Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Optimisme terhadap Harapan Bukan Angan-angan

4 Oktober 2022   11:54 Diperbarui: 4 Oktober 2022   12:08 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Optimis Terhadap Harapan Bukan Angan-angan (by Merza Gamal)

Kata harapan, optimis dan angan-angan adalah tiga kata yang sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Namun ketiga kata tersebut memiliki makna yang berbeda. Mengetahui perbedaannya, dapat mengevaluasi diri kita, apakah selama ini  sedang menumbuhkan harapan, rasa optimis atau angan-angan.

Menurut Shane J Lopez di dalam bukunya "Making Hope Happen" (Atria Books: Juli, 2014), harapan adalah sebuah keyakinan akan masa depan yang lebih baik dan pada saat yang bersamaan muncul keberdayaan untuk mewujudkan hal tersebut. Harapan bukan hanya sebuah emosi, tetapi juga esensial alat kehidupan. Harapan adalah indikator utama kesuksesan dalam hubungan, akademis, karier, dan bisnis.

Sementara itu, pengertian optimis menurut KBBI, adalah seseorang yang selalu berpengharapan atau berpandangan baik dalam menghadapi segala hal. Robert E Franken di dalam bukunya yang berjudul "Human Motivation" (Thomson Wadsworth: Januari, 2007), menjelaskan bahwa pengertian optimis adalah sebuah cakupan dari variabel-variabel biologis. Dimana sebuah optimisme akan dianggap sebagai hasil dari gaya penjelasan tertentu atau explanatory style. Hal tersebut lebih mengarah kepada pendekatan kognitif.

Lain lagi dengan pengertian angan-angan, menurut KBBI adalah proses berpikir yang dipengaruhi oleh harapan-harapan terhadap kenyataan yang logis. Berangan-angan biasanya berangkat dari rasa ketidakpuasan yang disertai keinginan untuk memperoleh sesuatu yang lebih dibandingkan dengan kondisi diri saat ini. 

Bagi sebagian orang, berangan-angan bisa menjadi salah satu cara seseorang menghibur diri tatkala menyaksikan jauhnya asa untuk meraih apa yang dia cita-citakan, atau harapan yang sulit untuk diwujudkan namun tidak mustahil suatu saat nanti akan diraih.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat kita pahami bahwa "harapan" memiliki dua unsur yang sangat penting, yaitu bagaimana kita melihat masa depan dan bagaimana kita merasa berdaya. Kedua unsur tersebutlah yang membedakan antara harapan, optimis dan angan-angan

Optimis, memiliki unsur harapan yang pertama, yaitu memiliki keyakinan yang tinggi terhadap sesuatu yang akan terjadi di masa depan, namun bisa jadi, kita tidak memiliki daya kuasa untuk mewujudkannya.

Sementara itu, angan-angan tidak memiliki kedua unsur harapan. Angan-angan hanyalah sebuah keinginan akan sesuatu yang terjadi di masa depan yang tidak didasari oleh keyakinan yang kuat bahwa hal tersebut akan terjadi, dan pada saat yang bersamaan tidak ada kuasa atau kendali untuk dapat mewujudkannya.

Ketiga proposisi di atas, baik harapan, optimis dan angan-angan memiliki satu kesamaan, yaitu adanya keinginan. Perbedaannya terletak pada keyakinan bahwa sesuatu yang bisa diwujudkan atau tidak, dan keyakinan bahwa "saya" bisa mewujudkannya atau tidak.

Apabila kita telaah lebih dalam, sebuah harapan akan memberikan energi bagi seseorang untuk bertindak lebih baik dibandingkan dengan optimis dan angan-angan. Pada sebuah harapan muncul rencana, gambaran akan hal-hal yang sebaiknya dilalui, bahkan dapat dikaji apa hambatan yang perlu diselesaikan. Sehingga dengan demikian, dalam sebuah harapan seseorang tahu persis langkah-langkah yang akan dilakukannya untuk segera mewujudkan harapan tersebut.

Sebuah keoptimisan juga mendatangkan pola pikir yang positif karena akan membuat seseorang mampu mengatasi masalah dengan sebaik mungkin. Selain itu, rasa optimis adalah suatu hal yang bisa memicu timbulnya sebuah harapan baru di masa depan yang lebih baik. 

Seseorang yang memiliki rasa optimis akan menjalani hidupnya dengan penuh gairah dan semangat. Ketika menjalankan aktivitas, seorang yang optimis akan menempatkan dirinya pada suasana yang baik. Dia akan melihat segala sesuatunya sebagai sebuah peluang daripada masalah. Keoptimisan tidak mungkin ada pada angan-angan.

Optimis merupakan salah satu cara dalam memandang dunia. Di dalam kehidupan ini, akan lebih banyak hak untuk memilih. Akan tetapi, pilihan tersebut harus dipertanggung jawabkan, supaya hidup dapat berjalan dengan baik.

Berbeda dengan harapan dan rasa optimis, maka angan-angan dapat merapuhkan iman. Kebanyakan manusia berpikir ingin hidup bersenang-senang dahulu, kemudian suatu saat bertaubat dan memperbanyak ibadah. Namun naas maut menjemput saat mereka sedang lalai dan belum banyak bekal amal.

Allah swt, Tuhan Sang Maha Pengatur Hidup, membenci kaum yang panjang angan-angannya namun lupa beramal untuk akhiratnya. Kemudian maut menjemput mereka dengan tiba-tiba sedang mereka dalam ketidaksiapan. Mereka menyangka umur mereka panjang, sedang maut mengintai setiap malam dan siang. Banyak asa dunia belum tergapai, namun amal akhirat nyaris tak sampai.

Berkaitan dengan angan-angan, Allah berfirman, "Pahala dari Allah itu bukanlah angan-anganmu dan bukan pula angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan kejahatan itu, dan dia tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah.'' (QS. An-Nisaa' (4): 123)

Ayat tersebut mengajarkan kepada kita untuk tidak terbuai oleh mimpi-mimpi indah atau angan-angan kosong. Angan-angan adalah ilusi atau khayalan dan merupakan salah satu alat atau perangkat yang dipergunakan setan untuk menyesatkan umat manusia.

Menurut pakar tafsir al-Razi, angan-angan itu tercela dan dikecam oleh agama, karena menimbulkan dua keburukan, yaitu:

  • Sifat loba (rakus) yang membuat seseorang bisa menghalalkan segala ambisi untuk menggapai keinginannya;
  • Sifat ingin kekal di dunia yang membuat seseorang bisa lupa diri dan tidak perlu bertobat, serta tidak akan berpengaruh baginya petuah atau nasihat.

Oleh karena itu, tinggalkan angan-angan yang muluk-muluk dalam hidup kita. Hal tersebut penting untuk meningkatkan iman, sebab, hakikat dunia hanya sesaat saja. Banyak berangan-angan hanyalah memenjara diri dan memupuk perasaan cinta dunia semata. Padahal, hidup di dunia hanyalah sesaat saja.

Wallahua'alam bishowab

Terus Semangat!!!

Tetap Semangat...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun