Pada abad ini Islam mengalami banyak hal, dimulai dengan beberapagerakan radikal di Afganistan,Afrika dan beberapa negara seperti gerilyawan Filipina. Mengalami puncaknya saat dua pesawat yang konon dibajak oleh anggota Al-Qaeda menabrakkan diri ke menara kembar WTC di New York, 11 September 2001 dan menewaskan 3000 orang.
Tak berhenti sampai di situ, Indonesia juga mengalami hal serupa dengan bom Bali yang meledak di Kuta tahun 2002 dan menewaskan sekitar 200 orang. Diikuti oleh beberapa bom yang meledak di Jakarta, Mojokerto, Medan dan lain sebagainya. Negar seperti Pakistan dan India juga mengalami hal yang sama, semuanya rata-rata beralasan soal agama.
Ya, Islam memang mengajarkan militansi terhadap ajaran, namun di sisi lain Islam mengajarkan umatnya untuk menghargai perbedaan dan bersikap toleran terhadap pihak atau kelompok yang berbeda keyakinan. Ini ditunjukkan oleh Sembilan Wali yang menyebarkan Islam di Jawa dengan damai. Mereka melakukan pendekatan akulturasi budaya dan tidak melakukan kekerasan dalam menyebarkan agama.
Cara Wali Songo itu diikuti oleh kalangan Islam moderat yaitu menyebarkan agama dengan santun dan merakyat. Sehingga tidak melakukan hal yang mengganggu umat lain. Kita bisa melihat ini adalah di pesisir utara Jawa dan beberapa bagian di Indonesia, dimana Islam bisa berdampingan dengan agama lain yaitu melibatkan aspek sosial beragama tanpa membuang aspek militansi.
Hanya saja perkembangan selanjutnya memang terasa berbeda. Keterbukaan informasi membuat beberapa kalangan merasa bahwa Islam yang kita pelajari bukan Islam seperti aslinya. Lalu ada gerakan untuk 'membawa umat Islam' seperti pada zaman Nabi Muhammad dulu.
Gerakan ini ada beberapa cara diantaranya adalah dengan kekerasan, dengan masuk ke bidang politik dan ada yang masuk ke sekolah dengan memperkenalkan islam konservatifnya.Â
Gerakan ini kemudian menimbulkan banyak hal negatif diantaranya adalah bom Surabaya yang berlangsung pada tahun 2018 adalah buah dari ajaran militansi agama yang dipelajari oleh kepala keluarga pengebom yang belajar di satu universitas di Surabaya dan mengikuti ekstra kulikuler.Â
Ekstra kulikuler bidang agama inilah yang ditengarai mengajarkan seseorang atau sebuah kelompok bersikap intoleran dan beberapa diantaranya menjadi radikal. Â
Menjadi Islam memang harus punya sikap menyala dalam mendalami dan mendakwahkan Islam dan melaksanakan amar maruf nahi mungkar serta membela Islam itu sikap militansi agama . Namun jangan lupa aspek sosial yang juga harus dimiliki oleh muslim yaitu menghargai perbedaan dan melaksanakan perdamaian untuk semua kelompok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H