Secara sederhana, perusahaan yang sukses telah mengembangkan sesuatu yang istimewa yang menggantikan strategi perusahaan, kehadiran pasar, dan keunggulan teknologi. Meskipun strategi, keberadaan pasar, dan teknologi jelas penting, perusahaan yang sangat sukses telah memanfaatkan kekuatan yang ada dalam mengembangkan dan mengelola budaya perusahaan yang unik.
Kekuatan tersebut di atas, berdiam dalam kemampuan budaya yang kuat dan unik untuk mengurangi ketidakpastian kolektif (yaitu, memfasilitasi sistem interpretasi bersama untuk anggota), menciptakan tatanan sosial (menjelaskan kepada anggota apa yang diharapkan), menciptakan kesinambungan (melanggengkan nilai-nilai dan norma-norma utama. lintas generasi anggota), menciptakan identitas dan komitmen kolektif (mengikat anggota bersama), dan menjelaskan visi masa depan (memberi energi pada gerakan ke depan).
Sebagian besar cendekiawan dan pengamat organisasi sekarang mengakui bahwa budaya perusahaan memiliki efek yang kuat pada kinerja dan efektivitas jangka panjang organisasi. Penelitian empiris telah menghasilkan berbagai temuan mengesankan yang menunjukkan pentingnya budaya untuk meningkatkan kinerja perusahaan (Cameron dan Ettington, 1988; Denison, 1990; dan Trice dan Beyer, 1993).
Kotter dan Heskett (1992) mewawancarai tujuh puluh lima analis keuangan yang sangat dihormati yang tugasnya mengikuti industri dan perusahaan tertentu. Setiap analis membandingkan kinerja dua belas perusahaan yang sangat sukses dengan sepuluh perusahaan yang berkinerja lebih rendah. Meskipun analis distereotipkan sebagai berfokus hampir secara eksklusif pada data keras, hanya satu dari tujuh puluh lima menunjukkan bahwa budaya memiliki sedikit atau tidak ada dampak pada kinerja perusahaan. Semua mengakui budaya sebagai faktor penting dalam kesuksesan finansial jangka panjang.
Selain efek tingkat organisasi, dampak budaya organisasi pada individu (moral karyawan, komitmen, produktivitas, kesehatan fisik, kesejahteraan emosional) juga didokumentasikan dengan baik (Kozlowski, Chao, Smith, dan Hedlund, 1993). Dengan biaya perawatan kesehatan yang terus meroket, kelelahan pada tingkat tertinggi sepanjang masa, erosi kesetiaan insan kepada perusahaan menelan biaya jutaan dolar atau milyaran rupiah per tahun untuk penggantian dan pelatihan ulang, rahasia organisasi yang hilang karena sabotase dan pembelotan, dan tuntutan hukum serta bentuk retribusi lainnya oleh pihak yang tidak puas insan perusahaan, dampak budaya yang mendasari organisasi pada insan juga merupakan bidang penting yang menjadi perhatian.
Perubahan budaya, pada akarnya, terkait erat dengan perubahan insan. Apabila pemimpin tidak bersedia melakukan perubahan pribadi, budaya organisasi akan tetap tidak berubah. Budaya merupakan faktor penting dalam efektivitas jangka panjang organisasi, sangat penting bahwa individu yang ditugasi mempelajari atau mengelola budaya organisasi dapat mengukur dimensi kunci budaya, mengembangkan strategi untuk mengubahnya, dan memulai proses implementasi.
Penulis: MERZA GAMALÂ
- Pengkaji Sosial Ekonomi Islami
- Author of Change Management & Cultural Transformation
- Former AVP Corporate Culture at Biggest Bank Syariah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H