Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Apa Pun yang Terjadi, Indonesia Tanah Airku (Bagian ke-7)

28 November 2022   08:56 Diperbarui: 28 November 2022   12:07 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Apa Pun yang Terjadi, Indonesia Tanah Airku (Bagian ke-7) - Dokpri

Weker kecil yang kubawa dari Jakarta, telah berbunyi tepat jam lima pagi. Aku bersiap-siap untuk shalat subuh. Hari ini, Senin 9 September 1991, musim panas masih berasa, sehingga mandi dan berwudhu tidak ada masalah sama sekali. Waktu subuh sekitar jam lima lewat dua puluh menit. Jika musim dingin, waktu subuh lebih lambat dari saat musim panas.

Selesai shalat aku menyiapkan segala sesuatu yang mau dibawa ke kantor Deutsche Bank. Jam tujuh, Gustav akan menjemput aku dan 4 peserta lain, yakni Cheong dari Malaysia, Nguyen dari Vietnam, Joong dari Korea, dan Gonzales dari Filipina. Setelah beres-beres, aku pun melepon ke kamar Cheong, mengajak kita bareng-bareng sarapan ke resto yang menyediakan fasilitas sarapan untuk tamu hotel sebelum berangkat ke kantor.

Sekitar jam 6.15 kami pun kumpul di tempat sarapan. Jam 7 kurang kami pun menu lobby. Di sana, Gustav terlihat baru datang. Tak lama setelah saling tegur, kami pun keluar hotel dan berangkat jalan kaki ke kantor. Jarak hotel ke Gedung Kembar Deutsche Bank tidak jauh, hanya beberapa ratus meter. Terasa nyaman jalan di pedestrian jalan di Frankfurt. Aku pun merindukan, suatu saat di Jakarta juga bisa nyaman jalan di trotoar-trotoar Jakarta, seperti di sini dan juga seperti di Singapore yang nyaman.

Sesampai di Gedung Deutsche Bank, Gustav pun mengenalkan kami kepada resepsionis sebagai peserta magang dari negara-negara Asia yang mengikuti program Kerjasama Deutsche Bank dengan Asian Development untuk kredit rehabilitasi lingkungan bantuan pemerintah Jerman.

Kami pun menuju sebuah ruangan tempat kami beraktivitas selama di Kantor Pusat Deutsche Bank. Pas jam delapan, Kepala Departemen Kredit Program Lingkungan menemui kami, dan memberikan briefing apa saja yang akan kami lakukan selama di Jerman. Hari ini kami akan dipertemukan dengan Direktur Kredit Program Kerjasama Antar Lembaga untuk mendapatkan pembekalan, dan diskusi dengan berbagai personal yang terkait dengan Program Kredit Lingkungan. Besok kami akan memulai perjalanan untuk melihat dan belajar beberapa proyek rehabilitasi lingkungan.

Gustav akan menjadi buddy kami selama di Jerman. Kami akan tinggal di dua kota untuk mempelajari proyek secara detail, masing-masing sepekan. Pekan terakhir, kami akan mengunjungi proyek yang lain secara random sebelum kembali ke Kantor Pusat dan selanjutnya kembali ke negara kami masing-masing.

Entah karena memang Tuhan mengatur sedemikian rupa, atau ada tangan Gustav ikut mengatur jadwal proyek yang kami kunjungi untuk belajar. Proyek yang akan kami lihat dan pelajari secara detail ada di kota Heidelberg dan Stuttgart. Selama di kantor, Gustav tidak menyinggung hal itu sama sekali dan tidak ada pembicaraan pribadi sama sekali denganku. Hanya jam istirahat makan siang, seperti saat di kantor Singapore, dia selalu dekat dan mengikutiku.

Aku pun shalat dzuhur dan menjamak shalat azhar setelah makan siang di sebuah pojok employee rest area. Gustav duduk dekat lokasi aku shalat, seakan ikut menjaga aku shalat. Dari kelima peserta, hanya aku yang Muslim, sehingga aku tidak punya teman untuk bareng melakukan shalat.

Sorenya kami pun kembali ke Hotel dan diminta siap-siap jam tujuh pagi untuk berangkat ke Heidelberg. Selama perjalanan kami akan menggunakan minivan yang disediakan Deutsche Bank.

Sesampai di Hotel, Gustav mengikutiku ke kamar tempatku menginap di hotel. Berbeda dengan di kantor, di kamar banyak hal yang dibicarakan Gustav denganku. Aku kagum dengan dia, bisa membedakan diri saat jam kerja dengan di luar jam kerja. Bisa membedakan urusan professional dengan urusan pribadi.

Sebagai orang Indonesia, hal itu sesuatu yang jarang bisa kutemui di negeriku. Di kantor, seringkali urusan pribadi dan urusan kantor bercampur aduk. Semuanya tentu ada sisi negative dan positifnya antara yang kurasakan selama aku magang di Deutsche Bank, baik selama di Singaporee, apalagi hari ini di Jerman dengan yang terjadi di Indonesia.

Wajah Gustav terlihat lebih cerah dari biasanya. Setelah aku shalat maghrib dan menjamak isya, Aku dan Gustav pun turun ke bawah, makan malam bersama di resto yang ada di sekitar lobby hotel. "Tak sabar, rasanya mempertemukan Morgan dengan Mama di Stuttgart," ucap Gustav di selah-selah kami makan. Selesai makan dan ngobrol sebentar, Gustav pun pamit pulang, dan aku naik ke kamarku di atas.

