Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Misteri Bankir Kembar antar Bangsa (Bagian ke-20)

15 Desember 2022   06:45 Diperbarui: 15 Desember 2022   06:56 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Misteri Bankir Kembar Antar Bangsa (Bagian ke-20). Koleksi Pribadi

Sesampai Aku dan Gustav di hotel, Cheon, Nguyen, Joong, dan Gonzales telah bersiap untuk berangkat. Kami pun bersegera masuk ke dalam minivan yang disediakan Deutsche Bank untuk perjalanan ke Frankfurt. Barang-barang aku dan Gustav telah berpindah dari mobil yang membawa kami dari rumah ke minivan oleh driver keluarga Gustav yang cekatan.

Agenda kami hari ini, Selasa, 24 September 1991 adalah sebelum ke Frankfurt akan singgah dulu ke pabrik pengolahan daur ulang plastik yang mendukung proyek ramah lingkungan Pemerintah Federal Jerman di kota Mannheim. Kota Mannheim tidak jauh setelah melewati kota Heidelberg dari arah Stuttgart. Kami diterima dengan ramah oleh salah satu manajer dan beberapa staf pabrik pengolahan limbah plastik.

Perusahaan pengolahan limbah plastik tersebut menawarkan konsep pembuangan individual yang mempertimbangkan aspek ekonomi dan lingkungan. Pengelolaan limbah hemat sumber daya memenuhi kebutuhan zaman dan mengarah pada masyarakat yang berkelanjutan. Meskipun PBB baru menerbitkan Dokumen Lingkungan Hidup dan Pembangunan pada tahun 1992 yang dikenal dengan Deklarasi Rio yang ditandatangani di Rio de Janeiro-Brasil, namun pemerintah Federal Jerman sudah terlebih dahulu menetapkan hal tersebut di negaranya.

Pemerintah Jerman sudah merancang program perlindungan iklim di Jerman pada tahun 1990 yang merupakan penugasan Kanselir Jerman kepada Kementerian Federal untuk Lingkungan Hidup, Konservasi Alam dan Keamanan Nuklir pada tanggal 15 Januari 1990. Namun standar tinggi dan nilai batas yang ketat, dalam pengendalian polusi udara, perlindungan air, dan banyak bidang lingkungan lainnya, telah diterapkan di Jerman sejak tahun 1980-an yang membentuk dasar perlindungan lingkungan yang efektif.

Perusahaan yang kami datangi adalah sebuah perusahaan pembuangan limbah bersertifikat dengan area penyimpanan dan aula milik sendiri serta armada kendaraan gudang yang luas dengan berbagai teknologi mesin untuk menyimpan dan mengolah plastik berikut limbahnya. Mereka mengumpulkan plastik langsung dari produsen dan mengangkutnya secara profesional ke gudang dengan menggunakan sistem dan wadah penampung sendiri.

Plastik yang dikirim ke departemen pemrosesan, terlebih dahulu melalui proses penyortiran yang ekstensif. Hal ini mencegah pencampuran dan kontaminasi serta memastikan kualitas produk yang tinggi secara konsisten dan hasil regrinds dapat digunakan langsung oleh produsen dan peracik sehingga berfungsi sebagai pengganti yang sempurna untuk barang baru.

Hasil regrinds tersebut diperdagangkan ke seluruh dunia. Perusahaan tersebut juga memiliki peralatan ekstensif untuk memuat dan mengirimkan bahan mentah sekunder dalam bal, palet, atau dalam jumlah besar, tergantung kebutuhan pelanggan. Untuk semua aktivitas tersebut, pabrikan disertifikasi menurut DIN EN ISO dalam manajemen kualitas dan lingkungan.

Sungguh menarik dan mendapatkan banyak tambahan ilmu selama lebih setengah hari berada di pabrik tersebut. Menjelang sore kami melanjutkan perjalanan ke Frankfurt. Sebelum ke hotel, kami mampir dulu makan malam bersama di sebuah resto.

Setelah makan malam, kami pun diantar ke hotel. Gustav mengajakku untuk menginap di apartment-nya saja. Namun aku katakan kepadanya bahwa aku di hotel saja seperti awal kami di Jerman. Gustav kali ini menyerah tidak membujukku untuk tinggal di apartment selama di Frankfurt sebelum aku pulang ke Jakarta. Namun, Gustav menyampaikan, besok pulang dari Kantor Pusat Desutsche Bank, ikut dia ke Apartment. Aku tidak mengiyakan, tapi juga tidak menidakkan.

Pagi hari Rabu, 25 September 1991, kami pun menuju Kantor Pusat Deutsche Bank, dan seharian berada di sana. Kami dibekali apa saja yang harus kami lakukan sepulang dari Jerman dengan menerapkan segala training dan magang yang didapat selama di Singapore dan Jerman.

