Ketika pandemi Covid-19 menyerang, dari berbagai yang kita lihat di lapangan dan berita-berita yang disampaikan baik oleh media masa maupun oleh kabar dari media sosial, beberapa hal yang dialami dunia usaha, antara sebagai berikut:
- Lebih dari 70% dari para pemula harus mengakhiri kontrak karyawan tetap sejak dimulainya pandemi Covid-19;
- Banyak bisnis wirausaha telah berputar untuk memenuhi kebutuhan baru akan barang atau jasa yang muncul dari krisis;
- Cara model dan pendekatan bisnis kewirausahaan dipengaruhi oleh pandemi akan berdampak pada bagaimana kewirausahaan dianggap sebagai pilihan pekerjaan di masa depan.
Pemerintah di seluruh dunia telah berulang kali diuji dan dikembangkan akibat pandemi Covid-19. Mereka telah menetapkan aturan dan norma baru untuk mencoba membangun kembali kepercayaan dan memberi ekonomi peluang untuk bertahan hidup.
Namun, yang kurang diperhatikan dan dibahas adalah dampak pandemi pada bisnis wirausaha. Ketika sumber keuangan mengering, lebih dari 40% usaha baru akan jatuh ke dalam apa yang disebut "zona merah" dengan hanya cukup uang tunai untuk tiga bulan atau kurang dari operasi normal.
Di samping permasalahan ketersediaan uang tunai untuk kebutuhan hidup saat ini, sejak awal krisis, lebih dari 70% pemula harus mengakhiri kontrak dengan karyawan tetap (full-time employee).
Dari penyelenggara festival musik yang berubah menjadi rumah jenazah pop-up hingga perusahaan otomotif yang memutar manufaktur ke ventilator yang sangat dibutuhkan yang secara sadar tidak sadar telah mendorong terjadinya peningkatan kreativitas.
Orang-orang dan perusahaan telah menyusun ide-ide baru untuk menanggapi kebutuhan yang ada atau yang muncul tidak cukup ditangani oleh pemerintah dan lembaga yang berkuasa.
Gambaran tentang bagaimana wirausahawan dan sistem mereka terpengaruh lebih bernuansa daripada yang mungkin, pada awalnya, kita yakini, tetapi memahami itu penting: bagaimana bentuknya (kembali) hari ini akan memiliki efek jangka panjang.