Banyak pelajaran hidup yang baru selama sebulan sejak meninggalkan Jakarta. Ditambah pula dengan teka-teki kehidupanku sejak bertemu Gustav di Singapore. Setiap berbicara dengan Ibu di telepon, Ibu selalu menyampaikan dia tidak mau kehilanganku, aku adalah anaknya, aku adalah satu-satunya miliknya di dunia ini. Dan, jika sudah mendengar isak tangis Ibu di ujung telepon, aku pun tak tahan, walau ada sesuatu rahasia yang belum terkuak tentang siapa aku sesungguhnya. Di lain sisi, perasaanku sebagai seorang saudara kepada Gustav semakin erat.

Tepat jam tujuh pagi, kami pun memulai perjalanan dari Hotel di pusat kota Frankfurt menuju Heidelberg. Perjalanan Frankfurt-Heidelberg lebih kurang satu jam. Sekitar jam setengah sembilan pagi, kami sampai di Kantor Cabang Deutsche Bank di Heidelberg. Di sana kami disambut oleh beberapa staff cabang. Kami bertemu dengan Branch Manager yang memberikan beberapa arahan sebelum meninjau lokasi proyek rehabilitasi lingkungan yang menjadi mitra Deutsche Bank.

Proyek pertama yang kami pelajari adalah Pengembangan Program Pengurangan Emisi CO2 di kota Heidelberg sebagai prioritas pembangunan berkelanjutan. Perencanaan sedang disusun oleh pemerintah kota bersama Institute for Energy and Environmental Research (Institut Penelitian Energi dan Lingkungan).  Terdapat 200 tindakan yang disajikan oleh Institut dalam Konsep Perlindungan Iklim Heidelberg yang rencananya mulai diimplementasikan tahun 1992.

Proyek tersebut merupakan implementasi kesadaran global akan pentingnya pembangunan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan menghasilkan pembentukan World Commission on Environment and Development (Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan) pada tahun 1983 dan menghasilkan laporan Brundtland, "Masa Depan Kita Bersama", pada tahun 1987.

Salah satu permasalahan utama pemerintah kota Heidelberg adalah kebijakan transportasi lokal yang memiliki dampak lingkungan. Sementara itu, banyak penumpang yang bepergian ke sana kemari di Heidelberg setiap hari. Bencana nuklir Chernobyl tahun 1986 membuat pemerintah Jerman menyadari harus melakukan sesuatu untuk penyelamatan energi. Bencana tersebut menimbulkan banyak perdebatan tentang masalah energi yang diselenggarakan di banyak kota, termasuk Heidelberg.

Proyek pemerintah kota Heidelberg tersebut dilakukan sebagai bagian dari program "Perlindungan Atmosfer" Federal Jerman yang ditujukan untuk mengurangi emisi sebesar 25 hingga 30% pada tahun 2005. Agar proyek tersebut bisa mendukung keberhasilan kebijakan pembangunan berkelanjutan, maka pemerintah kota harus memiliki kemampuan untuk melibatkan bisnis, pemerintah, dan masyarakat sipil. Mekanisme partisipasi lokal dilakukan oleh walikota dengan mengundang semua warga dan organisasi yang tertarik untuk berpartisipasi dalam forum transportasi (Verkehrsforum).

Di kemudian hari, kota Heidelberg menjadi panutan dalam manajemen energi. Konsep energi mengarah pada adopsi standar energi rendah untuk bangunan kota baru yang lebih ketat dari peraturan nasional dan persyaratan energi rendah untuk petak bangunan yang dijual oleh pemerintah kota. Konsep perlindungan iklim dan konsep energi ditinjau tersebut pada tahun 2004 dan juga pada tahun 2010. Hasilnya, antara tahun 1987 dengan tahun 2011, emisi CO2 di sektor bangunan umum turun hingga 40%.

Lebih lanjut, dua dasawarsa kemudian, pada tahun 2012, Heidelberg menjadi kota percontohan untuk "Masterplan 100% Klimaschutz". Klimaschutz adalah sebuah program kota netral iklim yang dipimpin oleh Kementerian Lingkungan Hidup Federal Jerman, dengan target berikut: mengurangi emisi CO2 hingga 95% dan memangkas setengah penggunaan energi 2050.

Selama mengikuti dan mempelajari perencanaan proyek tersebut, baik di Kantor Lingkungan Kota (Umweltamt)  dan  IFEU (lembaga energi dan lingkungan Heidelberg), aku benar-benar merasakan suasana aparat pemerintahan yang professional dan sangat care pada masyarakatnya. Hal tersebut sangat berbeda dengan yang kurasakan jika berhubungan dengan aparat pemerintah di negeriku saat itu. Meskipun kita membawa program untuk kesejahteraan rakyat yang terkait dengan instansi mereka, tapi mereka tidak antusias dan sering berlaku tidak professional.

Selama di Heidelberg, kami sangat sibuk. Mungkin karena merupakan sesuatu yang baru bagi sebagian kami dari negara-negara Asia. Di luar jam kantor, Gustav mengajak mencoba berbagai makanan yang ada di Heidelberg pada malam hari. Beberapa kali, saat sedang tidak jadwal internship di rumah sakit, Vera ikut menemani kami menyusuri Heidelberg. Kami akan berada dan belajar di Heidelberg sampai Senin, dan Selasa kami akan melanjutkannya ke Stuttgart.

Walaupun Selasa kami akan ke Stuttgart, tapi Gustav dan Vera sudah merencanakan akan membawaku akhir pekan di Stuttgart, bertemu Papa dan Mama mereka...

Bersambung...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun