Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Semakin Banyak Harta Semakin Banyak Berbuat Kebajikan

25 Juli 2022   20:50 Diperbarui: 25 Juli 2022   20:51 1374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin Banyak Harta Semakin Banyak Berbuat Kebajikan

Ketika kita tidak punya banyak harta, sering kita bermohon kepada Ilahi untuk dicukupkan kekayaan harta benda kita. Seiring dengan doa tersebut, kita berniat untuk dapat berbagi dan berbuat kebajikan dengan harta yang akan kita punya di masa depan.

Namun sebenarnya, jika kita mau membuka mata selebar-lebarnya, membuka pintu hati seluas-luasnya, dan membuka cakrawala berpikir sesering-seringnya, niscaya kita akan mendapati betapa banyak dan melimpahnya nikmat yang telah Allah, Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang berikan kepada diri kita dan alam di sekitar kta.

Maka, apabila kita telah sampai pada pemahaman ini, niscaya kita tidak akan ragu untuk mendermakan apa yang kita miliki di jalan Allah, sebagaimana Allah tidak segan untuk menganugerahkan nikmat yang melimpah kepada kita.

Ketika doa kita terkabul, dan harta kita semakin bertambah dari hari ke hari, terkadang muncul rasa bakhil (pelit) dengan harta yang telah kita peroleh. Kita lupa utuk melakukan kebajikan yang kita niatkan saat kita belum mempunyai banyak harta.

Allah yang kita minta untuk memperbanyak harta kita pun berulang kali mengingatkan dalam firmanNya, antara lain, "Kamu tidak akan memperoleh kebajikan sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan, apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui." (QS 'Ali 'Imrn, 3:92)

Untuk yang Muslim, Rasulullah SAW pun telah menyampaikan, "Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Tangan di atas adalah tangan orang yang memberi, adapun tangan yang di bawah adalah tangan orang yang meminta." (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Harta kekayaan yang telah kita miliki, layaknya pisau atau pedang, harta bisa membawa banyak manfaat sekaligus banyak mudharat. Pedang di tangan seorang pahlawan, bisa menjadi jalan tegaknya kebenaran yang melindungi banyak nyawa orang, tetapi pedang di tangan penjahat bisa menjadi jalan kekacauan dan menghantar banyak korban jiwa.

Harta pun demikian, dia bisa membawa seseorang ke surga tapi bisa menjerumuskannya ke neraka. Di sinilah penting berilmu sebelum berharta. Beriman sebelum kaya raya. Yakin kepada Allah sebelum memegang dunia. Siapa memiliki harta tanpa keimanan yang kuat, mudharatnya akan lebih besar daripada manfaatnya.

Harta itu juga ibarat ular berbisa. Bagi pawangnya, dia dapat dengan mudah menjinakkan sang ular, mengeluarkan bisanya dan membuat penawar dari racunnya. Namun, bagi orang bodoh, alih-alih bisa mengendalikannya, ular itu justru akan membunuhnya.

Imam Al-Ghazali dalam Kitab Ihya 'Ulumuddin, membuat lima formula atau rumusan tentang bagaimana seseorang bisa selamat dari racun harta kekayaan, yakni sebagai berikut:

  1. Memikirkan tujuan dari harta, yaitu untuk apa harta itu dicari, kemudian dia bertumpu pada tujuan tersebuat, tidak untuk tujuan yang lain. Bagi seorang beriman, mencari harta dicari dan memilikinya semata-matauntuk menopang ketaatan kepada Rabbnya.
  2. Berhati-hati dalam menggunakan harta, yaitu berusaha menjaga harta agar tidak tercampur antara yang halal dengan harta haram. Oleh karena itu, harta yang dimiliki harus dipastikan didapatkan dari jalan dan cara yang halal.
  3. Tidak menyimpan harta lebih daripada keperluan, dan hanya menyimpannya sekadar untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarga, adapun selebihnya diinfakkan di jalan Allah.
  4. Tidak menggunakan harta untuk foya-foya, dan hanya dibelanjakan di jalan yang dibenarkan dan sesuai petunjuk syariah.
  5. Senantiasa menjaga keikhlasan hati dan kelurusan niat, saat mencarinya, membelanjakannya, atau menyimpan untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya. Semua dilakukan untuk mencari keridhaan Allah semata.

Bagi yang mampu menunaikan kelima hal tersebut, maka harta itu menjadi sesuatu yang baik adanya dan berasa manis apabila diperoleh dengan cara yang hak. Dan, di dalamnya akan memperoleh keberkahan. Selain itu, harta yang dimilikinya (sebanyak apapun) tidak akan memudharatkannya, baik di dunia maupun di akhirat.

Ali bin Abi Thalib ra. mengatakan bahwa apabila seseorang memiliki seluruh harta yang ada di muka bumi semata-mata karena mengharap ridha Allah (bukan atas kehendak nafsu), maka dia adalah seorang yang zuhud.

Pengertian zuhud adalah upaya melupakan dunia untuk mencintai Allah SWT saja. Secara bahasa, zuhud artinya tidak ingin terhadap sesuatu atau meninggalkannya. Pengertian zuhud secara istilah adalah pola hidup dalam menjaga diri dari ketergantungan duniawi, sehingga hanya akan fokus pada akhirat.

Harta di tangan seorang yang zuhud tidak akan berubah menjadi monster perusak kehidupan dan tatanan sosial serta penghancur kebahagian keluarga dan pilar-pilar rumah tangga. Sebaliknya, harta di tangan seorang yang zuhud bisa berfungsi sebagai sarana berbuat kebajikan.

Semakin banyak harta, maka seorang yang zuhud akan semakin banyak dan sering berbuat kebajikan. Bahkan harta yang dia miliki akan menjadi sebuah energi yang memancarkan masa depan cerah, dan sebuah kekuatan yang mengandung berbagai macam keutamaan dan kemuliaan dunia dan akhirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun