Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Wabah Monkeypox Sudah Menembus 100 Negara

3 September 2022   20:57 Diperbarui: 3 September 2022   22:00 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Poster Kampanye Pencegahan Penularan Wabah Monkeypox-ECDC 03 (ecdc.europa.eu)

Wabah cacar monyet atau monkeypox telah ditetap WHO sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional pada tanggal 23 Juli 2022.

Pada saat penetapan WHO (World Health Organization), negara yang tertular virus monkeypox sebanyak 74 negara dengan kurang dari tujuh belas ribu kasus. Namun per tanggal 2 September 2022, dilaporkan secara resmi sudah 100 negara yang sudah tertular wabah monkeypox dengan 53.027 kasus. 

Indikasi utama penularan virus monkeypox yang mewabah saat ini bukanlah akibat penularan dari monyet, namun indikasi utamanya adalah penularan seksual. Sebagaimana yang disampaikan oleh Sekjen WHO pada saat konferensi pers", bahwa saat ini wabah monkeypox terkonsentrasi di antara pria yang berhubungan seks dengan pria, terutama mereka yang berganti-ganti pasangan.

Oleh karena itu, WHO selain merekomendasikan kepada semua pemerintahan negara, juga menyerukan kepada organisasi masyarakat sipil, termasuk mereka yang berpengalaman dalam bekerja dengan orang yang hidup dengan HIV, untuk bekerja bersama WHO dalam memerangi stigma dan diskriminasi agar dapat menghentikan penularan dan mengendalikan wabah monkeypox. 

Merespon WHO, European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) atau Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa, mengeluarkan beberapa poster untuk mengingatkan masyarakat agar waspada dengan wabah monkeypox yang menyerang banyak negara di Eropa yang arahnya lebih kepada hati-hati dalam menghadiri pesta dan acara, seperti beberapa poster berikut: 

Image: Poster Kampanye Pencegahan Penularan Wabah Monkeypox-ECDC 01 (ecdc.europa.eu)
Image: Poster Kampanye Pencegahan Penularan Wabah Monkeypox-ECDC 01 (ecdc.europa.eu)

Poster Pertama, bunyinya "Jika Anda memiliki gejala cacar monyet, periksakan ke penyedia layanan kesehatan Anda. Sebelum mengambil bagian dalam acara apa pun musim panas ini." Gambar ilustrasinya adalah para anak muda. Dan gambar insert adalah pasangan sesama lelaki sedang duduk mesra.

Image: Poster Kampanye Pencegahan Penularan Wabah Monkeypox-ECDC 02 (ecdc.europa.eu)
Image: Poster Kampanye Pencegahan Penularan Wabah Monkeypox-ECDC 02 (ecdc.europa.eu)

Poster Kedua, bunyinya, "Setiap orang rentan terhadap cacar monyet. Stigma menghambat perjuangan melawan virus. Waspadai gejalanya. Jangan ragu untuk menghubungi penyedia layanan kesehatan Anda jika Anda bertobat." Di sini disampaikan kata frasa "jika Anda bertobat (if you're convered)".

Image: Poster Kampanye Pencegahan Penularan Wabah Monkeypox-ECDC 03 (ecdc.europa.eu)
Image: Poster Kampanye Pencegahan Penularan Wabah Monkeypox-ECDC 03 (ecdc.europa.eu)

Poster Ketiga, bunyinya, "Waspadai gejala cacar monyet. Jika Anda memiliki gejala, istirahatlah dari pesta dan acara dan hubungi penyedia layanan kesehatan Anda." Di sini, lagi-lagi ditekankan adalah "istirahatlah dari pesta dan acara".

Dalam kampanyenya, ECDC tidak ada poster terkait pencegahan wabah monkeypox yang mengambarkan penularan virus tersebut dari monyet.

Bahkan CDC (Scientists at the Centers for Disease Control and Prevention) atau Ilmuwan di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat dalam kampanye penyegahan wabah monkeypox agar tidak semakin berkembang malah secara terang-terangan memasang gambar ilustrasi pasangan sesama laki-laki di tempat tidur. 

Image: Cuplikan Kampanye CDC untuk pencegahan penularan wabah monkeypox (File by Merza Gamal)
Image: Cuplikan Kampanye CDC untuk pencegahan penularan wabah monkeypox (File by Merza Gamal)

Dalam kampanyenya, CDC, menyampaikan bahwa vaksinasi adalah alat penting dalam mencegah penyebaran monkeypox. Namun, mengingat persediaan vaksin yang terbatas saat ini, hal yang dianjurkan adalah mengubah sementara beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terpapar monkeypox.

Lebih lanjut, CDC menyampaikan bahwa mengurangi atau menghindari perilaku yang meningkatkan risiko paparan monkeypox juga penting ketika seseorang berada di antara suntikan vaksin pertama dan kedua. Perlindungan akan tertinggi dua minggu setelah dosis vaksin kedua.

