Transisi Net-Zero 2050 akan memerlukan pergeseran permintaan, alokasi modal, biaya, dan pekerjaan yang signifikan dan sering kali menjadi beban utama.
Dekarbonisasi global hanya akan mungkin jika persyaratan tingkat sistem terpenuhi, yang meliputi blok bangunan fisik, penyesuaian ekonomi dan sosial, serta tata kelola, institusi, dan komitmen. Penyesuaian ekonomi dan sosial dengan melaksanakan transformasi ekonomi akan memungkinkan transisi yang berhasil ke emisi Net-Zero pada tahun 2050. Pergeseran ekonomi secara agregat, pada sistem energi dan tata guna lahan, serta sektor-sektor yang tercakup di dalamnya pada individu, baik konsumen maupun pekerja.
Dalam artikel ini akan dipaparkan hasil penelitian McKinsey berdasarkan skenario Net-Zero 2050 dari Network for Greening the Financial System (NGFS). Penelitian McKinsey tersebut berupa simulasi hipotetis, bukan proyeksi atau prediksi. Perspektif tentang permintaan, investasi, biaya, dan pekerjaan yang dilakukan mewakili pandangan dunia yang konsisten dan saling bergantung.
Metodologi penelitian McKinsey terdiri dari: sumber, skenario, keterbatasan, dan ketidakpastian. McKinsey menilai transisi net-zero di sepanjang dua dimensi: sektor dan geografi. Untuk yang pertama, McKinsey memeriksa sistem energi dan penggunaan lahan yang menyumbang sekitar 85 persen dari emisi global: listrik, mobilitas (khususnya, transportasi jalan), industri (produksi baja dan semen), bangunan, pertanian dan pangan, serta kehutanan dan penggunaan lahan lainnya. Di lapangan terlihat bahwa bahan bakar fosil yang memasok energi ke banyak sistem ini. Untuk dimensi geografis, McKinsey menganalisis efek secara mendalam untuk 69 negara, yang membentuk sekitar 95 persen dari PDB global.
McKinsey menganalisis efek potensial di bawah skenario Net Zero 2050 yang ditentukan oleh Network for Greening the Financial System (NGFS). Skenario hipotetis ini mencerminkan aspirasi global untuk mengurangi emisi sekitar setengahnya pada tahun 2030 dan menjadi nol bersih pada tahun 2050. Kondisi tersebut mencapai emisi CO2 bersih-nol pada tahun 2050 untuk perekonomian secara keseluruhan; ini berarti ada beberapa sisa emisi CO2 kotor yang rendah di sektor-sektor yang sulit dikurangi dan beberapa wilayah yang diimbangi dengan penghilangan CO2.
Skenario tersebut memproyeksikan emisi gas rumah kaca yang akan terjadi jika hanya kebijakan mitigasi hari ini tetap berlaku (berdasarkan penilaian kebijakan NGFS pada awal 2020), dan mengantisipasi pemanasan sedikit di atas 3C pada tahun 2100. Perbandingan memungkinkan untuk memperhitungkan bagaimana faktor lain seperti pertumbuhan PDB atau pertumbuhan penduduk dapat memengaruhi ekonomi antara sekarang dan 2050.
McKinsey juga berkolaborasi dengan Vivid Economics untuk menggunakan dua skenario NGFS untuk menghasilkan variabel sektor yang lebih terperinci jika diperlukan (misalnya, penjualan mobil baru), dengan cara yang didasarkan pada dan sesuai dengan skenario NGFS. Dalam kasus seperti itu, kami masih mengacu pada variabel sektor tertentu yang didasarkan pada skenario NGFS yang relevan.
McKinsey melakukan analisis sebagai berikut. Pertama, menggunakan skenario NGFS dan downscaling oleh Vivid Economics untuk mengukur perubahan variabel penting di setiap sistem energi dan penggunaan lahan (misalnya, perubahan produksi listrik berdasarkan sumber). Downscaling dilakukan untuk memberikan perincian sektoral atau teknologi yang tidak tersedia dari NGFS, guna menilai perubahan permintaan dan kemudian menilai implikasi untuk stok modal dan investasi, biaya produsen dan konsumen, dan pekerjaan berdasarkan informasi tentang teknologi dekarbonisasi dan modal dan biaya operasinya, intensitas tenaga kerja, dan efeknya pada rantai nilai. Di samping itu juga digunakan biaya spesifik wilayah dan asumsi tenaga kerja, serta kurva pembelajaran teknologi yang diharapkan dari waktu ke waktu.
Keterbatasan skenario NGFS, seperti halnya skenario transisi apa pun, mengingat bahwa ini adalah bidang penelitian yang sedang berkembang. Pertama, sementara beberapa variabel dieksplorasi di tingkat sektor, skenario seringkali tidak memberikan detail yang cukup untuk mengeksplorasi bagaimana berbagai jenis kegiatan akan terpengaruh, sehingga memerlukan downscaling untuk mencapai perincian sektoral yang diperlukan.
Kedua, model yang mendukung skenario NGFS mungkin tidak menangkap dinamika atau kendala penting dalam suatu sektor. Misalnya, model yang digunakan mendukung penggunaan biomassa yang lebih ekonomis dalam energi dan industri (misalnya, produksi hidrogen) daripada yang mungkin dianggap layak di jalur dekarbonisasi spesifik sektor lainnya.