Manusia bisa saja berencana, tetapi Allah-lah yang merealisasikan segala rencana. "Wa 'akidu kaida," kata Allah dalam surat Ath-Thariq. Untuk itulah keikhlasan diperlukan.
Kembali kepada cerita sahabat tersebut. Dia merasa tidak pernah bisa membalas kasih ibunya, menurut ukurannya, karena keberhasilan datang setelah sang ibu meninggalkannya.Â
Sahabatku hanya bisa membalas kebaikan ibunya lewat do'a. Aku sampaikan kepadanya, dia jauh lebih beruntung daripadaku. Dia telah dapat membahagiakan ibunya walaupun ibunya telah menghadap Sang Khalik.Â
Keinginan ibunya sebagai seorang janda dengan kemampuan terbatas untuk menyekolahkan anaknya setinggi mungkin agar dapat merubah nasib mereka telah berhasil, walaupun ibunya tidak sempat melihat dia berada di puncak karir saat ini.Â
Bandingkan dengan ibuku yang memberikan aku bergelimang fasilitas agar aku dapat eksis dalam kehidupan yang semakin beraneka ragam, namun tidak ada satu hal pun yang dapat ibuku banggakan tentang aku sampai beliau pergi menghadap Sang Khalik.Â
Dari sisi pekerjaan, karirku biasa saja. Dari sisi materi, aku tidak pernah punya kesempatan memberikan satu pun materi untuk ibuku, bahkan malah ibuku lebih sering memberiku materi hingga beliau sudah tiada melalui usaha yang dirintisnya.
Kusampaikan kepada sahabatku itu, bahwa do'a yang dia berikan untuk ibunya adalah sesuatu yang merupakan senjata para mukminin menembus rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala.Â
Do'a anak yang shaleh merupakan satu dari tiga hal yang tidak memutus amal seseorang yang telah tiada. Ibu pasti akan bahagia di sisiNya jika setiap saat kita tidak lepas mendo'akannya. Dan tugas kita adalah dapat menjadi anak yang shaleh, karena tanpa menjadi anak yang shaleh, do'a kita tidak akan diterima oleh Allah SWT.
Wallahu a'lam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H