Beberapa dekade terakhir, terjadi trend perusahaan yang sukses di suatu bisnis merambah bisnis lain. Misalnya: perusahaan logistik mengakuisisi perusahaan perangkat lunak, perusahaan farmasi memasuki pasar kesehatan konsumen.
Perambahan ke bisnis lain tersebut mungkin saja meningkatkaan pendapatan, namun biaya dan kompleksitas juga meningkat. Beberapa sinergi operasional dan lainnya mungkin terwujud---tetapi pada akhirnya para eksekutif dan BOD menyadari betapa sulitnya menambah nilai pada bisnis yang memiliki sedikit atau tidak ada hubungan langsung dengan bisnis inti perusahaan.
Realisasi mungkin datang ketika kinerja unit bisnis tertinggal dari rekan-rekannya tanpa jalan yang jelas untuk mengejar ketinggalan. Atau tinjauan portofolio perusahaan dapat mengungkapkan bahwa beberapa struktur biaya unit bisnis tidak sebanding dengan unit bisnis inti. Atau para eksekutif mungkin menyadari bahwa perusahaan tidak memiliki kemampuan manajemen yang memadai untuk menumbuhkan semua bisnis dalam portofolionya.
Ketika sinyal-sinyal ini muncul, perusahaan mengakui bahwa mereka bukan lagi pemilik aset terbaik, dan terjadilah spin-off---terutama di lingkungan seperti yang kita alami sekarang, ketika model bisnis sedang diuji oleh krisis dan strategi baru, dibutuhkan penilaian pasar tinggi dan pakar keuangan bekerja keras.
Alasan mendasar mengapa banyak perusahaan besar mengejar spin-off---khususnya, karena kesepakatan semacam itu dapat membantu meningkatkan model operasi, fokus dan strategi manajemen, dan manajemen modal untuk perusahaan induk dan unit bisnis divestasi.
Alasan Pertama; Model operasi
Struktur grup sering kali memaksakan persyaratan operasi pada semua unit bisnis dalam portofolio perusahaan. Konglomerat farmasi dan peralatan medis, misalnya, mungkin mengharuskan semua unit bisnis untuk menggunakan proses kepatuhan dan regulasi terpusat atau sistem manajemen inventaris dan pelaporan penjualan yang umum. Tetapi divisi obat dan perangkat yang berbeda memiliki kebutuhan yang berbeda, sehingga tim yang mengelola fungsi kepatuhan, pengadaan, dan penjualan bersama ini kemungkinan akan berjuang untuk memenuhi keadaan dan prioritas unik setiap unit. Memang, ketika portofolio perusahaan menggabungkan bisnis dengan margin tinggi, pertumbuhan tinggi dengan margin rendah, bisnis yang matang, mungkin ada ketidakcocokan model operasi yang jelas.
Spin-Off akan memungkinkan model operasi yang lebih disesuaikan. Misalnya, pada perusahaan konsumen global yang memiliki bisnis bermerek dengan margin tinggi dan juga bisnis komoditas tanpa merek dengan margin lebih rendah: ada sinergi yang jelas dalam proses distribusi dan rantai pasokan. Akan tetapi margin yang sangat tipis dalam industri barang kemasan konsumen yang sangat kompetitif, membuat bisnis komoditas tanpa merek memerlukan struktur biaya yang jauh lebih ramping dan model operasi yang lebih terfokus daripada yang dimiliki perusahaan konsumen. Dengan menjual bisnis komoditas tanpa merek kepada pemilik yang lebih baik, perusahaan konsumen global ini mampu merampingkan model operasinya dan mengejar pertumbuhan dalam bisnis bermereknya.
Alasan Kedua; Fokus dan strategi manajemen
Pengalaman menunjukkan bahwa para pemimpin senior konglomerat cenderung menginvestasikan perhatian dan sumber daya organisasi secara berlebihan di bagian bisnis mereka yang tumbuh tinggi dan kurang berinvestasi di bagian organisasi yang tumbuh lebih rendah atau lebih matang. Hal sebaliknya juga bisa terjadi. Pemimpin senior mungkin terlalu fokus pada keberhasilan atau kegagalan unit bisnis terbesar dan kurang fokus pada pertumbuhan secara keseluruhan.