Malam ini kita sudah memasuki hari Ramadhan yang ke-18. Pas adzan subuh nanti kita mulai lagi berpuasa untuk hari ke-18. Sudahkah kita semakin tawadhu atau rendah hati setelah menjalani hari-hari puasa kita dan mengamalkan sunah-sunah yang melengkapi ibadah puasa kita?
Tawadhu adalah satu dari sejumlah sifat mulia yang wajib ada dalam diri seorang Muslim. Dia bermakna al-inkisr (tunduk) dan at-tadzallul (merendahkan hati). Adapun lawannya adalah at-takabbur (sombong) dan ar-raf'u (angkuh).
Ar-Raghib Al-Ashfahani menyebutkan bahwa tawadhu (rendah hati) adalah ridha jika dianggap mempunyai kedudukan lebih rendah dari yang sepantasnya. Dia adalah sikap pertengahan antara sombong dan melecehkan diri.
Sombong berarti mengangkat diri terlalu tinggi sehingga lebih dari yang semestinya. Adapun melecehkan yang dimaksud adalah menempatkan diri terlalu rendah sehingga sampai pada pelecehan hak. (Adz-Dzari'ah ila Makarim Asy-Syari'ah)
Rasulullah SAW menjanjikan bahwa siapa bertawadhu karena Allah, niscaya Zat Yang Mahatinggi akan meninggikan kedudukannya, memperbagus kehormatannya, dan mengangkat derajatnya di akhirat.
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya" (HR Muslim, No. 2588)
Artinya seorang insan yang rendah hati, Allah Ta'ala akan meninggikan derajatnya di dunia maupun di akhirat. Di dunia, orang akan menganggapnya mulia, Allah pun akan memuliakan dirinya di tengah-tengah manusia, dan kedudukannya akhirnya semakin mulia. Sedangkan di akhirat, Allah Ta'ala akan memberinya pahala dan meninggikan derajatnya karena sifat tawadhunya di dunia (Shahih Muslim, 16:142)
Dan, tahukah Anda siapakah manusia yang yang paling tawadhu hidupnya? Dialah Rasulullah SAW. Baik di dalam maupun di luar rumah, ketawadhuan senantiasa menyertai setiap gerak langkah beliau. Maka, Al-Aswad bin Yazid ra. pernah bertanya kepada 'Aisyah ra. tentang apa yang dilakukan Nabi SAW di rumah. 'Aisyah ra. pun menjawab:
"Beliau biasa membantu keluarganya. Dan, apabila telah datang waktu shalat, maka beliau akan keluar untuk melaksanakan shalat." (HR Al-Bukhari, No. 676, 6039; Ahmad, No. 6/49)
Sejumlah riwayat memperinci hal ini, bahwa Nabi SAW biasa membantu keluarganya mencuci pakaian, memerah susu kambing, menambal pakaian, memperbaiki sandal, dan melayani dirinya sendiri.
Beliau biasa menyiapkan makan dan minumnya, mengikat unta, makan bersama pelayan dan sahabat, atau membawa barang dagangan ke pasar. Semua dilakukan karena besar ketawadhuan dan ketundukan dalam hati beliau.
Mampukah kita seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW? Walau kita mempunyai jabatan yang tinggi, tetapi tmasih mau melakukan pekerjaan-pekerjaan rumahtangga bersama istri dan keluarga kita? Semoga ibadah Ramadhan yang telah kita lewati selama 17 hari dan sebentar lagi akan memasuki fase terakhir, mampu membuat kita semakin rendah hati, dan membuang segala keangkuhan diri kita.
Wallahualam bishowab.
Terus Semangat!!!
Tetap Semangat...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H