Chairil Anwar adalah salah satu legenda sastra Indonesia. Namanya tidak pernah mati dan memiliki pengaruh besar di dunia sastra Indonesia.
Chairil Anwar dilahirkan di Medan t100 tahun lalu, pada tanggal 26 Juli 1922, melalui rahim seorang ibu bernama Saleha yang berasal dari Payakumbuh. Ayahnya adalah Toeloes bin Haji Manan, yang bekerja sebagai ambtenar pada zaman Belanda dan menjadi Bupati Rengat pada zaman Republik 1948.
Selama hidupnya, Chairil Anwar tercatat sudah melahirkan 96 karya yang memperkaya karya Sastra Indonesia, dan 70 di antaranya adalah puisi. Namun, apabila kita membicarakan karya puisi Chairil Anwar, kita langsung teringat "Si Binatang Jalang" yang kerap dibahas saat dulu masih duduk di bangku sekolah.
Kepopuleran Chairil Anwar tampaknya melejit setelah ia melahirkan puisi "Si Binatang Jalang". Bahkan setelah itu, semua rekan-rekannya juga menyebutnya dengan panggilan "Binatang Jalang".
Kehidupan Chairil Anwar sebagai penyair dimulai pada tahun 1942 dengan tulisan pertama yang terdokumentasi adaIah puisi berjudul "Nisan". Puisi Chairil Anwar lain yang popular adalah "Aku" yang menjadi salah satu puisi paling adaptif pada zaman itu dan menarik banyak pecinta puisi saat ini. Puisi "Aku" dianggap sebagai pemecah jalan puisi yang membuat Chairil Anwar mendapat julukan 'Pelacur Besar'.
Di antara sekian banyak puisi Chairil Anwar, ada yang menjadi catatan sejarah tersendiri, yaitu karya berjudul "Ready" yang merupakan bentuk perlawanan terhadap pendudukan Jepang saat itu.Â
Akibat puisi tersebut, Chairil Anwar didakwa melakukan pemberontakan terhadap Jepang. Untuk itu, Chairil Anwar harus menghabiskan tiga bulan di balik jeruji besi. Akibatnya, ia juga gagal menjadi pembicara pada Forum Pemuda di Kantor Pusat Kebudayaan.
Chairil Anwar menghembuskan nafas terakhirnya pada 28 April 1949. Ia meninggal dalam usia 27 tahun di RS Cipto Mangunkusumo. 28 April 1949 akibat mengidap berbagai penyakit. Untuk mengenang karya-karyanya, hari kematiannya diperingati sebagai Hari Chairil Anwar.
Sebelum meninggal, pada tahun 1949 tersebut, Chairil Anwar menghasilkan enam puisi. Puisi-puisi itu berjudul "Mirat Muda", "Chairil Muda", "Untuk Bu N", "Aku Berkisar Antara Mereka", "yang Terhempas dan yang Lolos", "Gemeretak Cemara", dan "Aku Kembali".
Secara keseluruhan, karya Chairil Anwar yang didokumentasikan terdiri dari 94 tulisan, terdiri dari: 70 puisi asli, empat adaptasi, sepuluh puisi terjemahan, enam prosa asli, dan empat prosa terjemahan.