Empat praktik yang dapat membantu para pemimpin menumbuhkan keamanan psikologis adalah sebagai berikut:
- Membingkai ulang "kegagalan."Â Kegagalan secara emosional sulit, karena kita siap untuk berhasil. Para pemimpin dapat membantu membingkai kegagalan sebagai cara untuk belajar dari kesalahan langkah dan membangun kesuksesan di masa depan. Penekanan ini membantu memperkuat lingkungan yang dapat beradaptasi di mana orang merasa nyaman bersikap jujur dan rentan; itu juga mengundang pola pikir yang ingin tahu, terbuka, dan berkembang.
- Mendorong suara tim. Keragaman perspektif mendorong kami untuk menjadi inovatif dan meningkatkan kinerja kami. Pemimpin dapat berusaha untuk mengundang masukan tim ke dalam pengambilan keputusan dan menggunakan lebih banyak dialog untuk mendorong diskusi. Perkuat perilaku "pembawa pesan" dengan menghargai semua ide dan berterima kasih kepada mereka yang membagikannya, bahkan jika pesan itu pada akhirnya tidak ditindaklanjuti. Jika ide tersebut ditolak, pastikan untuk menjelaskan alasannya, dan berusahalah untuk "membunyikan" suara mereka yang diam.
- Menghargai orang lain. Untuk mendorong partisipasi penuh, anggota tim perlu merasa dihargai atas kontribusi mereka. Pemimpin dapat menghindari ucapan selamat umum atau hanya mengakui hasil. Sebaliknya, mereka dapat menghargai upaya anggota, membuat pengakuan atas kontribusi mereka sebagai bagian dari bahasa tim.
- Melatih anggota tim untuk saling mendukung. Sebagai kontributor keamanan psikologis, iklim tim lebih dari dua kali lebih penting daripada gaya kepemimpinan, kami temukan. Coaching, role modeling, mentoring, dan mendirikan struktur sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang terasa aman.
Kekuatan adaptasi tumbuh ketika seluruh elemen organisasi memperkuat norma dan perilaku budaya perusahaan. Saat memasuki babak baru pekerjaan hybrid, perusahaan harus memanfaatkan kesempatan untuk mengintegrasikan elemen-elemen ini dengan pengalaman imersif tatap muka yang lebih tradisional.
Gunakan pelatihan sesuai kebutuhan organisasi dan insan perusahaan. Keyakinan yang berlaku selama ini adalah bahwa kesadaran yang lebih dalam dan pekerjaan mengubah kebiasaan hanya mungkin dilakukan melalui pengalaman pribadi yang mendalam. Akan tetapi, pandemi Covid-19 mengubah pandangan itu. Banyak organisasi telah meluncurkan modul pelatihan digital singkat yang digabungkan dengan penggunaan alat penguatan perilaku, seperti dorongan. Konten ini berfokus pada pengajaran konsep adaptasi sederhana yang dapat dipraktikkan peserta dalam kehidupan sehari-hari, yang dapat mempercepat pembelajaran dan perubahan perilaku.
Penulis,
Merza Gamal
Author of Change Management & Cultural Transformation
Former AVP Corporate Culture at Biggest Bank Syariah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H