Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Batalnya Elon Musk Membeli dan Laporan Whistleblower Twitter

26 Agustus 2022   10:09 Diperbarui: 26 Agustus 2022   10:17 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tanggal 26 April 2022, Elon Musk resmi membuat kesepakatan membeli Twitter dengan harga 44 miliar dollar AS atau sekitar Rp 634 triliun. Rencananya setelah Twitter dibeli Elon Musk, Twitter akan menjadi perusahaan privat, bukan lagi perusahaan publik yang melantai di bursa saham AS.

Berdasarkan transaksi jual beli tersebut, maka para pemegang saham akan menerima 54,20 dollar AS (sekitar Rp 750.000) secara tunai untuk per saham Twitter yang mereka miliki,  dan merupakan 38 persen dari premi harga penutupan saham Twitter pada 1 April yang menjadi hari perdagangan terakhir sebelum Musk mengungkap kepemilikan sahamnya di Twitter.

Akan tetapi, di tengah jalan, Elon Musk mengakhiri kesepakatannya untuk membeli Twitter pada tanggal 13 Mei 2022. Berita pembatalan tersebut juga disampaikan oleh Elon di akun twitter beliau.

Twitter deal temporarily on hold pending details supporting calculation that spam/fake accounts do indeed represent less than 5% of usershttps://t.co/Y2t0QMuuyn

 --- Elon Musk (@elonmusk) May 13, 2022

Pembatalan atau penangguhan pembelian twitter tersebut oleh Elon Musk, menurut pengacaranya, Skadden Arps Mike Ringler karena "Twitter belum memenuhi kewajiban kontraknya." Ringler mengklaim bahwa Twitter tidak memberikan Musk informasi bisnis yang relevan yang dia minta, seperti yang tertera di dalam kontrak. Musk sebelumnya mengatakan bahwa klaim Twitter bahwa sekitar 5% dari pengguna aktif harian (mDAU) yang dapat dimonetisasi adalah akun spam dapat dibuktikan.

Sementara itu, Ketua Dewan Direksi Twitter, Bret Taylor, mengatakan bahwa perusahaannya masih berkomitmen untuk mengunci kesepakatan sesuai dengan rencana awal serta tidak segan mengambil langkah hukum untuk menegakkan kesepakatan. Hal tersebut juga diungkapkannya dalam tweet-nya, "Kami yakin kami akan menang di Delaware Court of Chancery," pada tanggal 9 Juli 2022.

Belum selesai silang sengketa antara Elon Musk dengan Dewan Direksi Twitter, tiba-tiba muncul laporan dari akun mantan eksekutif Twitter, yang juga mengklaim bahwa perusahaan tidak pernah memiliki kemampuan atau minat untuk secara akurat menghitung jumlah akun bot di platform. Tuduhan eksplosif dilontarkan di akun Twitter oleh mantan kepala keamanan dan peretas produktif Peiter "Mudge" Zatko, yang bergabung dengan Twitter pada November 2020 dan dipecat oleh CEO Parag Agrawal pada Januari 2022.

Zatko menyampaikan keluhan dalam laporannya yang berjumlah lebih dari 200 halaman kepada Securities and Exchange Commission (SEC) yang merinci masalah di Twitter dan kegagalannya untuk mempertahankan standar keamanan yang memadai. Keluhan lengkap diperoleh dan diterbitkan dalam bentuk yang disunting pada 23 Agustus 2022 oleh CNN dan Washington Post.

Dalam laporannya, Peiter Zatko menuduh bahwa sejumlah pelanggaran keamanan serius telah diizinkan terjadi di Twitter dalam beberapa tahun terakhir, antara lain adalah:

  • Dari 7.000 insan perusahaan, sekitar setengahnya memiliki akses ke data pribadi dan sensitif pengguna, dengan sedikit pengawasan atau praktik pemantauan;
  • Informasi pengguna juga didistribusikan secara luas melalui jaringan luas di server Twitter;
  • Twitter tidak menghapus data pengguna secara andal setelah mereka membatalkan akun mereka, dalam beberapa kasus karena perusahaan telah kehilangan jejak informasi, dan telah menyesatkan regulator tentang apakah itu menghapus data seperti yang diharuskan untuk dilakukan;
  • Twitter mengizinkan sejumlah pemerintah asing untuk memasang agen di Twitter yang memiliki akses ke sejumlah besar data sensitif.

Pengungkapan yang disampaikan Peiter Zatko yang paling memberatkan untuk masa depan Twitter, mungkin, adalah tuduhan bahwa perusahaan dengan sengaja mengabaikan jumlah bot di platformnya. Hal tersebut bisa menjadi senjata Elon Musk yang sedang mempersiapkan pertempuran hukumnya dengan perusahaan atas batalnya atau penangguhan kesepakatan pembelian Twitter.

