Mohon tunggu...
Mery Indriana
Mery Indriana Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

penyuka senja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kita Bisa Lampaui Majapahit dan Sriwijaya

21 Agustus 2021   07:54 Diperbarui: 21 Agustus 2021   07:57 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usia negara kita menginjak 76 tahun pada 17 Agustus lalu. Jika dibandingkan dengan usia manusia memang bisa digolongkan sebagai sosok yang sepuh atau tua. Namun jika kita bandingkan dengan ukuran negara atau bangsa sebenarnya umur 76 adalah masih yunior. Ini bisa kita bandingkan dengan kerajaan Majapahit atau Sriwijaya misalnya, yang mencapai sekitar 3 abad atau 300 tahunan.

Lantas, apa yang bisa kita catat dari usia 76 ini ?

Kita merasa ada fokus perjuangan dan tujuan yang berubah. Jika dulu kita berjuang mati-matian untuk memperoleh kemerdekaan , kini kita harus mengisinya dengan kegiatan positif. Dengan begitu kemajuan diri dan bangsa ini dari banyak segi ; ekonomi, politik, sosial, budaya dll dapat diperoleh. Namun memang ada faktor yang sangat mengganggu upaya kemajuan kita ini yaitu korupsi dan radikalisme.

Dalam tulisan ini saya tidak .bahas korupsi yang sudah sangat jelas harus diberantas. Yang harus kita upayakan bersama adalah soal radikalisme karena gerakan ini sering muncul tanpa ragu di depan masyarakat Indonesia. Prof. Mahfud MD menyebut radikalisme adalah setiap upaya membongkar sistem yang sudah mapan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan cara kekerasan.Sejati nya radikalisme diartikan sebagai paham dalam politik yang inginkan pembaharuan sosial politik dalam waktu singkat. Sederhananya, paham radikal adalah sikap ekstrem dalam aliran politik.

Nah, paham radikal sering mencantolkan agama untuk disebarkan dan dipahami masyarakat. Banyak cara yang mereka lakukan semisal menggunakan pemahaman tertentu dengan mengutip ayat suci Alquran dengan meniadakan konteksnya. Sehingga ayat-ayat suci menjadi hal kaku untuk diterapkan dalam kehidupan yang memang sudah berbeda dibanding zaman Nabi Muhammad.

Ajaran-ajaran dan pemahaman ini menyebar dengan cepat melalui teknologi sampai pada generasi muda yang mungkin tidak punya role model teladan dalam hidupnya. Contoh yang paling nyata adalah aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar (28/03/2021) dan serangan terhadap Mabes Polri oleh perempuan berinisial ZA (31/03/2021). Dua peristiwa itu adalah rentetan aksi terorisme yang berakar dari radikalisme yang hanya terpaut tiga hari dan membuat masyarakat Indonesia kembali merasa khawatir, karena beberapa tahun sebelumnya terjadi bom Thamrin (2016) dan bom Surabaya (2018).

Yang harus dicatat pada dua peristiwa tahun 2021 yaitu bahwa pelaku meninggalkan surat wasiat kepada keluarga yang intinya melarang keluarga untuk terlibat atau berhubungan dengan negara ( yaitu melarang berhubungan dengan bank dan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan). Dua contoh kecil ini adalah faktor pengganggu dalam membangun bangsa dan negara ini ke arah yang lebih maju, lebih baik dan lebih toleran.

Karena itu, jika kita mau bangsa ini melebihi Majapahit dan Sriwijaya, maka kita harus bekerja lebih keras memerangi radikalisme dan faktor pengganggu lainnya.

Semoga kita bisa melampaui Majapahit dan Sriwijaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun