Salah satu cara untuk bersiap menghadapi resesi adalah dengan melakukan beberapa pekerjaan persiapan sekarang untuk masa resesi berikutnya, kapan pun itu datang. Hal tersebut menuntut kita memiliki perencanaan skenario, menyusun strategi manajemen risiko, meningkatkan proses agility perusahaan, dan memastikan organisasi memiliki metrik lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST) yang kokoh.
Sebuah institusi atau perusahaan memiliki tanggung jawab kepada orang yang mereka pekerjakan, dan juga kepada masyarakat pada umumnya. Organisasi yang memberhentikan insan perusahaan akan merasakan reaksi balik dari masyarakat, pelanggan, politisi, dan pekerja. Terjadinya resesi akan meningkatkan tuntutan masyarakat agar bisnis dan pemerintah menjalankan fungsinya secara bertanggung jawab.
Ketika resesi terjadi, PHK banyak dilakukan oleh banyak perusahaan. Akan tetapi, PHK tidak serta merta menghemat dan mengurangi biaya lainnya. Riset McKinsey selama dua tahun dengan bisnis manufaktur besar di berbagai sektor menunjukkan bahwa metode pengurangan biaya tradisional (seperti PHK) hanya menghemat sekitar 2 persen biaya, sementara alat digital dan analitik dapat mengurangi biaya hingga 5 persen.
Resesi memang menuntut perubahan. Salah satu cara perusahaan dapat memenuhi tanggung jawab mereka kepada para insannya adalah dengan berinvestasi dalam melatih kembali (reskilling) tenaga kerja yang ada untuk memenuhi persyaratan organisasi yang berubah.
Menurut penelitian McKinsey tentang bagaimana nasib berbagai perusahaan selama resesi yang hebat, ternyata beberapa perusahaan secara signifikan lebih tangguh daripada yang lain. Mereka telah memiliki kinerja yang luar biasa dan tetap mampu memberikan deviden kepada pemegang saham. Lantas, apa yang dilakukan perusahaan tangguh secara berbeda?
Perusahaan-perusahaan yang menunjukkan ketahanan selama Resesi Hebat berfokus pada peningkatan margin selama resesi dengan melakukan pemotongan biaya operasional proaktif. Sebaliknya, perusahaan yang kurang tangguh menunda hal tersebut hingga resesi berlalu. Perusahaan yang tangguh juga cenderung melepaskan diri dari bagian organisasi yang berkinerja buruk. Dengan demikian, mereka  dapat melakukan investasi kembali dengan cara yang mencerminkan parameter ekonomi baru.
Investasi yang berkelanjutan bisa menakutkan dalam resesi. Perusahaan yang berinvestasi di kantong-kantong permintaan yang diketahui telah menunjukkan ketahanan saat terjadinya penurunan.
Resesi dapat dimanfaatkan dengan mengawasi peluang yang muncul saat pesaing melakukan kesalahan langkah. Mengambil aset yang dilepaskan dan talent yang di PHK oleh kompetitor memungkinkan perusahaan untuk mengambil sikap proaktif dalam resesi. Hal tersebut merupakan posisi kekuatan perusahaan yang berhasil dan sukses melewati masa-masa krisis saat resesi hebat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI