Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Apa Pun yang Terjadi, Indonesia Tanah Airku (Bagian ke-4)

24 November 2022   04:43 Diperbarui: 24 November 2022   05:08 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Morgan, meski pun kamu tak mengakui aku saudara kembarmu, tapi kuminta kau rela untuk terus bersamaku selama kita ditugaskan di Singapore. Aku akan membawamu ke Jerman menemui Ibu dan suatu saat akan terbukti bahwa kamu kembaranku sesungguhnya."

Lama-lama aku pun menaruh iba dan merasa semakin dekat dengan Gustav. Aku pun kagum dengan kegigihan Gustav untuk setiap saat meyakinkanku sebagai saudara kembarnya yang hilang. Bahkan, untuk menghormatiku sebagai kembarannya, Gustav pun tidak mau minum bier di saat beberapa acara penutup makan malam yang kami hadiri selama di Singapore.

Sepekan sebelum pelatihan dan on the job di Singapore berakhir, kami dipanggil ke ruangan Direkur Area  Deutsche Bank Asia Pacific. Di sana selain beliau juga ada Direktur Program dari Asian Development Bank (ADB).

Berbagai hal disampaikan kepada kami berlima sebagai peserta training dan on the job. Dan di bagian akhir, Direktur program dari ADB menyatakan bahwa training akan dilanjutkan ke Jerman selama beberapa minggu untuk melihat beberapa proyek rehabilitasi lingkungan di beberapa kota di Jerman. Gustav akan tetap menjadi buddy kami selama di Jerman.

Kami seakan tidak diberi kesempatan untuk menerima atau menolak tugas tersebut. "Direksi Bank Anda semua sudah diberitahu, dan tidak ada jedah waktu untuk kembali ke negara kalian sebelum berangkat ke Jerman," papar sang Direktur. "Proyek ini harus segera berjalan di negara kalian, karena pemerintah Jerman akan segera menggelontorkan dana bantuan untuk program ini," lanjut sang Direktur.

Keluar dari ruangan Direktur Area, Gustav langsung memelukku dan berseru, "Puji Tuhan, Dia telah mengabulkan doaku membawa Morgan ke Jerman menemui ibu."

Pulang kantor, aku langsung menelpon Ibu, memberitahukan bahwa aku lanjut tugas ke Jerman. Kembali kudengar suara isak Ibu, "Morgan, kamu adalah anak Ibu dan satu-satunya milik Ibu yang berharga saat ini. Jangan sekali-kali kamu menginggalkan Ibu ya Nak..."

Aku tidak tahan mendengarkan kata-kata Ibu. Tetapi hatiku selalu bertanya, mengapa Ibu berkata demikian? Mengapa Ibu takut aku akan meninggalkannya? Apa sebenarnya yang terjadi pada diriku? Adakah sesuatu yang ditutupi tentang keberadaanku di dunia ini?

Waktu berangkat ke Jerman pun tiba. Kami berlima dari lima negara Asia yang mendapatkan tugas dari ADB berangkat didampingi oleh Gustav sebagai buddy dari Deutsche Bank. Hari Jumat, 6 September 1991 kami pun take off dari Changi International Airport menuju Frankfurt International Airport. Penerbangan yang cukup melelahkan, kami pun baru mendarat di Frankfurt keesokan harinya setelah melewati penerbangan nonstop sekitar 14 jam. Selama penerbangan Gustav benar-benar menjadi buddy yang baik bagi kami semua.

Hari Senin, kami akan melapor dan mendapatkan pengarahan dari Kantor Pusat Deutsche Bank di Frankfurt. Hari selanjutnya kami akan melihat dan mempelajari beberapa proyek rehabilitasi lingkungan di beberapa kota Jerman.

Bersambung...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun