Semboyan Generasi Z (Post-Millennials)
"Lahir di era smartphone; kami kreatif, kami terhibur. Kami berjuang untuk aksi iklim; kami bercita-cita untuk menciptakan perubahan positif. Kami Netflix itu, kami TikTok itu. Sebut saja, kami sedang tren. Kami adalah generasi modern -- 'Gen Z' adalah nominasi kami."
Generasi Z (juga dikenal sebagai Gen Z, iGen, homelanders atau post-millennials) muncul untuk mengambil tempat mereka dalam sorotan pemasar, tepat setelah millennial (Gen Y).Â
Menurut sebagian besar definisi, segmen populasi Gen Z ini mengacu pada generasi yang lahir setelah 1995.Â
Mereka telah tiba tepat waktu dengan evolusi industri keempat, namun mereka tumbuh di tengah-tengah ancaman terbesar di zaman kita: perubahan iklim, serangan siber, dan hal-hal yang belum pernah terjadi sebelumnya, yaitu pandemi Covid-19.
Gen Z menempatkan orang-orang di sekitar mereka pada standar yang lebih tinggi dalam hal dampak sosial, oleh karena itu mereka setia pada merek yang tidak hanya menjanjikan tetapi terbukti memenuhi tujuan tersebut.Â
Kehidupan Gen Z berakar pada nilai-nilai inti etis dan berkelanjutan, sambil beradaptasi dengan kemajuan teknologi.Â
Mereka, lebih religius dan mengedepankan spiritualitas, namun senantiasa mengikuti trend terkini.Â
Ekonomi halal/Islam diposisikan paling baik untuk menarik 32% populasi ini karena Gen Z paham teknologi, berakar pada nilai-nilai etis dan berkelanjutan.
Saat ini banyak influencer/micro-influencer global aktif dari Gen Z yang menyuarakan tentang ekonomi halal dan menyampaikan pemikiran mereka, kebiasaan belanja dan belanja, tantangan, dan saran mereka untuk industri halal.Â
Perspektif mereka yang kaya namun beragam akan membantu para pelaku industri memahami dan mengevaluasi kebutuhan demografis yang berkembang dan penting saat ini.
Di samping itu, Gen Z memiliki pendekatan yang sama sekali berbeda terhadap uang, sebagaimana setiap generasi memiliki pendekatan unik mereka sendiri terhadap uang dan keuangan pribadi.
Millennials (Gen Y), misalnya, menemukan perjalanan menuju kedewasaan penuh dengan hambatan seperti pertumbuhan upah yang stagnan dan kondisi ekonomi yang tidak menentu.Â
Tantangan-tantangan ini, dikombinasikan dengan keadaan generasi lainnya, membantu membentuk kebiasaan dan sikap belanja kelompok terhadap uang dan utang.
Sepanjang perjalanan ini, millennials akhirnya membuat kesalahan finansial yang wajar -- tetapi yang menarik, bukti sekarang meningkat bahwa kelompok generasi berikutnya (Gen Z) sudah belajar dari orang tua mereka. Dengan demikian Gen Z memiliki pendekatan baru terhadap uang.
World Economic Forum menyampaikan bagaimana Gen Z mengambil pendekatan yang lebih pragmatis terhadap uang.Â
Gen Z melihat beberapa teman lama mereka berhutang dalam jumlah besar, sementara juga berjuang untuk menemukan pekerjaan dengan gaji yang baik.
Akibatnya, generasi baru ini (lahir setelah tahu 1995 hingga 2010) mengambil pendekatan yang jauh lebih pragmatis terhadap dunia keuangan pribadi.Â
Gen Z umumnya ingin mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang baik dan stabil, dan untuk meningkatkan tabungan mereka daripada menghabiskan uang yang tidak mereka miliki.
Bagi Generasi Z, pendidikan sering dipandang sebagai tujuan akhir dari sarana finansial. Dengan kata lain, perguruan tinggi adalah kesempatan untuk membangun seperangkat keterampilan yang akan berharga bagi pemberi kerja, memastikan karier yang stabil.
Itulah sebabnya 88% lulusan Gen Z pertama di tahun 2017 akhirnya memilih jurusan mereka dengan mempertimbangkan ketersediaan pekerjaan.
Lulusan Gen Z terbaru juga bersedia bekerja sebagai berikut:
- 75% bersedia pindah ke negara bagian lain untuk tawaran pekerjaan
- 58% bersedia bekerja malam dan akhir pekan
- 78% telah menyelesaikan magang atau magang
- 77% mendapatkan uang tambahan melalui pekerjaan lepas, pekerjaan paruh waktu, atau tunjangan yang diperoleh
- 35% sudah memiliki bisnis sendiri, atau berencana untuk memulainya di masa depan
Meskipun pandangan Gen Z tentang sekolah dan pekerjaan merupakan faktor penentu dalam sikap mereka terhadap keuangan pribadi, cara mereka menabung dan membelanjakan uang juga membuat perbedaan.Â
Sebanyak 89% Gen Z mengatakan merencanakan masa depan keuangan mereka membuat mereka merasa berdaya, sementara 64% sudah mulai meneliti topik perencanaan keuangan.
Dengan memiliki pikiran perencanaan keuangan mereka, Gen Z adalah kelompok yang lebih hemat dan bertanggung jawab secara fiskal:
- 72% mengatakan bahwa biaya adalah faktor terpenting saat melakukan pembelian
- 47% menggunakan ponsel mereka di dalam toko untuk memeriksa harga dan meminta saran dari keluarga atau teman
- 66% berencana untuk kuliah di negara yang bisa menghemat biaya kuliah
Saat Gen Z memasuki angkatan kerja profesional dan mereka mulai menginvestasikan tabungan.Â
Menarik melihat apa yang dihasilkan dari pendekatan hemat dan praktis terhadap uang oleh Gen Z yang ternyata berbeda dengan pendekatan yang dilakukan oleh Gen Y sebagai generasi pendahulunya, di mana 40% dari milenium telah menghabiskan uang atau berhutang hanya untuk mengikuti kehidupan sosial mereka.Â
MERZA GAMALÂ
- Pengkaji Sosial Ekonomi Islami
- Author of Change Management & Cultural Transformation
- Former AVP Corporate Culture at Biggest Bank Syariah
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI