Dan dengan "keterlibatan", memberi insan perusahaan kepemilikan nyata atas inisiatif atau pencapaian yang berkontribusi pada transformasi.
Mengalokasikan insan perusahaan berkinerja tinggi ke inisiatif bernilai tertinggi mewujudkan manfaat finansial penuh mereka lebih mungkin daripada yang lain untuk mencocokkan bakat terbaik mereka dengan inisiatif terpenting mereka.Â
Hal tersebut lebih lanjut menekankan pentingnya menghubungkan prioritas bisnis dan bakat dengan memiliki pandangan yang jelas tentang di mana nilai dihasilkan di perusahaan, dan siapa dalam organisasi yang memiliki pengalaman dan keterampilan untuk memberikan nilai itu.
Penelitian McKinsey lainnya menunjukkan bahwa beban yang dibebankan pada orang-orang berkinerja tinggi ini bisa jadi terlalu tinggi.Â
Daripada membebani insan perusahaan berkinerja tinggi dengan terlalu banyak inisiatif, perusahaan harus menjaga agar individu-individu ini tetap fokus pada inisiatif terbesar, dan sering kali paling menonjol.Â
Untuk inisiatif yang lebih kecil, yang terbaik adalah melibatkan koalisi manajer dan insan perusahaan yang lebih luas, yang membangun dukungan yang lebih luas dan mengurangi potensi penundaan perolehan nilai.
Hasil survei McKinsey menunjukkan bahwa upaya transformasi perusahaan hanya mencapai tingkat keberhasilan 30 persen.Â
Dalam periode perubahan yang begitu lama dan dramatis dalam bisnis, ekonomi, dan dunia pada umumnya, hasil survei terbaru menunjukkan bahwa sudah waktunya bagi perusahaan untuk memperlakukan transformasi lebih dari sekadar proyek sampingan atau peristiwa terpisah dan menggunakannya sebagai peluang untuk secara fundamental mengubah cara bisnis mereka berjalan.
Ketika sebuah perusahaan membebaskan bandwidthnya dari inisiatif lain dan memfokuskan sumber daya dan energinya hanya pada transformasi, maka dimungkinkan untuk mengambil pendekatan yang benar-benar holistik yang dibutuhkan kesuksesan.
Penulis,
Merza Gamal
- Author of Change Management & Cultural Transformation
- Former AVP Corporate Culture at Biggest Bank Syariah