Pengakuan mendasar yang dianut oleh perusahaan-perusahaan top (dan yang sulit diterima oleh orang-orang yang lamban) adalah bahwa sumber values akan terus berubah dengan cara yang tidak dapat dimanfaatkan hanya oleh bisnis inti tradisional perusahaan. Perusahaan yang sukses perlu unggul dalam mengaburkan batasan, mengambil pandangan sistem daripada yang mekanis, dan merangkul fluiditas atas rencana tetap.
Perusahaan yang siap menghadapi masa depan melihat mitra sebagai ekstensi dari diri mereka sendiri. Hubungan ini menonjolkan batas-batas keropos dan tingkat kepercayaan yang tinggi serta saling ketergantungan untuk berbagi nilai dan membiarkan setiap mitra fokus pada apa yang terbaik. Misalnya, Amazon mendorong pembentukan start-up pengiriman baru dengan meluncurkan program pengiriman jarak jauh yang menawarkan uang bibit, van sewaan, dan pelatihan bagi insan perusahaan berkinerja terbaik. Meskipun mitra sistem pengiriman ini adalah wiraswasta, Amazon memandang mereka sebagai perpanjangan dari ekosistem logistik mereka dan bentuk baru kemitraan (patnership) yang tumbuh di dalam negeri.
Kemitraan harus dibina untuk jangka panjang untuk mengembangkan antifragilitas yang lebih baik yang membantu mitra menghadapi guncangan. Misalnya, JLABS Johnson & Johnson memberikan dukungan dan sumber daya tentang kepatuhan, pasar, sains, dan topik lain untuk perusahaan rintisan yang menjanjikan. Dengan demikian, perusahaan mendukung dan mengembangkan hubungan dengan pengusaha star up berskala kecil-menengah. Model seperti ini merangkul kemitraan yang dimotivasi oleh kesuksesan bersama dalam mengahadapi tatanan "New Normal" Pasca Pandemi Covid-19.
Penulis,
Merza Gamal
Author of Change Management & Cultural Transformation
Former AVP Corporate Culture at Biggest Bank Syariah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H