Kata manajer program kerjasama antar lembaga Deutsche Bank kepada kami, Kerjasama dengan negara-negara Asia Pacific dengan pendanaan melalui Asia Development Bank ini menjadi hal yang penting bagi pemerintah Jerman untuk ikut membangun masa depan bumi yang lebih baik dengan mengurangi emisi CO2 dan menyelamatkan lapisan ozone di permukaan bumi.

Pemerintah Jerman telah merancang pembangunan ekonomi, sosial dan ekologi yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perhatian terhadap lapisan ozone, iklim dan keanekaragaman hayati mencerminkan tanggung jawab Jerman sebagai negara industri dan berkembang untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan.

Pendekatan tindakan juga dalam kebijakan lingkungan Jerman. Dengan strategi aksi kebijakan lingkungan yang menghubungkan aspek ekonomi, sosial dan ekologi, Jerman mewujudkan konsep yang layak untuk masa depan yang mempertimbangkan tanggung jawab Jerman sebagai mitra dalam kerja sama global.

Ekonomi sirkular yang kompatibel dengan lingkungan, tanggung jawab produk yang komprehensif, dan pencemar membayar biaya penggunaan lingkungan adalah tujuan desain penting dari strategi nasional ini untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan di Jerman. Standar tinggi dan nilai batas yang ketat telah diterapkan di Jerman sejak tahun 1980-an dalam pengendalian polusi udara, perlindungan air, dan banyak bidang lingkungan lainnya, membentuk dasar perlindungan lingkungan yang efektif. Fokus aksi, di tahun 1990-an, adalah integrasi lebih lanjut perlindungan lingkungan di semua bidang aksi dan politik.

Aku benar-benar mendapatkan sesuatu yang baru selama di Jerman. Jika saat di Singapore lebih banyak bicara sistem keuangan dan mekanisme pembiayaan dari bank kepada proyek rehabilitasi lingkungan yang akan didanai, maka di Jerman banyak belajar untuk memahami manajemen perlindungan lingkungan itu sendiri.

Aku sangat berharap apa yang aku pelajari selama di Jerman, dapat aku terapkan dengan baik. Aku sadar kondisi di Jerman sangat jauh berbeda dengan kondisi di Indonesia tanah airku.

Di Jerman, semua sudah tersistem dan teratur. Lebih jauh dari itu semua aparatnya bekerja sesuai dengan SOP dan memenuhi azas-azas GRC (Governance, Risk, Compliance) dengan baik. Sementara pengalamanku mengelola kredit program (setahun sebagai assistance manager dan hampir setahun sebagai manager) banyak membuatku harus mengurut dada.

Di lapangan, tidak mudah menerapkan segala azas-azas GRC yang digunakan oleh negara-negara maju seperti Jerman. Tidak sedikit program-program pembiayaan yang dibiayai dari program pemerintah dan lembaga-lembaga donor tidak berjalan semestinya. Banyak main mata yang terjadi antara pengelola proyek dengan oknum-oknum petugas pemerintah yang seharusnya mengawasi kelancaran proyek-proyek tersebut. Dan tidak sedikit akhirnya proyek itu macet, dan pemerintah harus mengganti dana tersebut untuk mengembalikannya kepada lembaga donor pada saat jatuh tempo.

Sebagai anak muda, aku ingin ada perubahan, walau hal itu sangat berat untuk terjadi. Namun aku yakin, bahwa negeriku bisa berubah jika semuanya ingin berubah dari dirinya masing-masing. Aku selalu mendengarkan nasehat Ibu untuk menjadi anak muda pelopor perubahan untuk negeri tercinta Indonesia Tanah Airku.

Ibu selalu bercerita, bagaimana almarhum Ayah sepulang dari Jerman mengabdikan dirinya sebagai dokter sukarelawan negara untuk memberantas wabah malaria yang banyak menyerang berbagai pelosok negeri saat itu, bahkan Ayah mengantarkan nyawanya saat berjuang untuk memberantas malaria. Ayah pun meninggal dunia karena malaria yang menyerangnya ketika sedang menyelamatkan banyak nyawa akibat wabah malaria.

Aku selalu terpesona dan penuh semangat mendengar cerita Ibu tentang almarhum Ayah sebagai seorang dokter sukarelawan negara. Oleh karena itu, aku selama ini tidak pernah membayangkan bahwa Ayah adalah seorang keturunan Jerman seperti terungkap lewat pembicaraan teleponku dengan Tante Nuniek.

Oh, semua misteri tentang almarhum Ayah dan diriku ingin cepat-cepat aku ungkap saat aku sudah bertemu Ibu di Jakarta.

Bersambung...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun