Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Banyak Milenial dan Gen Z Menolak Menikah?

20 Desember 2022   13:57 Diperbarui: 8 Januari 2023   16:44 1424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Mengapa menolak menikah) (Grafis olahan Merza Gamal)

Alasan lain mengapa banyak millenial dan Gen Z tidak mau menikah adalah merasa teman sekelas perempuannya selalu ingin mengontrol anak laki-laki. Oleh karena itu, banyak remaja dan anak muda laki-laki  menghindari wanita dan memilih untuk bersenang-senang dengan teman pria yang kemudian berlanjut menjadi kencan sesama jenis.

Jawaban beberapa generasi muda yang akhirnya memilih berkencan dengan sesama lelaki melihatkan bahwa Kaum Pelangi, saat ini, sudah tidak malu-malu lagi mengakui keadaan mereka di berbagai belahan dunia.

Terkait dengan dunia kerja, Gallup, sebagai sebuah Lembaga yang bergerak dalam bidang pengembangan sumberdaya manusia, melaporkan berdasarkan survei yang di release pada Februari 2022 menemukan  banyak kejutan terkait keberadaan kaum Pelangi di dunia kerja sejak tahun 2012.

Hasil survei tersebut antara lain menemukan bahwa satu dari lima orang (hampir 20%) dewasa Gen Z mengidentifikasi diri sebagai kaum pelangi, dan identifikasi biseksual adalah yang paling umum di antara kaum pelangi. Memang, survei tersebut dilakukan di Amerika, namun gambaran dari survei tersebut bisa saja terjadi dibelahan bumi lain, termasuk di Indonesia.

Gen Z, tidak seperti generasi sebelumnya. Mereka tumbuh di media sosial, dengan akses ke komunitas dan konten yang menormalkan kehadiaran dan representasi kaum pelangi. Banyak konten cerita serta kebenaran individu dan selebritas kaum pelangi di media sosial membuat mereka menjadikan kehidupan seperti itu adalah sesuatu yang lumrah.

Kondisi tersebut juga sudah terjadi di Indonesia. Beberapa pasangan kaum pelangi dari Milenium dan Gen Z telah berani menampakkan diri di TikTok, Instagram dan YouTube dengan membuat live streaming bersama pasangan mereka. Ratusan ribu follower dan subscriber terdaftar dalam akun mereka, bahkan sudah ada yang jutaan. Bahkan bintang-bintang Y Film (istilah film romance kaum pelangi) dari Korea dan Thailand menjadi idola di Indonesia, dan pertunjukan panggung mereka dengan tiket harga diatas setengah juta hingga tiga juta rupiah ludes sebulan sebelum mereka manggung.

Fenomena tersebut di Indonesia, saat ini bagaikan gunung es. Kita tidak dapat hanya memaki keadaan. Masing-masing kita yang memiliki keluarga dan sanak saudara perlu menanamkan nilai-nilai agama dan moral, serta menjaga tingkah laku dan pergaulan yang sesuai dengan norma kepatutan bagi anak-cucu kita.

Wallahualam bishowab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun