Kata gagal merupakan sudah sering kita dengar , namun jika kita gagal apakah  kita tidak bangkit lagi ? apakah kita hanya menangis dan menyalahkan Tuhan.  Di tahun yang sama saya mencoba Kampus mengajar angkatan ke 6 namun gagal kemudian saya coba lagi di angkatan ke 7 dan akhirnya saya lulus. Berkat yang luar biasa dari Tuhan. Jujur, setiap kali mengingat kampus mengajar saya selalu berdoa agar lulus dan berkata '' Biarlah sesuai Kehendak Tuhan''.Â
Salah satu doa yang selalu saya ucap kepada Tuhan adalah '' Tuhan saya mau mengikuti Kampus Mengajar tetapi jangan di kampungku dan jangan di medan , saya ingin jauh Tuhan. Tuhan menjawab doa saya, saya dinyatakan lulus lalu membuat titik domisili saya di Nusa Tenggara Timur . Pada awalnya adalah saya ingin sekali bisa di Bali namun arahan dari kakak saya kak julianti, beliau mengatakan '' kamu ke NTT sudah banyak anak- anak yang harus kamu bantu''.Â
Setelah mendengar hal tersebut dalam hati saya ''o Tuhan NTT, sangat jauh sekali, dengan rasa degdegan dan mengucap doa dan meyakinkan ibu saya '' tenang ma, di sana pasti aman'' . Dengan senyumnya yang kurang lebar dan ekspresi ada rasa kuatir di wajah ibu saya. Lalu saya balas dengan pegang tangannya. '' aman''. Sesudah saya, membuat titik domisili itu, saya tidak berhenti memikirkan NTT yang sangat jauh tetapi membuat saya penasaran bagaimana di sana ?Â
Sebulan berlalu, kami mahasiswa yang lulus melakukan pembekalan melalui daring hari pun semakin dekat. Lalu kaka saya mengambil saya tiket pesawat. Dan kamu tahu itu pertama kalinya bagi saya naik pesawat sendirian dan pesawatnya tidak hanya 1 kali melainkan 3 kali naik pesawat. Dan muncullah pertanyaan '' apakah aku bisa ? . Tibalah harinya tepat tanggal 14 Februari 2024, saya sendiri berangkat dari Medan-Jakarta, setelah itu dilanjutkan di tanggal 15 Februari Jakarta -- Labuhan Bajo , labuhan Bajo- Ende. Ini benar- benar pengalaman yang luar biasa bisa berangkat sendirian dan seorang perempuan. Sepanjang perjalanan, hati saya tenang menikmati perjalanan, awan, laut NTT yang begitu indah.
Saya bertemu dengan ketiga teman saya yang berasal dari Nusa Tenggara Timur namun dari kabupaten yang berbeda ,yang pertama namanya Aprilia yang berasal dari kabupaten Nagakeo, kedua namanya Ensy yang berasal dari kabupaten Larantuka dan yang terakhir dari kabupaten Manggarai. Kami berkenalan satu sama lain. Dari ketiga teman saya ini, memiliki bahasa daerah  yang berbeda beda. Saya sadar bahwa Nusa Tenggara timur kaya akan bahasa bukan hanya alam saja.
Seminggu kemudian, kami menginjakkan kaki untuk yang pertama kalinya di SD Inpres Barai 1, semua guru menyambut kami dengan hangat sambil memperkenalkan diri . jika ditanya asalnya mereka heran dengan asal saya dari Sumatera  Utara Medan ''jauh sekali'' kamu hebat sekali bisa sampai ke sini dan melanjutkan pertanyaan'' mengapa pengen ke NTT ? Lalu saya menjawab dengan senyum dan mata terharu '' karena saya ingin tahu anak NTT itu seperti apa sih ? pendidikan disini bagaimana ? lalu guru- guru berkata '' wow luar biasa sekali kamu hebat ''.Â
SD barai 1 dekat dengan bukit sehingga ada kelas yang harus naik tangga. Menarik, karena di Ende ataupun di NTT terkenal dengan pegunungan ataupun bukit- bukit tinggi sehingga tidak heran jika bangunan ada di atas sehingga memerlukan tenaga yang luar biasa untuk menempuhnya. Â Sekolah yang berwarna putih dan merah dan anak- anak berjumlah 120. Di minggu pertama kami melakukan perkenalan kepada semua peserta didik.
Pada saat perkenalan saya mengucapkan ''horas'' sebagai simbol dari medan batak. Mereka menyebutkannya dengan semangat. Tidak lama kemudian anak- anak memanggil saya ''ibu horas''. Saya pun tertawa dan tersenyum bahagia. Di hari ketiga saya masuk kelas mereka tertarik untuk belajar bahasa batak saya sangat senang dan bahkan ada anak- anak yang sudah menyiapkan catatan khusus untuk belajar bahasa batak. Sedikit- sedikit saya mengenalkan budaya batak, contohnya bahasa, lagu batak yang terkenal dan danau toba yang terkenal di Medan. Perasaan saya sangatlah bahagia bisa memperkenalkan budaya batak kepada mereka.
Di minggu kedua saya dan teman- teman sudah mulai dengan beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan sambil mengobservasi sekolah. Pada saat mengajar di sekolah, guru- guru menggunakan pakaian yang berbeda. Salah satunya ialah pakaian di hari Selasa memakai sarung khas kabupaten Ende. Saya melihat sangat cantik memakai sarung khas Ende sebagai bentuk mencintai dan melestarikan budaya Ende.Â
Sepanjang saya memasuki kelas bahwa literasi dan numerasi anak anak masih rendah sehingga saya bersyukur bisa di tempatkan di tepat sasaran. Dan satu hal yang saya lakukan karena saya melihat di sekolah ini tidak memiliki guru bahasa inggris dengan senang hati saya menawarkan mengajar bahasa inggris di setiap kelas.Â
Saya merasa bangga karena saya bisa berpartisipasi di sekolah tersebut. Sekolah SD barai 1 memiliki banyak prestasi salah satunya adalah menjuarai lomba futsal. Namun anak- anak di SD barai 1 terlalu sering ngomong menggunakan bahasa daerah sehingga kita kesulitan untuk menanggapi anak tersebut. Maka dari itu, kami berusaha untuk menerapkan bahasa indonesia agar anak- anak tidak hanya menggunakan bahasa daerah.Â
Guru- guru juga tetap berusaha menerapkan hal tersebut.banyak hal yang harus kami lakukan untuk memajukan literasi numerasi dan program lainnya. Harapannya SD Inpres barai 1 Â semakin maju dan anak- anak semakin mengalami perubahan. Â Oleh karena itu, Kampus Mengajar menurut saya sangat membantu anak- anak dan memiliki dampak yang besar untuk sekolah dan kepada masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H