CDC juga menyampaikan untuk membiasakan bertukar informasi kontak dengan pasangan baru untuk memungkinkan tindak lanjut kesehatan seksual, jika diperlukan. Bicarakan dengan pasangan tentang gejala monkeypox dan waspadai ruam atau lesi baru atau yang tidak dapat dijelaskan di salah satu tubuh, termasuk mulut, alat kelamin (penis, testis, vulva, atau vagina), atau anus.

CDC menasehatkan, jika Anda atau pasangan Anda pernah atau baru saja mengalami gejala cacar monyet, atau Anda memiliki ruam baru atau yang tidak dapat dijelaskan di mana saja di tubuh Anda, jangan berhubungan seks dan temui penyedia layanan kesehatan. Dalam beberapa kasus, gejalanya mungkin ringan, dan beberapa orang bahkan mungkin tidak tahu bahwa mereka menderita monkeypox.

Bagi yang merasa sehat, CDC memberikan tips untuk mengurangi kemungkinan terkena monkeypox bagi orang-orang yang aktif secara seksual, sebagai berikut:             

  • Beristirahatlah sementara dari aktivitas yang meningkatkan paparan cacar monyet sampai dua minggu setelah dosis vaksin kedua diberikan.
  • Batasi jumlah pasangan seks untuk mengurangi kemungkinan terpapar.
  • Ruang seperti "ruang kencan", sauna, klub seks, atau pesta seks pribadi dan publik, di mana kontak seksual yang intim dan sering anonim dengan banyak pasangan terjadi, lebih mungkin menyebarkan cacar monyet.
  • Kondom (lateks atau poliuretan) saja tidak dapat mencegah semua paparan monkeypox karena ruam dapat terjadi di bagian lain dari tubuh.
  • Sarung tangan (lateks, poliuretan, atau nitril) juga dapat mengurangi kemungkinan paparan jika memasukkan jari atau tangan ke dalam vagina atau anus.
  • Sarung tangan harus menutupi semua kulit yang terbuka dan dilepaskan dengan hati-hati untuk menghindari menyentuh permukaan luar.
  • Hindari berciuman atau bertukar ludah karena monkeypox dapat menyebar dengan cara ini.
  • Bermasturbasi bersama dalam jarak tanpa menyentuh satu sama lain dan tanpa menyentuh ruam apa pun.
  • Lakukan seks virtual tanpa kontak langsung.
  • Pertimbangkan untuk berhubungan seks dengan pakaian atau menutupi area di mana ruam muncul, mengurangi sebanyak mungkin kontak kulit ke kulit.
  • Perlengkapan kulit atau lateks juga memberikan penghalang untuk kontak kulit-ke-kulit; pastikan untuk mengganti atau membersihkan pakaian/perlengkapan antara pasangan dan setelah digunakan.

Namun demikian, ketahuilah bahwa cacar monyet juga dapat menyebar melalui sekresi pernapasan dengan kontak tatap muka yang dekat. Ingatlah untuk selalu mencuci tangan, perlengkapan fetish, mainan seks, dan semua kain (seprai, handuk, pakaian) setelah berhubungan seks.

Jika di Eropa dan Amerika, sudah dijelaskan bahwa mencegah penyebaran wabah monkeypox adalah dengan mengurangi aktivitas terkait kontak seksual, maka di negara berkembang hal yang disampaikan untuk pencegahan lebih banyak terkait kontak dengan hewan peliharaan, termasuk di Indonesia yang juga sudah masuk kedalam daftar wabah monkeypox oleh WHO, walau secara resmi baru ditemukan satu kasus. (Semoga tidak ada lagi kasus monkeypox di Indonesia)

Mungkin bagi negara berkembang masih tabuh untuk berbicara masalah kontak seksual atau hubungan intim, sehingga kampanye pencegahan penularan wabah monkeypox tidak menyentuh apa yang disampaikan oleh WHO sebagai indikasi utama wabah monkeypox saat ini. 

Sebagian pihak masih berbicara tentang Monkeypox pertama kali ditemukan pada tahun 1958 ketika dua wabah penyakit mirip cacar terjadi di koloni monyet yang dipelihara untuk penelitian selama suatu periode dalam upaya intensif untuk menghilangkan cacar, daripada membicarakan indikasi utama penularan monkeypox yang menjadi wabah di berbagai negara dunia saat ini.

Sebenarnya, wabah monkeypox saat ini dapat dijadikan momen untuk kampanye kepada masyarakat, terutama generasi muda, untuk tidak tergoda dengan rayuan kampanye kaum pelangi yang menganggap hal tersebut adalah suatu hak pilihan hidup. 

Saatnya untuk kembali memperkuat sendi-sendi keagamaan pada keluarga dan lingkungan kita untuk hanya berhubungan intim dengan pasangan yang sah menurut keyakinan iman agama kita masing-masing.

Wallaualam bishowab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun