Selain itu, universalisasi peran insan perusahaan memungkinkan penyederhanaan dan pengurangan profil pekerjaan serta lebih banyak fleksibilitas dan efisiensi dalam penjadwalan, juga membuat insan perusahaan lebih dapat dipekerjakan di dalam dan di luar perusahaan.
Saat beralih ke peran yang lebih luas dan tanggung jawab yang lebih besar, para pemimpin memiliki tanggung jawab untuk berinvestasi dalam pemberian keterampilan ulang dan keterampilan yang tepat kepada insan perusahaan. Para eksekutif tidak boleh mengabaikan tantangan budaya yang dapat muncul dalam transformasi gesit frontliners.Â
Untuk menunjukkan rasa memiliki, bertanggung jawab, dan berkolaborasi, insan perusahaan membutuhkan pemimpin yang menunjukkan kepercayaan dan transparansi, memberikan arahan yang jelas, dan membuat hubungan emosional dengan pekerja.Â
Perilaku semacam ini oleh manajemen atas dan menengah sangat penting di area di mana insan perusahaan telah "diangkat sebagai penugasan," yang sering terjadi dalam lingkungan penjualan.Â
Pemimpin yang terinspirasi dapat menciptakan lingkungan di mana insan perusahaan berani bereksperimen, gagal, belajar, berkembang, dan meningkat.
Agile culture yang diaplikasikan pada morning briefing, retrospektif, dan dialog kinerja dapat memungkinkan pembelajaran yang berfokus pada hasil dan siklus perbaikan. Alat visual seperti sprint planner dan dinding portofolio membuat pembelajaran dapat ditindaklanjuti.
Selain itu, perusahaan harus beralih ke proses dari bawah ke atas dalam menetapkan target. Hal ini memungkinkan tim frontliners untuk menetapkan target mereka sendiri menggunakan metrik keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya.Â
Perusahaan menemukan bahwa pembalikan ini --- dari ambisi top-down ke bottom-up --- menyebabkan peningkatan rasa kepemilikan insan perusahaan, kewirausahaan, dan prediktabilitas, serta peningkatan hasil keuangan.Â
Tim multidisiplin insan penjualan perusahaan membentuk target mereka sendiri dan bertanggung jawab untuk memenuhi target tersebut. Proses penetapan target dari bawah ke atas ini didukung oleh data dan tolok ukur.Â
Misalnya, tim penjualan tidak hanya dilengkapi dengan data kinerja mereka sendiri dari triwulan sebelumnya, tetapi juga dengan data rekan kerja dan dengan perkiraan potensi penjualan maksimum di wilayah mereka.Â
Pendekatan ini juga terkait dengan budaya dan kepemimpinan. Para pemimpin harus menyediakan ruang untuk otonomi dan melepaskan beberapa mekanisme kontrol; pada gilirannya, insan perusahaan harus menunjukkan kepemimpinan, meskipun mereka mungkin lebih terbiasa untuk diinstruksikan atau diawasi.