Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berpengalaman di dunia perbankan sejak tahun 1990. Mendalami change management dan cultural transformation. Menjadi konsultan di beberapa perusahaan. Siap membantu dan mendampingi penyusunan Rancang Bangun Master Program Transformasi Corporate Culture dan mendampingi pelaksanaan internalisasi shared values dan implementasi culture.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Krisis Covid-19 Mendorong Perusahaan Melewati Titik Kritis Teknologi

24 November 2020   04:40 Diperbarui: 8 Desember 2020   09:17 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gedung perkantoran (SHUTTERSTOCK via Kompas.com)

Ilustrasi gedung perkantoran (SHUTTERSTOCK via Kompas.com)
Ilustrasi gedung perkantoran (SHUTTERSTOCK via Kompas.com)
Di berbagai sektor, hasil kajian menunjukkan bahwa tingkat pengembangan produk digital selama pandemi berbeda. Mengingat kerangka waktu untuk membuat perubahan manufaktur, tidak mengherankan, perbedaan lebih terlihat antara sektor dengan dan tanpa produk fisik dibandingkan antara perusahaan B2B dan B2C. 

Responden pada consumer packaged goods (CPG) dan otomotif serta perakitan, misalnya, melaporkan tingkat perubahan yang relatif rendah pada portofolio produk digital mereka.

Sebaliknya, peningkatan yang dilaporkan jauh lebih signifikan dalam perawatan kesehatan dan farmasi, layanan keuangan, dan layanan profesional, di mana para eksekutif melaporkan lonjakan hampir dua kali lipat dari yang dilaporkan di perusahaan CPG.

Demikian pula, perusahaan-perusahaan di Indonesia juga menghadapi tantangan akibat pandemi Covid-19 yang terus merajalela. Beradaptasi dalam gaya hidup digital menjadi salah satu upaya untuk menghadapi Kenormalan Baru (New Normal) yang dilakukan oleh masyarakat agar tetap dapat melanjutkan kesehariannya. Termasuk di antaranya bagaimana sebuah perusahaan mengelola cara kerja dan koordinasi secara digital. 

Berdasarkan hasil penelitian Deloitte dalam laporan The Digital Workplace, organisasi dengan jaringan sosial online yang kuat 7% lebih produktif daripada yang tidak, dengan 64,8% dari total populasi 264 juta penduduk Indonesia sudah terkoneksi internet (data APJJI). Tren ini sejalan dengan peluang untuk melihat bahwa Covid-19 bukan hanya pandemik, melainkan akselerator modernisasi dan digitalisasi.

Seperti apa sebenarnya akselerator kerja pasca-Covid-19 dan bagaimana perusahaan menyeimbangkan ketangkasan dan produktivitas selama situasi ini? Berikut ada tiga upaya yang dapat dilakukan sebuah perusahaan untuk tetap menjaga efektivitas kerja dalam fase New Normal.

1. Mengimbangi Kapasitas Tenaga Kerja
Keamanan dan kesehatan insan perusahaan menjadi prioritas utama dalam menghadapi Covid-19. Setelah Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 telah menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor 8 Tahun 2020 tentang pengaturan jam kerja pada masa adaptasi kebiasaan baru menuju masyarakat produktif dan aman Covid-19 untuk wilayah Jabodetabek di bulan Juni lalu.

Setelahnya, banyak perusahaan mulai menerapkan penyusunan dan penerapan pengaturan jam bekerja dengan membagi beberapa shift untuk mengimbangi kapasitas jumlah insan perusahaan yang bekerja di kantor. Oleh karena itu, memilih cara pengelolaan yang tepat penting untuk menjaga efektifikas perusahan, dengan meminimalisir kepentingan bertemu tatap muka.

Mengadaptasi penggunaan platform yang mampu menjadi pusat kontrol yang memungkinkan tahap kerja terotomasi seperti persetujuan, alur kerja, pengeluaran, dan data kehadiran dapat diintegrasikan dengan fitur Approval dan Attendance akan sangat membantu sistem kerja suatu perusahaan.

2. Terus Meningkatkan Pengetahuaan Tim
Dengan adaptasi gaya hidup digital dan bekerja secara remote, perusahaan harus tetap menjaga kesempatan insan perusahaan dalam meningkatkan pengetahuaan dan keterampilan sebuah tim. Webinar, virtual talkshow, dan virtual workshop, menjadi salah satu yang sedang populer saat ini dikalangan masyarakat sebagai sarana untuk membagi edukasi dan konten informatif secara virtual.

Konferensi video adalah fitur pendukung yang penting untuk melakukannya. Fitur ini tidak hanya dapat mengganti peran meeting yang biasa dilakukan secara face-to-face, namun juga menyediakan inovasi baru bagi masyarakat untuk bangkit di tengah pandemi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun