Hidup di Jadetabek (Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi) kita seperti diburu waktu, dan tidak sempat untuk membina hubungan silahturahim yang baik antar tetangga. Bahkan, banyak di antara penghuni suatu cluster perumahan tidak saling kenal dengan tetangga sebelah-menyebelah.
Memang, alasannya bisa diterima dan masuk akal, yaitu kebanyakan penduduk Jadetabek sudah keluar rumah sebelum matahari bersinar, dan kembali sampai di rumah matahari pun sudah terbenam. Bahkan, tak jarang sebagian karena kesibukannya baru sampai di rumah lewat jam sembilan malam.
Demikian pula pada akhir pekan, karena sudah sibuk dengan aneka kegiatan selama hari kerja, maka waktnya untuk istirahat dan "me time". Pada saat libur, rata-rata pergi berlibur ke luar kota atau ke luar negeri. Bahkan saat hari raya keagamaan, seperti Idul Fitri, malah rumah-rumah di cluster perumahan ditinggalkan oleh penghuninya.
Dengan demikian, jadi wajar, hubungan silahturahim apalagi persaudaraan di cluster perumahan sangat tipis, seperti juga di cluster perumahan Kakek Merza tinggal di kawasan Kota Mandiri Bintaro Jaya yang sebagian wilayahnya masuk dalam Kota Administarif Jakarta Selatan dan sebagian masuk ke dalam Kota Tangerang Selatan.
Namun, tiba-tiba di awal tahun 2020, dunia diributkan oleh virus Covid-19, dan pada bulan Maret menjadi pandemi dan Jakarta serta penyanggahnya Depok, Tangerang, dan Bekasi diberlakukan PSBB (pembatasan sosial berskala besar). Akibatnya, warga cluster tidak bisa kemana-mana. Kemudian PSBB dilanjutkan dengan PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat).
Kondisi pembatasan itu, ternyata ada hikmahnya, di mana saat ini hubungan silahturahim dan kekeluargaan antar warga cluster menjadi terjalin dalam ukhuwah yang erat.
Sebelum pamdemi, dalam cluster hanya ada mushalah kecil yang jarang dikunjungi oleh para warga untuk beribadah. Untuk beribadah shalat Jumat bagi yang beragama Islam, biasanya dilakukan di sekitar kantor para warga bekerja. Saat Ramadhan, untuk taraweh dilaksanakan di Masjid Raya Bintaro Jaya, yang jaraknya seikitar 300 meter dari Cluster kami.
Oleh karena semakin banyak cluster yang dibangun di pemukiman Kota Mandiri Bintaro Jaya, maka Masjid Raya yang berkapasitas 3.000 jamaah itu pun sering penuh sesak. Untuk itu, warga pun bersepakat akan meningkatkan mushalah dalam cluster menjadi Masjid. Beberapa cluster memang sudah membangun masjid dengan meningkat sarana mushalah yang ada di atas tanah yang disiapkan pihak pengembang Pembangunan Jaya.
Namun ketika itu, masih ada pemikiran, Masjid yang agak besar untuk menampung warga Muslim yang 50% dari seluruh warga cluster dengan jumlah rumah sekitar 300'an itu hanya akan ramai pada bulan Ramadhan saja mengingat aktivitas sebagian warga sehari-hari memang di luar rumah. Sementara biaya pembangunan yang dibutuhkan untuk membangun masjid yang cukup bagus untuk cluster perumahan tersebut dibutuhkan dana sekitar Rp 5 milyar.
Namun, sebagian berpendapat justru dengan adanya masjid, mungkin banyak kegiatan bersama yang bisa dilakukan warga cluster. Akhirnya, terkumpullah dana yang dihimpun warga cluster, baik dana pribadi atau pun dana donator dari jaringan para warga, sekitar Rp 2,5 milyar. Dengan modal itu direncanakan akan dibangun dulu separuh dari keselurahan rancangan masjid yang dibuat oleh arsitek.
Ketika mushalah dirobohkan untuk membangun masjid, tiba-tiba datang lah pandemi Covid-19 dan diikuti oleh PSBB yang membuat warga tidak bisa keluar dari cluster. Untuk keluar di sekitar Kota Mandiri Bintaro Jaya saja harus memenuhi prosedur yang sangat ribet.
Namun justru itulah awal hikmah yang didapat untuk menyatukan warga dalam rasa persaudaraan yang selama ini bertetangga, tetapi hampir tidak pernah bersilahturahim bahkan tidak sedikit yang tidak saling mengenal. Kondisi pandemi membuat antar warga saling peduli. WAG Warga Cluster pun menjadi aktif bahkan super aktif. Segala informasi tumplek dalam WAG Warga Cluster.
Warga akan saling menjaga lingkungan, mencegah jangan sampai ada tetangganya yang terkena Covid-19 yang pada saat awal dianggap cukup mengerikan. Dan, mushallah yang baru dirobohkan untuk pembangunan masjid pun menjadi perhatian. Singkat cerita, dana yang terkumpul baru separoh dari anggaran keseluruhan akhirnya terkumpul secara penuh.
Dengan demikian, di tengah pandemi malah pembangunan masjid jadi lebih cepat karena udah mendapatkan tukang yang sedang tidak bekerja di berbagai proyek yang dihentikan sementara, serta dana yang terkumpul sudah ada semuanya. Masjid pun bisa selesai separuhnya dalam waktu kurang dari setahun, sehingga ketika Idul Fitri tahun 2021, di halaman dan jalan depan masjid bisa digunakan untuk shalat Ied. Di mana pada saat itu karena dalam cluster tidak ada yang kena Covid-19 dan dinyatakan Kawasan hijau terbatas, maka bisa diselengarakan shalat Ied, bahkan shalat taraweh khusus warga juga bisa dilaksanakan.
Dari situ, hubungan antar warga semakin dekat dan akrab, dan pembangunan masjid terus berlanjut hingga pada saat Idul Fitri tahun 2022 sudah jadi semuanya, dan kembali digunakan untuk shalat Ied dan tentu saja taraweh dan itikaf selama Ramadhan.
Sekarang masjid sudah menjadi sarana pemersatu warga yang mendekatkan para tetangga dalam silaturahim persaudaraan yang erat. Masjid cukup ramai pada waktu shalat subuh sebelum sebagian warga berangkat beraktivitas, kemudian kemabli ramai pada saat shalat maghrib dan lebih ramai pada waktu shalat isya (karena rata-rata sudah kembali ke rumah).
Pada akhir pekan, setelah shalat subuh dan pengajian ba'da subuh, warga masih sempat untuk bercenggrama dan sarapan bersama sebelum melakukan kegiatan lain. Demikian pula di saat-saat khusus, di malam hari akhir pekan diadakan pengajian dan makan malam bersama.
Selain itu, bagi yang bukan beragama Islam pun menjadi akrab dan dekat, untuk pertemuan diadakan di lapangan cluster, seperti peringatan HUT Kemerdekaan RI, acara pergantian tahun dan berbagai aktivitas lainnya.
Jadi, dibalik sebuah musibah, ada hikmah yang bisa dipetik akibat pembatasan kegiatan para warga akhirnya sering ketemuan dan menjadikan mereka akrab dan menjalin silahturahim kekeluargaan sehingga masjid pun bisa terbangun dengan cepat. Terbangun masjid dengan cepat pada saat masa pandemi membuat warga jadi rajin ke masjid, dan saat pembatasan dilonggarkan, warga sudah terbiasa shalat berjamaah ke masjid baru di dalam cluster.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H