Kedua, para pemimpin bertanggung jawab untuk secara jelas dan efektif mengalirkan nilai-nilai bersama melalui komunikasi mereka sendiri dan melalui manajer yang paling dekat dengan tindakan memimpin tim mereka. Nilai-nilai yang kuat dan ritual menjalankan nilai mereka akan dapat mengatur dan memperkuat nada bagaimana insan perusahaan berinteraksi dengan orang lain ketika mewakili organisasi.
Ketiga, pertimbangkan bagaimana perilaku akan mengikuti nilai-nilai yang Anda tetapkan. Di kedai kopi ritel, tugas bisa menghalangi melayani pelanggan. Ketika layanan dibangun dan dikomunikasikan sebagai nilai pemandu, mereka tidak melakukannya. Hal tersebut karena insan perusahaan tidak dibiarkan bingung apakah akan mengambil pel atau melayani pelanggan di drive-thru ketika mereka tahu perusahaan menghargai layanan pelanggan terlebih dahulu.
Gallup menemukan bahwa organisasi kelas dunia menyelaraskan nilai-nilai inti mereka tidak hanya dengan insan perusahaan tetapi juga kepada pelanggan yang mereka layani. Adalah bermanfaat bagi para pemimpin untuk melangkah mundur untuk menilai kembali nilai-nilai dan jika perlu, mendefinisikan kembali, dan mengaktifkan nilai-nilai inti. Para pemimpin harus menyepakati dan kemudian membuat nilai-nilai diketahui.
Komunikasi seringkali menjadi hambatan dalam menanamkan shared values menjadi corporate culture. Dalam survei Gallup, ditemukan bahwa  hanya 13% insan perusahaan yang sangat setuju bahwa kepemimpinan organisasi mereka berkomunikasi secara efektif dengan seluruh organisasi. Artinya, sebagian besar leader salah besar ketika mereka menganggap upaya komunikasi mereka cukup.
Apabila insan perusahaan memiliki pertanyaan, dan kurangnya komunikasi kepemimpinan, mereka akan berbicara di antara mereka sendiri daripada tetap fokus pada misi dan pekerjaan mereka. Komunikasi yang konsisten dan berkelanjutan dari para pemimpin mencegah rumor dan memposisikan insan perusahaan untuk memahami apa yang diharapkan saat mereka mendorong perusahaan maju.
Strategi yang dapat dilakukan oleh leader dalam mengakhiri jurang komunikasi dengan anggota tim adalah dengan menggunakan kekuatan untuk mengembangkan merek komunikasi pribadi Anda.
Culture bisa dihayati melalui cerita. Leader yang mendapatkan komunikasi yang benar akan menginspirasi tindakan. Dengan mengembangkan merek penceritaan sendiri dengan memperoleh pemahaman mendalam tentang kekuatan sendiri, maka akan dapat memanfaatkan yang terbaik dari dalam diri leader sendiri saat menginspirasi tim.
Para leader juga dapat menceritakan kisah tentang apa yang berjalan dengan baik (misalnya: tentang seorang insan perusahan yang menghayati nilai budaya dengan pelanggan dengan sempurna) atau bagaimana tujuan perusahaan membuat perbedaan dalam kehidupan seseorang dalam spekan terakhir. Komunikasi tersebut akan mengisi kekosongan yang sangat dibutuhkan seorang insan untuk diisi. Mereka perlu melihat bagaimana apa yang mereka lakukan membuat perbedaan dan tahu apa yang mereka tuju.
Dengan menyusun strategi komunikasi yang baik dalam membangun shared values menjadi corporate culture, seorang leader memiliki kesempatan untuk menerapkan strategi yang disesuaikan dengan kondisi saat ini yang dapat meningkatkan cara insan perusahaan berperilaku, membuat keputusan, dan menyelesaikan pekerjaan mereka.
MERZA GAMALÂ
- Pengkaji Sosial Ekonomi Islami
- Author of Change Management & Cultural Transformation
- Former AVP Corporate Culture at Biggest Bank Syariah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H