Selama ini, Twitter telah mengatakan dalam bahwa akun palsu atau spam mewakili kurang dari 5% dari pengguna aktif harian yang diyakini Twitter dapat menghasilkan uang dengan iklan. Dan, klarifikasi hal tersebut yang tidak didapat oleh Elon Musk sehingga dia menagguhkan pembelian Twitter.

Pengungkapan Zatko bahwa statistik tidak menyajikan gambaran lengkap tentang jumlah akun spam di platform, karena itu tidak mewakili akun spam sebagai persentase dari semua akun di Twitter, namun hanya sebagai bagian dari beberapa pengguna Twitter terpilih yang ditemukan perusahaan.

Peiter Zatko mengatakan pada tahun 2021, kepala integritas situs Twitter mengatakan kepadanya bahwa perusahaan tidak benar-benar tahu berapa banyak bot yang mungkin ada di Twitter. Para eksekutif tidak memiliki insentif untuk mencari tahu. Menurut Zatko, pengungkapan 5% tersebut, karena "mereka khawatir bahwa jika pengukuran yang akurat pernah dipublikasikan, itu akan merusak citra dan penilaian perusahaan."

Sehubungan dengan tuduhan Zatko tersebut, CEO Twitter, Parag Agrawal dalam tweet-nya pada bulan Mei mengatakan bahwa perusahaan "sangat didorong untuk mendeteksi dan menghapus spam sebanyak mungkin, setiap hari."

Terkait hal tersebut, Twitter telah mengatakan kepada CNN, klaim bahwa mereka tidak tahu berapa banyak bot di platformnya tidak memiliki konteks, dan CEO Twitter menegaskan kembali bahwa tidak semua bot itu buruk, serta menambahkan bahwa untuk fokus pada jumlah total bot di Twitter akan mencakup bot yang mungkin sudah dimiliki perusahaan. Twitter juga tidak akan dapat menangkap setiap akun spam di platform, sehingga itulah sebabnya dia melaporkan angka kurang dari 5%, yang mencerminkan perkiraan manual, dalam pengajuan keuangannya.

Menurut Zatko, keamanan siber Twitter sangat rentan, dan pusat data Twitter terus-menerus berisiko mati. Twitter telah salah menggambarkan kemampuannya untuk pulih dari pemadaman pusat data secara simultan. Lebih setengah dari 500.000 server Twitter berjalan pada perangkat lunak usang, banyak yang diduga tidak memiliki standar keamanan dasar seperti kemampuan untuk mengenkripsi data yang disimpan, sementara server lain tidak lagi menerima dukungan vendor karena perangkat lunak yang mereka jalankan sudah terlalu tua.

Selanjutnya, jika beberapa pusat data gagal pada saat yang sama, dan  kurangnya proses pemulihan komprehensif, maka Twitter akan menjadi insiden yang berpotensi bencana untuk memaksa Twitter ditutup selama berbulan-bulan atau bahkan secara permanen dalam "acara akhir perusahaan yang ada".

Peiter Zatko juga menyampaikan bahwa Twitter juga belum membayar hak kekayaan intelektual untuk semua kumpulan data yang melatih kecerdasan buatannya, Akibatnya, beberapa fitur inti Twitter, seperti algoritme rekomendasi yang memutuskan tweet apa yang akan ditampilkan kepada pengguna, mungkin beroperasi secara ilegal.

Dengan demikian, jika perusahaan yang memasok data menggugat untuk menegakkan hak-hak mereka, maka hal tersebut dapat menyebabkan kerugian finansial yang besar bagi Twitter dan bahkan berpotensi memaksanya untuk berhenti menawarkan fitur-fitur yang diduga telah dibuat dengan pelanggaran.

Mencermati laporan mantan Kepala Keamanan dan Peretas Produktif Twitter, Peiter "Mudge" Zatko, maka pembatalan atau penagguhan Elon Musk membeli Twitter tampaknya masuk akal.

Kasus pembatalan atau penangguhan Elon Musk membeli Twitter diperkirakan akan diadili di Delaware Court of Chancery pada bulan Oktober 2022. Pengungkapan terbaru Peiter Zatko ini, bisa menjadi keuntungan terbesar bagi peluang CEO Tesla untuk menang dalam perkara peradilan tersebut.

MERZA GAMAL 

  • Pengkaji Sosial Ekonomi Islami
  • Author of Change Management & Cultural Transformation
  • Former AVP Corporate Culture at Biggest Bank Syariah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun