Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berpengalaman di dunia perbankan sejak tahun 1990. Mendalami change management dan cultural transformation. Menjadi konsultan di beberapa perusahaan. Siap membantu dan mendampingi penyusunan Rancang Bangun Master Program Transformasi Corporate Culture dan mendampingi pelaksanaan internalisasi shared values dan implementasi culture.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dulu Kami Belajar PMP, Mengikuti Penataran P-4, dan Hapal 36 Butir-butir Pancasila

1 Juni 2022   08:47 Diperbarui: 1 Juni 2022   08:53 5718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Kenagan masa SD di perguruan Katolik Santa Maria yang rukun damai meski berbeda suku dan keyakinan agama (by Merza Gamal)

Image: Masa-masa Penataran P4 program 100 jam sebagai syarat kelulusan mata kuliah Pancasila saat kuliah di Universitas Katolik Parahyangan
Image: Masa-masa Penataran P4 program 100 jam sebagai syarat kelulusan mata kuliah Pancasila saat kuliah di Universitas Katolik Parahyangan

Masa kuliah S1, saya kembali bersekolah di Perguruan Katolik, yaitu Universitas Katolik Parahyangan. Di sini yang kuliah bukan hanya mahasiswa beragama Katolik, tapi dari berbagai agama. Selama kuliah kami sangat rukun dan saling menyayangi sebagai sesama mahasiswa. Pada saat itu, masih banyak Pastor yang menjadi dosen. Kami tak pernah terhalang oleh perbedaan SARA selama kuliah, bahkan sampai kami menjadi alumni selama puluhan tahun.

Namun kerukunan yang terbina sejak SD, SMP, SMA, dan Mahasiswa seakan sirna saat politik identitas SARA mulai bergaung. Dahulu, tidak ada peringatan Hari Lahir Pancasila, tapi kami begitu rukun dan memahami serta menghayati semua sila dari Pancasila, bahkan hingga ke 36 butir Pancasila tersebut. Kami begitu memahami makna dari Bhineka Tungal Ika.

Image: Teks Pancasila yanghapal di luar kepala di masa dulu 
Image: Teks Pancasila yanghapal di luar kepala di masa dulu 

Karena gaung politik identitas yang semakin bergema, dan ada pihak-pihak yang seakan-akan mengadu domba bangsa ini, maka rakyat pun mulai terbelah-belah. Mulai saling curiga antar kelompok atau golongan, mulai meributkan masalah ras dan suku, dan saling menghujat antar keyakinan dan agama orang lain.

Rasanya, saat ini, akibat gaung politik identitas, orang-orang tak perlu hapal dan memahami sila-sila dan butir-butir Pancasila, tetapi cukup teriak-teriak "Saya Indonesia, Saya Pancasila", sementara suka mengumpat dan menghujat orang lain yang tidak sepemahaman bahkan tidak sama pilihan politiknya, lebih dianggap Pancasilais dibandingkan orang-orang yang hapal, memahami, dan menghayati sila-sila Pancasila itu sendiri. Sila-sila Pancasila seperti sudah kehilangan makna, dan butir-butir Pancasila seakan-akan menjadi butiran pasir di pantai yang berterbangan kala angin datang menerpa...

MERZA GAMAL 

  • Pengkaji Sosial Ekonomi Islami
  • Author of Change Management & Cultural Transformation
  • Former AVP Corporate Culture at Biggest Bank Syariah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun