.

4. Percakapan mendetail tentang gejala kelelahan pribadi insan perusahaan.

Tanyakanlah kepada mereka, "Saat Anda mulai merasa kelelahan, bagaimana perasaan Anda? Bagaimana respons atau hubungan Anda berubah karena merasa lelah dan jenuh? Apa tanda pertama yang harus saya perhatikan?" Kemudian beri mereka kesempatan untuk merenungkan isyarat kelelahan mereka dan mengomunikasikannya langsung kepada manajer SDM untuk membantu penanganannya.

Perlu dipahami, burnout yang dialami insan perusahaan tidak selalu terlihat jelas. Oleh karena itu, ketika Anda melakukan percakapan di atas, Anda harus mendengarkan dengan saksama apa dan bagaimana insan perusahaan berkomunikasi. Perhatikan gejala fisik insan perusahaan ketika mereka kelelahan di tempat kerja. Setiap insan (termasuk manajer) mengalami kejenuhan secara berbeda. Pemimpin terbaik akan menyadari bahwa pengalaman dan keadaan pribadi mereka mungkin sangat berbeda dari bawahan langsung mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun