Hari ini adalah Jumat kedua di Ramadhan 1443H, tak lama lagi hari Raya Idul Fitri pun menjelang. Namun banyak di antara kita sebagai Muslim, tidak memahami dan menyadari bahwa setiap Jumat adalah hari raya insan-insan yang beriman terhadap ajaran Islam.
Bagi orang beriman, hari raya adalah musim kegembiraan dan kebahagiaan. Kegembiraan atas apa? Kegembiraan atas karunia ketaatan kepada-Nya. Dan, dengan hari raya itulah, mereka meraih kesempurnaan atas ketaatan kepada-Nya itu dan mendapatkan pahala yang sempurna atas amal-amal yang mereka lakukan. Mereka pun yakin akan karunia tersebut dan hadirnya ampunan dari-Nya.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Allah dalam Al Quran, yakni:
Katakanlah (wahai Muhammad), "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan." (QS Yunus, 10:58)
Maka, hari raya orang-orang beriman tidak diisi dengan hura-hura, banyak canda, dan kemaksiatan. Hari raya orang beriman dipenuhi dengan zikir, syukur, ampunan dan pemberian maaf. Itulah mengapa, manakala seorang hamba melewati satu hari dalam ketaatan dan ketiadaan maksiat, hakikatnya saat itu pula dia tengah berhari raya.
Al-Imam Hasan Al-Bashri rahimahullh mengatakan, "Setiap hari yang tidak ada maksiat kepada Allah di dalamnya, itulah hari raya. Setiap hari yang dilalui oleh seorang Mukmin dalam ketaatan kepada Rabbnya, banyak mengingat-Nya dan bersyukur kepada-Nya, itulah hari raya baginya."Â
Namun demikian, saat di dunia, kaum Muslim memiliki tiga hari raya baginya. Ada yang berulang setiap pekan. Ada pula yang hanya datang sekali dalam setahun dan tidak berulang. Ketiganya hadir untuk menyempurnakan rangkaian ibadah yang mengiringinya. Mengenai ketiga hari raya tersebut dapat kita sarikan dari Mukhtashar Lath'iful Ma'rif Al-Imam Ibnu Rajab, karya Dr. Ahmad bin Utsman Al-Mazyad.
Pertama, hari Jumat. Inilah hari raya yang berulang setiap pekan. Lewat hari raya pekanan inilah, Allah Ta'ala hadirkan kesempurnaan bagi shalat-shalat wajib yang ditunaikan dalam sepekan itu. Shalat Jumat di dalamnya pun memiliki kemiripan dengan ibadah haji. Bahkan, sementara riwayat menyebutkan kalau shalat Jumat adalah ibadah hajinya orang-orang miskin.
Kedua, hari raya Idul Fitri. Inilah hari raya kedua orang beriman yang hanya terjadi setahun sekali. Dengan hadirnya Idul Fitri sempurnalah rangkaian shaum Ramadhan sebagai rukun atau pilar ketiga dari bangunan keislaman seorang hamba.
Ketiga, hari raya Idul Adha, hari raya penyembelihan. Inilah hari raya teragung lagi paling mulia di antara dua hari raya sebelumnya. Dengan hadirnya Idul Adha, sempurnalah rangkaian ibadah haji seorang hamba yang merupakan pilar keempat dari bangunan keislamannya. Selepas ibadah haji itulah, dosa mereka diampuni Allah Azza wa Jalla.
Dengan demikian, maka janganlah kita melewati hari Jumat tanpa merayakannya dengan melakukan shalat Jumat ke masjid bagi para lelaki dewasa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, di antara penantian kita terhadap hari Raya Idul Fitri sebagai hari kemenangan kita melewati ibadah-ibadah Ramadhan kita...
Wallahualam bishowab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H