Pandemi Covid-19 telah menyadarkan sebagian orang dalam menyikapi pekerjaan mereka. Masa lock down di awal pandemi membuat sebagian perkerja yang memisahkan kehidupan kerja dengan kehidupan keluarga.
Dalam kehidupan nyata, ada yang lebih menyukai waktu dari jam  8 pagi sampai  5 sore dengan memisahkan pekerjaan dan kehidupan, dan ada pula yang lebih menyukai untuk menyatukan pekerjaan dan kehidupan sepanjang hari.
Para pekerja tipe yang pertama adalah pemecah kehidupan kerja yang disebut sebagai "splitter", sementara  mereka yang memiliki tipe yang kedua adalah pencampur kehidupan kerja yang dikenal sebagai "blender". Â
Oleh karena itu, untuk memutuskan kapan dan di mana insan perusahaan, para pemimpin perusahaan dan manajer unit sangat perlu mengetahui mana insan yang merupakan "splitter" dan mana yang "blender".Â
Tipe splitter mungkin bekerja paling baik di rumah atau di kantor tetapi ingin mempertahankan jadwal jam kerja yang ketat di setiap lokasi.Â
Sementara, tipe blender mungkin menyelesaikan pekerjaan pada akhir pekan atau malam hari, atau pagi-pagi sekali sebelum kantor buka.
Tipe splitter lebih lebih tepat dalam pekerjaan produksi. Akan tetapi, menurut survei Gallup 41% insan perusahaan dalam pekerjaan produksi memiliki pola pikir blender. Sementara itu, untuk sebagian besar jenis pekerjaan lainnya, pembagiannya mendekati 50:50.
Menurut survei Gallup, pekerja di lokasi lebih cenderung menjadi splitter sebesar 61%, tetapi 39% dari pekerja tersebut masih memiliki mentalitas blender.Â
Namun demikian, meskipun 60% pekerja hybrid dan jarak jauh lebih suka berbaur (tipe blender), masih ada 40% yang lebih suka membagi waktu antara pekerjaan dan kehidupan (tipe splitter).
Komposisi tipe splitter dan blender pada Gen Z dan generasi muda milenial terbagi rata. Milenium yang lebih tua cenderung lebih suka memadukan pekerjaan dan kehidupan (blender).Â
Bertambahnya usia pekerja, membuat kecenderungan pekerja ingin membagi pekerjaan dan kehidupan (splitter). Â Sementara itu, pada kaum baby boomer, 45% lebih menyukai perpaduan antara pekerjaan dan kehidupan (blender).
Hasil survei Gallup juga menunjukkan bahwa di antara pekerja di Amerika, ditemukan pembagian seimbang hampir 50:50 di antara dua preferensi splitter dengan blender.Â
Hal tersebut cukup mengejutkan, mengingat peningkatan besar-besaran dalam pekerjaan hybrid, di mana pekerjaan dan kehidupan lebih menyatu dari sebelumnya untuk sebagian besar pekerjaan.
Analisis Gallup dalam mempelajari perbedaan antara pekerja yang lebih suka memisahkan pekerjaan dan kehidupan atau memadukan keduanya, ditemukan bahwa persentase insan perusahaan yang memiliki engagement tinggi pada dasarnya sama.Â
Bagi seorang pekerja yang memilki engagement kepada perusahaan, seperti juga tingkat keberhasilan mereka secara keseluruhan, kedua preferensi kehidupan kerja ini dapat menjadi mereka selalu produktif dan memuaskan.
Tipe blender (53%) lebih mungkin untuk mencari pekerjaan lain dibandingkan tipe splitter (48%).Â
Hal tersebut menghadirkan tantangan yang sedikit lebih besar bagi organisasi untuk mempertahankan insan perusahaan type blender yang memiliki engagement.Â
Tipe blender memiliki tingkat kejenuhan lebih besar (32%) Â dibandingkan dengan tipe splitter (29%).
Oleh karena itu, seorang manajer perlu bertanya kepada insan dalam tim mereka seperti apa kehidupan terbaik yang bisa mereka bayangkan.Â
Apakah mereka splitter atau blender? Apakah anggota tim mereka keberatan menerima email di akhir pekan atau di luar jam kerja? Apakah mereka berkembang menyesuaikan diri dengan terus-menerus mengikuti perkembangan?
Apakah mereka merasa terganggu ketika kehidupan rumah tangga terganggu oleh aktivitas kantor? Apakah mereka menganggap pekerjaan dan kehidupan berjalan lancar?
Meskipun kedua tipe splitter dan blender berbeda, tetapi tidak berari bahwa salah satu tipe tidak memiliki engagement yang tinggi kepada organisasi perusahaan dan menjadi tidak produktif.Â
Namun demikian, jika para pemimpin dan manajer tidak mengetahui mana yang tipe splitter dan mana yang blender, maka dapat menyebabkan keterlibatan (engagement) yang lebih rendah, perasaan tidak hormat dan lebih banyak kelelahan (burnout) untuk semua.
Dengan memahami masing-masing pekerja yang termasuk splitter atau blender, maka para pemimpin dan manajer dapat membuat strategi kerja hybrid yang memberikan insan perusahaan apa yang mereka butuhkan untuk melakukan yang terbaik. Hal- hal yang perlu dipelajari lebih dalam adalah :
- Pelajari lebih lanjut tentang kerja hybrid dan work from home.
- Lacak data terbaru tentang pekerjaan hybrid dan work from home.
- Temukan apa yang diungkapkan data tentang masa depan kerja hybrid.
Keberhasilan manajer memahami tipe para insan dalam tim, apakah termasuk splitter atau blender, serta mampu menyusun strategi kerja hybrid yang efektif.
Maka tingkat produktif perusahaan akan terjaga bahkan meningkat, serta bisa menahan talent yang prospektif tidak meninggalkan perusahaan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H