Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pengaruh Plastik Terhadap Dampak Perubahan Iklim Dunia

22 Juli 2022   08:42 Diperbarui: 22 Juli 2022   08:47 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image 1: Emisi gas rumah kaca dri kemasan minuman ringan (File by Merza Gamal)

Intuisi tentang keberlanjutan dapat mengambil manfaat dari pemeriksaan realitas yang didasarkan pada sains. McKinsey telah menyelidiki dampak iklim dari plastik---serangga lingkungan yang sering muncul---dan menemukan bahwa asumsi luas tentang bahan yang sering difitnah ini mungkin memerlukan pemeriksaan ulang.

Dalam laporan McKinsey  "Climate Impact of Plastics"  yang baru diterbitkan Juli 2022, yang melaporkan tentang dampak iklim dari plastik, disampaikan bahwa plastik sering mendapat kritik karena berkontribusi terhadap pencemaran laut dan toksisitas lingkungan secara umum. Gambaran lengkapnya lebih rumit lagi. Sementara itu, dalam beberapa kasus, plastik malahan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan bahan alternatif seperti kertas, aluminium, atau kaca (lihat Image 1).

Dengan demikian, plastik sering dikritik untuk segala hal mulai dari toksisitasnya hingga kontribusinya terhadap polusi laut, tetapi plastik juga memainkan peran penting dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.

Plastik ada di mana-mana di seluruh ekonomi global dan sering menjadi bahan perdebatan, mulai dari dampaknya terhadap polusi laut hingga daur ulangnya. Namun, peran mereka dalam meningkatkan efisiensi penggunaan, seperti mengurangi pembusukan makanan dan mengurangi emisi gas rumah kaca (GHG= greenhouse gas) sering diabaikan. Sebaliknya, plastik sering difitnah di berbagai topik seperti kebocoran ke lingkungan, toksisitas, penggunaan sumber daya, emisi produksi, dan polusi laut. Meskipun pertimbangan penting ini perlu ditangani, ada peluang untuk perspektif berbasis sains yang lebih seimbang tentang plastik versus bahan alternatif.

Laporan Climate Impact of Plastics (Image 2) mengkaji total kontribusi emisi gas rumah kaca plastik versus alternatifnya, termasuk siklus hidup produk (cradle to grave) dan dampak penggunaan. Tujuan kajian tersebut adalah untuk berkontribusi pada dialog tentang pilihan material dan memperluas basis fakta yang tersedia untuk diskusi yang berkembang seputar plastik.

Image 2: Laporan Climate Impact of Plastics  mengkaji total kontribusi emisi gas rumah kaca plastik versus alternatifnya 
Image 2: Laporan Climate Impact of Plastics  mengkaji total kontribusi emisi gas rumah kaca plastik versus alternatifnya 

Analisis tersebut di atas didasarkan pada kondisi Amerika Serikat pada tahun 2020, dengan kepekaan untuk menggambarkan dampak di kawasan lain dan bagaimana hasil akan berubah saat kami bergerak menuju dunia yang terdekarbonisasi pada tahun 2050. Metodologi yang digunakan adalah dengan mengamati secara dekat contoh dari lima sektor dengan konsumsi plastik tertinggi---pengemasan, bangunan dan konstruksi, barang konsumsi, otomotif, dan tekstil---mewakili sekitar 90 persen volume plastik global. Kajian ini juga memilih aplikasi representatif yang pada skalanya, pilihan yang layak antara plastik dan alternatif ada saat ini, menghindari ceruk atau solusi baru.

Di antara aplikasi yang menggunakan alternatif nonplastik dalam skala besar, plastik yang diperiksa dalam makalah ini menawarkan total kontribusi emisi gas rumah kaca yang lebih rendah dibandingkan dengan alternatif dalam 13 dari 14 kasus (lihat Image 3). Penghematan emisi gas rumah kaca berkisar antara 10 hingga 90 persen, dengan mempertimbangkan siklus hidup produk dan dampak penggunaan.

Image 3: Kontribusi gas rumah kaca di AS tahun 2020 (File by Merza Gamal)
Image 3: Kontribusi gas rumah kaca di AS tahun 2020 (File by Merza Gamal)

Selain itu, dalam banyak aplikasi, terutama yang terkonsentrasi pada kemasan makanan, saat ini hanya ada sedikit alternatif pengganti plastik. Faktanya, adopsi plastik dalam waktu dekat dapat membantu upaya dekarbonisasi di area ini, terutama dalam hal pembusukan makanan dan efisiensi energi, mengingat jejak gas emisi rumah kaca yang lebih rendah.

Dalam ekonomi rendah karbon, sirkulasi tinggi, manfaat plastik relatif terhadap bahan seperti aluminium berkurang. Menurut laporan McKinsey baru-baru ini tentang Transisi Net-Zero, yakni: Berapa biayanya, apa yang dapat ditimbulkannya, seluruh ekonomi global dapat bergeser ke arah ini sebagai transisi industri menuju dunia yang terdekarbonisasi pada tahun 2050. Eropa tampaknya telah mencapai ekonomi rendah karbon dan sirkulasi tinggi. Bagaimana dengan Indonesia dan bagian dunia lainnya...???

------------------------------

MERZA GAMAL 

  • Pengkaji Sosial Ekonomi Islami
  • Author of Change Management & Cultural Transformation
  • Former AVP Corporate Culture at Biggest Bank Syariah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun