Jika sedang liburan di Banjarmasin, sempatkan juga mampir ke Masjid Sultan Suriansyah. Masjid ini merupakan masjid tertua di Kalimantan Selatan. Masjid Sultan suriansyah termasuk dalam 10 Masjid tertua di Indonesia.
Masjid Sultan Suriansyah merupakan sebuah masjid bersejarah di Kota Banjarmasin yang didirikan tahun 1526 pada masa pemerintahan Sultan Suriansyah yang merupakan Raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam.
Walaupun, saat ini masjid telah berusia ratusan tahun tetapi bangunannya masih kokoh. Masjid ini berlamat di Jl Kuin Utara, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Masjid ini terletak di tepian Sungai Kuin dan dilengkapi dengan jembatan kayu yang melintang di sisinya. Jembatan ini menambah eksotika dan kemegahan arsitektur masjid. Dan di depan masjid terdapat dermaga yang bisa menjadi tempat kapal-kapal kecil merapat.
Masjid Sultan Suriansyah dapat dicapai sekitar setengah jam perjalanan dari pusat Kota. Selain dengan angkutan darat, kita juga bisa mengunjungi masjid ini dengan menggunakan transportasi sungai Kuin.
Bentuk arsitektur Masjid dengan konstruksi panggung dan beratap tumpang, merupakan masjid bergaya tradisional Banjar. Masjid bergaya tradisional Banjar pada bagian mihrabnya memiliki atap sendiri terpisah dengan bangunan induk.
Pintu Masuk ke Masjid Sultan Suriansyah dari sisi jalan Kuin Utara yang dihiasi dengan ukiran kaligrafi. Kayu yang digunakan adalah kayu ulin yang merupakan kayu khas hutan Kalimantan.
Masjid Sultan Suriansyah didominasi oleh warna hijau dan memiliki kubah yang agak berbeda dengan kebanyakan masjid di Indonesia.Â
Pola ruang pada Masjid Sultan Suriansyah merupakan pola ruang dari arsitektur Masjid Agung Demak yang dibawa bersamaan dengan masuknya agama Islam ke daerah ini oleh Khatib Dayan. Walaupun dipengaruhi oleh arsitektur Masjid Agung Demak, namun dengan sentuhan seni budaya khas Banjarmasin.
Bagian dalam Masjid Sultan Suriansyah dengan 12 tiang utama terbuat dari kayu ulin yang indah dan kokoh sepanjang masa, namun setelah masjid ini direnovasi pada tahun 1990, tiang asli yang bisa dipertahankan ada 4 tiang utama. Â
Dominasi warna hijau dan berbagai ukiran tradisional menghiasi bangunan hingga tampil artistik. Ada hal yang cukup menonjol, yaitu penggunaan geometri Islami dalam bentuk 'Islamic Pattern' berupa 'taprat'.Â
Tampilan khas dari 'taprat' yang banyak digunakan sebagai simbol pada berbagai benda Islami di seluruh dunia adalah dua buah segi empat yang bertumpang tindih ter-rotasi sebesar 45 derajat.Â
Bentuk geometri ini selalu diulang-ulang baik sebagai pembatas (border), karawang dinding, pintu atau jendela, pola lantai, pola plafond dan lain-lain. Hal-hal semacam itu teraktualisasi secara integral dalam tampilan arsitektur Masjid Sultan Suriansyah Banjarmasin.
Teras belakang Masjid Sultan Suriansyah dengan lantai yang terbuat dari kayu ulin. Kayu ini dikenal sebagai kayu keras yang awet sepanjang masa.
Bedug Masjid Sultan Suriansyah terlihat kokoh. Bedug ini merupakan sarana panggilan salat jamaah untuk masyarakat sekitar masjid. Bedug terletak di teras masjid dan merupakan salah satu peninggalan sejarah masjid yang masih utuh hingga saat ini.
Masjid Sultan Suriansyah kini menjadi ikon kota Banjarmasin dan telah ditetapkan sebagai cagar budaya pada 1 September 1978.
Jadi, jika berkunjung ke Banjarmasin, jangan lewatkan untuk singgah di Masjid Sultan Suriansyah, selain menyusuri Sungai Kuin dan Sungai Barito menyaksikan Pasar Terapung yang fenomenal tersebut...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H