Mengapa hal itu penting menjadi perhatian? Karena semua ketidaksopanan tersebut ada harganya. Manajer dan insan perusahaan yang merasa tidak dihargai cenderung berkinerja lebih buruk, sesuai dengan yang disampaikan oleh responden penelitian sebagai berikut:
- Saya kehilangan waktu di tempat kerja karena mengkhawatirkan insiden itu: 80%
- Saya kehilangan waktu di tempat kerja menghindari pelaku: 63%
- Saya sengaja mengurangi usaha kerja saya : 48%
- Saya sengaja menurunkan kualitas pekerjaan saya: 38%
Menghadapi permasalahan kekasaran di tempat kerja tersebut, menurut Sutton, pemimpin terbaik mengambil tiga pendekatan sebagai berikut:
- Mereka menciptakan zona aman---tanpa takut diejek, dihukum, atau dikucilkan, bahkan untuk kesalahan besar;
- Mereka melindungi insan perusahaan---dari sesama pemimpin yang merusak pekerjaan dan kesejahteraan;
- Mereka memberikan pujian---dan menghindari "badai celaan" dan "regu tembak melingkar"
Akumulasi tindakan sembrono yang membuat insan perusahaan merasa tidak dihargai---dengan sengaja diabaikan, diremehkan oleh rekan kerja, atau diremehkan di depan umum oleh manajer yang tidak peka---dapat menciptakan kerusakan permanen yang seharusnya mengkhawatirkan setiap perusahaan.
Saat tempat kerja menjadi lebih cepat, lebih kompleks secara teknologi, dan beragam budaya, kesopanan menjadi penting. Antara lain, ini membantu meredam potensi ketegangan dan memajukan berbagi informasi dan pembangunan tim.
Hubungan di tempat kerja mungkin berantakan karena lebih sedikit insan perusahaan yang bekerja di kantor dan merasa lebih terisolasi dan kurang dihormati. Beberapa penelitian menunjukkan tumbuhnya narsisme di kalangan pekerja yang lebih muda. Globalisasi mungkin menyebabkan bentrokan budaya yang menggelembung di bawah permukaan. Hal tersebut terjadi karena di era digital, pesan rentan terhadap kesenjangan komunikasi, kesalahpahaman, dan penolakan tidak disampaikan secara langsung, tetapi muncul sebagai cuitan di medsos.
Apa pun penyebab yang mendasarinya, biaya ketidaksopanan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat stres insan perusahaan. Besarnya biaya dan gangguan akan tergantung pada tingkat ketidaksopanan. Perilaku kasar, misalnya, akan menyebabkan kerusakan yang lebih dalam pada organisasi daripada bentuk yang lebih ringan seperti penghinaan. Oleh karena itu, perusahaan perlu menyesuaikan solusi mereka.
Penulis: MERZA GAMALÂ
- Pengkaji Sosial Ekonomi Islami
- Author of Change Management & Cultural Transformation
- Former AVP Corporate Culture at Biggest Bank Syariah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H