Mohon tunggu...
Mery Indriana
Mery Indriana Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

penyuka senja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Skeptis dan Kewajiban Bertabayun

14 Oktober 2022   20:48 Diperbarui: 14 Oktober 2022   20:56 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah kita merasa jengkel saat membaca sebuah berita karena isi beritanya ternyata berbeda dengan judulnya? Ataukah kita membaca sebuah berita yang sangat berbeda dengan yang kita tahu.  Mengesalkan bukan ?

Beberapa media online memang melakukan semacam "jebakan" di judul berita agar supaya orang membaca berita itu. Dengan banyaknya orang menklik berita tadi, maka iklan akan datang dan media dapat menghidupi dirinya. Jebakan itu bisa saja berbeda dengan isi berita atau dibiarkan mengambang. Itu sering dinamakan "clikbait"

Jika kita menelaah isi media sosial, kita akan mendapati hal yang lebih mengerikan lagi. Kita akan menemukan isi berita yang sepotong-potong (tidak lengkap), kemudian ditambah dengan komentar sang pemilik akun. 

Atau juga sering para pemilik media sosial terjebak pada clikbait, mengambilnya sebagai konten medsos mereka, diberi tambahan komentar dan kemudian komentar lain membanjirinya. 

Konten itu kemudian disebarkan hingga viral. Beberapa pemilik akun medsos bahkan mencari uang dari konten semacam ini. Beberapa dari mereka bahkan menjadi kaya raya karena konten informasi.

Jika informasi awal benar, maka beruntunglah pembaca. Namun jika tidak, maka masyarakat juga yang dirugikan karena mengkonsumsi informasi yang tidak benar bahkan menyesatkan. Akibatnya persepsi masyarakat terhadap sesuatu juga akan tidak tepat. Siapa yang dirugikan ? Kita semua bahkan negara dan bangsa.

Contoh yang paling actual adalah berita soal diskriminasi siswa non muslim di sebuah sekolah menengah di Depok. Dalam gambar ada beberapa siswa yang duduk-duduk dan di keterangan foto tersebut disebutkan bahwa para siswa non muslim itu tidak mendapat ruang kelas untuk menerima pelajaran agama non muslim.

Foto dan berita itu menyebar, viral dan menghebohkan banyak pihak sampai sekelas Menkedikbudpun meresponnya. Setelah diklarifikasi oleh pengurus sekolah, didapat fakta bahwa para siswa itu menunggu sebuah ruangan kelas untuk dipakai mapel agama non muslim.

Mencari kebenaran atas sebuah informasi dalam agama disebut tabayun. Tabayun masa kini adalah tabayun digital yang sebenarnya bisa dilakukan secara mandiri melalui beberapa langkah.

Awal menerima informasi (apapun) apalagi jika dari medsos, sebaiknya kita bersikap skeptis (ragu).  Sikap skeptis ini menjadi motivasi bagi kita untuk melakukan pengecekan informasi dengan berbagai cara, tentunya.

Bagaimanapun, tabayun harus kita lakukan pada era kini untuk mendapatkan informasi yang benar. Dengan kebenaran itu, maka kita akan mendapatkan keadilan dan rasa aman bagi semua. Apalagi, tabayun adalah hal yang juga dianjurkan oleh Al-Quran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun