Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Vonis Kanker Bukanlah Akhir Kehidupan

3 Juli 2022   09:34 Diperbarui: 30 Desember 2022   07:17 995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Ny Merza Gamal menjalani kemo 8 kali dalam kurun 6 bulan di tahun 2014-2015 dengan sabar & ikhlas (Photo by Merza Gamal)

Jika kita mendengar vonis kanker dari dokter atau tim kesehatan yang mendiagnosis kondisi kita atau keluarga dekat kita, rasanya seperti mendengar petir di siang bolong, dan rasanya kehidupan akan segera berakhir.

Memang kanker, adalah penyakit yang telah "membunuh" banyak nyawa manusia.  WHO (World Health Organization) menyebutkan kanker sebagai salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Menurut laporan Global Burden of Cancer Study (Globocan) dari WHO, jumlah kematian akibat kanker di Indonesia mencapai 234.511 orang pada 2020. Sementara itu, kematian akibat kanker di dunia diperkirakan akan terus meningkat hingga lebih dari 13,1 juta pada 2030.

Secara medis, penyitas kanker memang seolah berlomba dengan waktu. Semakin cepat kanker ditemukan dan ditangani, kemungkinan untuk sembuh juga semakin besar. Jika didiagnosis pada stadium I, kemungkinan bertahan hidup untuk 5 tahun masih besar, yaitu sekitar 90%. Sementara pada stadium 2, kemungkinannya turun menjadi 70%. Semakin tinggi stadiumnya, semakin rendah kemungkinannya untuk sembuh. Pada kanker stadium 4, kemungkinan bertahan hidup sampai 5 tahun hanya 20%. Artinya, hanya 2 dari 10 pasien yang bisa bertahan hidup sampai 5 tahun.

Kanker yang sudah berada dalam stadium lanjut, hampir tidak dapat disembuhkan. Namun, kenyataannya seseorang baru diketahui mengidap kanker kebanyakan sudah pada stadium lanjut (stadium 3-4). Sehingga begitu mendengar vonis dokter bahwa kita atau saudara kita menderita kanker, maka seolah-olah hidup akan berakhir.

Kita pun seolah-olah menjadi lupa bahwa hidup-mati sepenuhnya adalah ketentuan dari Tuhan bukan dari dokter. Dokter hanya menyampaikan diagnosis yang dilakukannya sesuai dengan keahliannya.

Mendengar vonis dokter tentang kanker, apalagi ketahuannya baru di stadium 3 ke atas, maka semangat hidup pun menurun dan keluarga pun menjadi "ribut". Alih-alih menenangkan pasien, tetapi malah menambah beban dan kekhawatiran dari si pasien.

Seperti disampaikan di atas, bahwa meskipun sudah stadium 4, sebenarnya masih ada peluang untuk bertahan hidup 20%. Seharusnya keluarga pada saat menerima vonis tersebut, bisa menenangkan pasien bahwa masih ada kemungkinan hidup dengan segala ikhtiar yang bis a kita lakukan. Soal akhirnya kematian itu datang, bukankah semua orang hidupnya akan berakhir dengan kematian?

Saya sebagai suami pernah menghadapi hal demikian. Tahun 2014, istri saya ketika habis pijat merasakan koq ada seperti gumpalan di dalam payudaranya tetapi tidak ada rasa sakit. Dan selama ini, istri saya juga tidak pernah merasa perih, nyeri atau pun sakit di daerah tersebut. Kemudian karena penasaran, dikonsultasikan kepada kakaknya yang dokter. Oleh kakak, istri saya langsung disuruh periksa, khawatir ada sesuatu sebelum terlambat. Karena Kakak adalah dokter, maka langsung disarankan untuk mamografi di RSK Dharmais.

Hasil mamografi menunjuk sesuatu yang mencurigakan, dan langsung dirujuk ke dokter onkologi. Kemudian dilakukan serangkaian test dan pemeriksaan untuk memastikan ada apa sebenarnya benjolan tersebut. Setelah menjalani serangkaian test secara intensif, akhirnya diketahui bahwa istri saya terkena kanker payudara stadium 3D. Artinya satu level lagi sudah stadium 4. Artinya lagi bahwa istri saya sudah kena kanker parah dalam bahasa keseharian.

Mendengar itu tentu saja saya dan istri saya kaget, tidak menyangka terkena kanker stadium tinggi, padahal sebelumnya tidak ada keluhan apa-apa. Ketika kami menyampaikan hal itu kepada keluarga, bermacam tanggapan muncul. Ada yang menghibur, tapi tak sedikit yang malah menimbulkan tambahan keresahan.

Semua keluarga pasti bermaksud baik, tetapi terkadang cara penyampaian kurang pas di tengah kondisi panik tersebut. Berbagai usulan datang silih berganti dan berbeda-beda yang malah menimbulkan kebingungan untuk mengambil Langkah selanjutnya.

Namun saya dan istri berusaha tenang walaupun sebenarnya panik. Saya dan istri akan mengikuti advis dokter agar kondisi istri saya tidak semakin mengkhawatirkan. Karena menghadapi kanker adalah sesuatu yang berpacu dengan waktu. Jika kita terlambat, maka kanker akan menang.

Akhirnya istri saya pun menjalankan operasi pengangkatan payudara untuk menghambat lajunya pertumbuhan kanker yang bisa menggerogoti bagian tubuh yang lain. Alhamdulillah dengan kesabaran dan keikhlasan serta semangat hidup yang tinggi, operasi berjalan dengan lancar, meskipun harus kehilangan sesuatu yang sangat berharga bagi seorang perempuan.

Setelah operasi berhasil, ternyata belum berakhir sampai di situ. Dalam test selanjutnya, ternyata istri saya juga diserang kanker kelenjar getah bening. Dan ini penyebaran lebih cepat karena menyebar melalui cairan kelenjar tubuh. Solusinya, istri saya harus menjalani kemotraphi sebanyak delapan kali selama kurun waktu enam bulan.

Image: Ny Merza Gamal menjalani kemo 8 kali dalam kurun 6 bulan di tahun 2014-2015 dengan sabar & ikhlas (Photo by Merza Gamal)
Image: Ny Merza Gamal menjalani kemo 8 kali dalam kurun 6 bulan di tahun 2014-2015 dengan sabar & ikhlas (Photo by Merza Gamal)

Istri saya dengan sabar dan ikhlas menjalankan  itu semua. Saking sabarnya, orang-orang tidak percaya jika istri saya penyitas kanker, karena wajahnya tidak terlihat sakit dan memancarkan semangat hidup yang tinggi. Selama masa kemotraphi, keluarga ataupun sahabat tidak bisa berkunjung ke ruang perawatan karena tingkat radiasi yang tinggi. Para dokter dan para medis harus menggunakan baju "astronot" selama kemo berlangsung.

Dengan demikian, keluarga ataupun para kerabat dan sahabat hanya bisa datang ke rumah setelah setiap istri saya pulang dari RS. Begitu mereka ke rumah, mereka menemukan istri saya dalam keadaan rapi seperti menerima tamu yang ke rumah dengan wajah yang berseri-seri. Sehingga, mereka seolah-oleh mendapatkan kabar bohong tentang kanker istri saya.

Mereka baru percaya, setelah istri saya melepaskan kerudungnya dan terlihat bahwa kepala istri saya botak tidak ada rambut.

Singkat cerita, setelah kemotraphi kedelapan selesai, dua pekan kemudian saya dan istri beserta anak-anak berangkat umrah untuk berdoa dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Sang Maha Kuasa dan Sang Maha Pencipta.

Alhamdulilah, 8 tahun telah berlalu, masa kritis selama 5 tahun telah terlewati. Dan pada tahun 2017 sesuai hasil pemeriksaan tim dokter, sel kanker dalam tubuh istri saya tidak ditemukan lagi hingga hari ini sesuai dengan pemeriksaan rutin berkala yang harus dijalankan oleh istri saya. Semoga sel kanker itu tidak pernah datang lagi ke tubuh istri saya dan juga jangan datang ke tubuh saya dan anak keturunan kami.

Demikian dulu kisah tentang vonis kanker istri saya delapan tahun silam. Alhamdulillah dengan semangat hidup yang luar biasa dan menyerahkan diri  sepenuhnya kepada Tuhan, istri saya sampai hari ini dalam keadaan sehat walafiat.

Pada kesempatan yang akan datang, saya akan kisahkan bagaimana hari-hari kami menghadapi situasi dan kondisi masa perawatan dan pengobatan istri saya untuk berjuang melawan kanker dan menjadi motivasi bagi orang-orang yang divonis kanker untuk tidak pernah menyerah sebelum malaikat Allah datang menjemput...

Terus Semangat!!!

Tetap Semangat...

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun