Jika mereka tidak menyukai apa yang mereka lihat, anak-anak muda Gen Z yang berusia 18 hingga 25 tahun ini melaporkan fleksibilitas, potensi pengembangan karier, pekerjaan yang berarti, dan orang-orang yang dapat diandalkan dan suportif sebagai nilai yang diperlukan. Gen Z bersedia melakukan apa saja untuk mendapatkan yang lebih cocok, terutama karena persaingan untuk talenta tetap tinggi.
Sudah menjadi sifat pekerjaan akhir-akhir ini untuk terhubung di sejuta platform, dan Gen Z memang ingin menjalin ikatan dengan rekan kerja. Namun hal tersebut bukan hanya sumpah yang dapat memiliki konsekuensi. Belum lama ini, seorang gadis berusia 25 tahun menjadi viral karena mengklaim bahwa dia dipecat setelah memposting TikTok yang menyertakan angka gajinya.
Sebelumnya, jarang seorang karyawan yang berkecil hati karena dipecat, membicarakan  tentang gaji mereka secara terbuka, walaupun Undang-Undang Hubungan Perburuhan Nasional AS menjamin hak warga negara untuk melakukannya. Saat menggunakan komunikasi elektronik, seperti media sosial, mungkin perusahaan atau pemberi kerja memiliki kebijakan yang melarang penggunaan peralatan mereka. Akan tetapi, kebijakan yang secara khusus melarang pembahasan upah adalah melanggar hukum.
Terlepas dari peristiwa yang terjadi, Lexi sang gadis yang memviralkan isu pemecatanya dengan menggunakan peralatan elektronik perusahan yang memecatnya, tetap percaya akan pentingnya transparansi gaji. "Transparansi gaji adalah jalan masa depan," katanya. "Ini adalah tren yang berkembang di kalangan milenium dan Gen Z, dan saya yakin generasi kita berkomitmen untuk mengakhiri kesenjangan upah." Lexi juga menyampaikan, "Saya percaya perusahaan yang menolak transparansi gaji mendorong kembali perubahan positif, dan mereka akan dikenang sebagai pihak yang salah dalam sejarah."
TikTok telah membuat Lexi dipecat karena perusahaan menganggap itu masalah keamanan, dan diduga ke depan sang gadis dapat saja memposting sesuatu yang pribadi tentang perusahaan di akun TikTok-nya. Akan tetapi TikTok juga membuatnya terkenal dan kembali bekerja di tempat lain.
Dari kasus Lexi, bisa menjadi pelajaran bagi para pengguna media sosial untuk berberhati-hati pada garis rumit antara bekerja dan bermain dalam menggunakan media sosial yang membuat pihak lain tidak suka dengan apa yang diposting di akun pribadi.
MERZA GAMALÂ
- Pengkaji Sosial Ekonomi Islami
- Author of Change Management & Cultural Transformation
- Former AVP Corporate Culture at Biggest Bank Syariah
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI