Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berpengalaman di dunia perbankan sejak tahun 1990. Mendalami change management dan cultural transformation. Menjadi konsultan di beberapa perusahaan. Siap membantu dan mendampingi penyusunan Rancang Bangun Master Program Transformasi Corporate Culture dan mendampingi pelaksanaan internalisasi shared values dan implementasi culture.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nikmat Itu Liar, Maka Ikatlah dengan Bersyukur

11 April 2022   15:21 Diperbarui: 11 April 2022   15:26 1219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Nikmat bersyukur by Merza Gamal

Tulisan ini merupakan intisari tausyah-tausyah sahabat saya yang setiap pagi sharing inspirasi melalui WA japri kepada saya.

Siapa yang tidak senang dengan limpahan nikmat dari Allah Ta'ala? Sesungguhnya, dengan hadirnya beragam nikmat dari-Nya kita bisa merasakan kegembiraan, kelapangan, terpenuhinya aneka kebutuhan, dan beragam hal menyenangkan lainnya.

Namun, ada yang jauh lebih penting dari sekadar mendapatkan nikmat, yaitu bagaimana kita bisa bersyukur atas nikmat tersebut. Sesungguhnya, tanpa hadirnya syukur, nikmat akan cepat hilangnya dan berganti menjadi musibah.

Maka, Imam Al-Ghazali mengatakan, "Nikmat itu liar. Maka, ikatlah dia dengan syukur!" (Ihy' Ulmuddn)

Hal itu pula yang dinasihatkan Ali bin Abi Thalib ra. kepada Jabir bin Abdullah ra., "Wahai Jabir, jika seseorang mendapatkan banyak nikmat (entah itu nikmat ilmu, harta, kedudukan, kesehatan dan lainnya), niscaya akan semakin banyak orang yang butuh kepadanya. Maka, siapa menunaikan kewajibannya, niscaya Allah akan melanggengkan nikmat tersebut untuknya. Namun sebaliknya, siapa lalai dengan kewajibannya itu, niscaya Allah akan mencabut nikmat darinya." (Al-Mustathraf)

Demikian halnya dengan Imam Hasan Al-Bashri ra. Beliau mengingatkan bahwa setiap nikmat yang dikaruniakan Allah Ta'ala kepada kita senantiasa akan membawa cobaan dan ujian.

"Allah Azza wa Jalla akan senantiasa menganugerahkan nikmat kepada hamba-Nya. Lalu, Allah akan melihat apa yang diperbuat sang hamba dengan nikmat tersebut. Jika dia memperlakukan nikmat itu dengan baik terhadap sesamanya, niscaya Allah akan menambahnya. Namun sebaliknya, Dia akan mengambil semua nikmat yang telah dianugerahkan kepadanya," demikian ujaran beliau (Tanbh Al-Mughtarn)

Maka, tidak mengapa kita berdoa agar mendapatkan kucuran nikmat dari Allah Ta'ala sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Namun, yang tidak kalah penting adalah kita memohon kepada Allah Ta'ala agar kita diberi kemampuan untuk senantiasa bersyukur atas karunia dariNya, apapun bentuknya (QS An-Naml, 27:19).

Sesungguhnya, kemampuan untuk bersyukur menjadi tangga penyokong bagi hadirnya keutamaan lain terkait syukur ini. Apakah itu?

Dalam 'Uddatush Shbirn, Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan bahwa, "Syukur yang paling utama adalah engkau bersyukur karena engkau mampu bersyukur. Ketahuilah, kemampuan untuk bersyukur adalah taufik dari Allah Ta'ala bahwa engkau mampu bersyukur atas nikmatnya kesyukuran itu sendiri."

Syukur akan selalu menempatkan seseorang di jalan yang benar, lurus, dan baik. Syukur juga akan membuat seseorang selalu optimistis menjalani kehidupan. Orang yang bersyukur takkan pernah iri hati dengan apa yang diraih orang lain, karena ia sepenuhnya sadar, dirinya juga mendapatkan bagiannya sendiri dari Allah Azza wa Jalla.

Rasulullah SAW pernah memberikan ilustrasi perihal orang yang bersyukur: Dua hal apabila dimiliki oleh seseorang maka dia dicatat oleh Allah Azza wa Jalla sebagai orang yang bersyukur dan sabar. Dalam urusan ibadah dia melihat kepada yang lebih tinggi, lalu menirunya dan berusaha melampauinya. Dalam urusan dunia, dia melihat ke bawah kepada orang yang rezekinya tampak lebih sedikit, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih diberi kelebihan dibanding orang itu. (HR. at-Tirmidzi)

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga tetap istiqamah senantiasa beryukur dan beristighfar untuk meraih ridha-Nya. Dan Ramadhan ini akan semakin melatih kita untuk mensyukuri segala nikmat yang telah kita peroleh di dunia ini.

Aamiin Ya Rabb

Wallahua'lam bishawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun