Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tanggapan Masyarakat Amerika setelah Setahun Meninggalkan Afghanistan

28 Agustus 2022   08:50 Diperbarui: 28 Agustus 2022   08:57 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image:  Suasanan di bandara Kabul Afghanistan setahun yang lalu (Sumber Photo: www.atlanticcouncil.org)

Masyarakat Amerika cenderung memprioritaskan isu terorisme secara berbeda berdasarkan faktor-faktor termasuk usia dan keberpihakan. Sekitar tiga perempat masyarakat berusia 65 tahun ke atas (76%) mengatakan bahwa membela melawan terorisme harus menjadi prioritas utama bagi presiden dan Kongres, dibandingkan dengan 32% dari masyarakat yang berusia di bawah 30 tahun. Sementara itu, sekitar dua pertiga dari Partai Republik (65%) mengatakan itu harus menjadi prioritas utama, dibandingkan dengan 48% partisan Demokrat.

Setelah hampir setahun berlalu, Afghanistan sejenak kembali menjadi berita utama di awal Agustus ini, setelah serangan pesawat tak berawak CIA pada tanggal 31 Juli 2022 menewaskan pemimpin al Qaeda Ayman al-Zawahiri. Hal tersebut merupakan serangan pertama Washington yang diketahui di Afghanistan sejak pasukan AS pergi. Presiden Biden memberikan pidato di televisi untuk menandai keberhasilan tersebut.

Bagi Sebagian masyarakat, serangan tersebut dapat memperumit pembicaraan yang sudah sulit yang dilakukan pejabat AS dengan Taliban untuk melepaskan miliaran aset bank sentral Afghanistan yang dipegang asing dan mengakhiri pelanggaran hak asasi manusia. Para pejabat AS tetap khawatir tentang kemampuan pengumpulan intelijen AS karena hingga setahun berlalu, militer tidak dapat mencapai kesepakatan pangkalan apa pun dengan negara-negara dekat Afghanistan.

MERZA GAMAL 

  • Pengkaji Sosial Ekonomi Islami
  • Author of Change Management & Cultural Transformation
  • Former AVP Corporate Culture at Biggest Bank Syariah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun