Kegiatan magang kami di Stuttgart adalah mempelajari proyek Manajemen Energi Bangunan Publik. Proyek itu telah berjalan sejak tahun 1977, dan berhasil menghemat sekitar enam juta megawatt jam energi pemanas di Stuttgart dengan 0,6 juta megawatt jam listrik, serta mengurangi emisi CO2 sebesar 1,8 ton.
Proyek tersebut di Stuttgart sangat bermanfaat dan menjadi percontohan manajemen energi yang kemudian modelnya diadopsi oleh berbagai kota metropolitan dalam pengaturan dan pengurangan konsumsi energi di gedung-gedung kota. Proyek Manajemen Energi Bangunan Publik tersebut lebih efektif daripada pembangkit listrik tenaga nuklir. Â
Di samping itu, di Stuttgart kami juga akan mempelajari pengembangan lanskap yang dilindungi dan kawasan konservasi alam dalam membangun kota metropolitan hijau. Stuttgart merupakan kota metropolitan terhijau di Jerman, dimana hampir tidak ada penduduk kota yang tinggal lebih jauh dari 300 meter dari ruang hijau. Bahkan, di pusat kota, area vegetasi alami terlihat dari segala penjuru.
Dalam sesi magang di Stuttgart, kami banyak berhubungan dengan Amt fr Umweltschutz - Landeshauptstadt Stuttgart (Kantor Perlindungan Lingkungan - Ibukota Negara Bagian Stuttgart). Â Kami magang di Kantor itu selama tiga hari, dari Rabu hingga Jumat.
Aku sangat terkagum-kagum dengan pegawai kantor tersebut ketika mengenalkan diri dan tugas mereka. Pegawai tersebut mengatakan dengan ramah bahwa Kantor Perlindungan Lingkungan melihat dirinya sebagai bagian dari masyarakat kota dengan tugas mengembangkan dan menerapkan solusi yang dapat diterima secara ekologis, ekonomi dan sosial untuk tantangan masa depan ibu kota negara bagian Stuttgart.
Kami diajak selama tiga hari tersebut turun ke lapangan melihat berbagai implementasi perlindungan lingkungan yang dilakukan di Stuttgart. Kami melihat secara langsung sel surya di atap balai kota yang berkontribusi pada pasokan listrik dari energi terbarukan. Semoga semua itu bisa diterapkan di Indonesia tanah airku. Pemerintah Jerman telah siap membantu baik secara teknis maupun fasilitas pembiayaan.
Kami akan berada di kantor Cabang Deutsche Bank Stuttgart hari Senin, 23 September 1991 untuk merangkum apa yang didapat dari magang di Badan Perlindungan Lingkungan Stuttgart dan mempelajari teknis pembiayaan bank terhadap proyek terkait dengan perlindungan lingkungan. Dan, hari Selasa rencananya kami kembali ke Franfkfurt.
Selama di Stuttgart, akhirnya aku ikut menginap di rumah keluarga Gustav sesuai permintaan Papa dan Mama. Jam pulang kantor, hari-hari selama di Stuttgart dihabiskan dengan kebersamaan keluarga Gustav. Papa dan Mama sudah terang-terangkan memperlakukan aku sebagai saudara kembar Gustav yang hilang selama ini.
Aku masih tetap dengan logikaku, sesuai dengan dokumen-dokumen terkait tentang aku dan Ayahku. Di dalam dokumen yang pernah aku lihat, usiaku berbeda satu tahun dengan Gustav. Ayahku seorang warganegara Indonesia. Nama Ayahku dalam berbagai dokumen yang aku miliki adalah Jatmiko Rachman, sedangkan Ayah Gustav bernama Nicolaus Ehrlichmann.
Walau pun kusadari batinku mulai melemah menerima pengaruh logikaku. Batinku semakin dekat dengan Gustav yang memang begitu gencar mendekatiku dan mencuci otakku sejak pertemuan di Singapore bahwa aku pasti saudara kembarnya yang hilang dan telah ditemukan kembali saat ini. Demikian pula dengan sikap dan keyakinan Mama bahwa aku adalah anaknya yang dibawa suaminya ketika mereka bercerai. Dan, ditambah dengan sikap Papa yang begitu memperhatikanku selama di Stuttgart. Belum lagi Vera yang sangat bahagia bila berada dekatku.
Setiap pulang kantor telah tersedia berbagai makanan kecil untukku yang disediakan Mama. Dan, setiap makan malam ada saja hidangan yang katanya khusus dibuatkan untukku. Aku benar-benar serasa seorang anak yang sudah lama tidak pulang ke rumah orangtuanya. Â Segala perhatian dicurahkan untukku.