Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berpengalaman di dunia perbankan sejak tahun 1990. Mendalami change management dan cultural transformation. Menjadi konsultan di beberapa perusahaan. Siap membantu dan mendampingi penyusunan Rancang Bangun Master Program Transformasi Corporate Culture dan mendampingi pelaksanaan internalisasi shared values dan implementasi culture.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kekasaran di Tempat Kerja

28 Desember 2021   07:59 Diperbarui: 28 Desember 2021   08:02 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa hal itu penting menjadi perhatian? Karena semua ketidaksopanan tersebut ada harganya. Manajer dan insan perusahaan yang merasa tidak dihargai cenderung berkinerja lebih buruk, sesuai dengan yang disampaikan oleh responden penelitian sebagai berikut:

  • Saya kehilangan waktu di tempat kerja karena mengkhawatirkan insiden itu: 80%
  • Saya kehilangan waktu di tempat kerja menghindari pelaku: 63%
  • Saya sengaja mengurangi usaha kerja saya : 48%
  • Saya sengaja menurunkan kualitas pekerjaan saya: 38%

Menghadapi permasalahan kekasaran di tempat kerja tersebut, menurut Sutton, pemimpin terbaik mengambil tiga pendekatan sebagai berikut:

  • Mereka menciptakan zona aman---tanpa takut diejek, dihukum, atau dikucilkan, bahkan untuk kesalahan besar;
  • Mereka melindungi insan perusahaan---dari sesama pemimpin yang merusak pekerjaan dan kesejahteraan;
  • Mereka memberikan pujian---dan menghindari "badai celaan" dan "regu tembak melingkar"

Akumulasi tindakan sembrono yang membuat insan perusahaan merasa tidak dihargai---dengan sengaja diabaikan, diremehkan oleh rekan kerja, atau diremehkan di depan umum oleh manajer yang tidak peka---dapat menciptakan kerusakan permanen yang seharusnya mengkhawatirkan setiap perusahaan.

Saat tempat kerja menjadi lebih cepat, lebih kompleks secara teknologi, dan beragam budaya, kesopanan menjadi penting. Antara lain, ini membantu meredam potensi ketegangan dan memajukan berbagi informasi dan pembangunan tim.

Hubungan di tempat kerja mungkin berantakan karena lebih sedikit insan perusahaan yang bekerja di kantor dan merasa lebih terisolasi dan kurang dihormati. Beberapa penelitian menunjukkan tumbuhnya narsisme di kalangan pekerja yang lebih muda. Globalisasi mungkin menyebabkan bentrokan budaya yang menggelembung di bawah permukaan. Hal tersebut terjadi karena di era digital, pesan rentan terhadap kesenjangan komunikasi, kesalahpahaman, dan penolakan tidak disampaikan secara langsung, tetapi muncul sebagai cuitan di medsos.

Apa pun penyebab yang mendasarinya, biaya ketidaksopanan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat stres insan perusahaan. Besarnya biaya dan gangguan akan tergantung pada tingkat ketidaksopanan. Perilaku kasar, misalnya, akan menyebabkan kerusakan yang lebih dalam pada organisasi daripada bentuk yang lebih ringan seperti penghinaan. Oleh karena itu, perusahaan perlu menyesuaikan solusi mereka.

Penulis: MERZA GAMAL 

  • Pengkaji Sosial Ekonomi Islami
  • Author of Change Management & Cultural Transformation
  • Former AVP Corporate Culture at Biggest Bank Syariah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun