Indonesia merupakan negara yang mempunyai ribuan suku, budaya dan bahasa. Banyaknya budaya lokal membuat negara ini begitu beragam dalam berbagai hal. Tak heran jika Indonesia sangat heterogen. Keberagaman itulah yang terkadang bisa memicu perselisian, egoisme sektoral. Seorang jawa merasa berhak atas semuanya, karena memang tinggal di daerah Jawa, sementara pendatang dibatasi haknya. Klaim semacam ini terkadang juga terjadi di sektor lain. Ada yang berhubungan dengan keyakinan, politik, dan segala macamnya.
Perbedaan itu bisa berpotensi menjadi boomerang, jika kita tidak bisa merawatnya. Terlebih di tahun politik seperti sekarang ini, berbagai kemungkinan bisa terjadi. Tidak jarang para oknum menggunakan sentiment SARA, ujaran kebencian ataupun hal negatif lain, untuk menurunkan elektabilitas pasangan calon.Â
Akibatnya, para pendukung di tingkat akar rumput saling berbeda pandangan yang berpotensi terjadinya gesekan. Beberapa indikasi terkait hal itu sudah terlihat. Jika dulu muncul organisasi Saracen, kini muncul muslim cyber army (MCA). Kelompok ini sengaja menyebarkan informasi hoax untuk membuat pilkada damai bisa terganggu.
Indonesia mempunyai budaya lokal yang sangat kuat. Dan masing-masing budaya lokal mempunyai nilai-nilai perdamaian yang tinggi. Toleransi misalnya. Hampir setiap daerah menjunjung tinggi nilai-nilai ini. Dan nilai toleransi ini pun juga diadopsi dalam dasar negara Pancasila dan UUD 1945.Â
Kenapa? Karena toleransi merupakan budaya yang lahir dari masyarakat Indonesia sendiri. Dan karena itu pula, meski keberagaman di Indonesia sangat tinggi, mayoritas masyarakatnya masih tetap menjunjung tinggi rasa saling menghormati dan menghargai. Begitu juga dengan budaya gotong royong. Membuktikan bahwa masyarakat Indonesia sejatinya merupakan masyarakat yang saling peduli, saling membantu satu dengan yang lain.
Perdamaian merupakan harga mati bagi Indonesia. Upaya untuk merebut kemerdekaan dari penjajah, salah satunya untuk mewujudkan Indonesia damai, yang adil bagi seluruh masyarakat Indonesia. Jika saat ini ada pihak-pihak yang sengaja menebar kebencian, yang bisa berpotensi mengganggu kedamaian dan kerukunan antar umat beragama, semestinya tidak dilakukan. Karena menebar kebencian bukanlah budaya asli bangsa Indonesia. Selain itu, tidak ada satupun ajaran agama yang mengajarkan saling membenci antar sesama. Yang ada justru sebaliknya. Semua agama mengajarkan untuk saling menghormati dan menghargai antar sesama.
Mari saling mengingatkan. Bahwa menebar kebencian seperti yang dilakukan oleh MCA dan Saracen, merupakan tindakan yang merugikan kita semua. Mari kuatkan komitmen bersama, untuk tetap menjaga NKRI dari segala jenis ancaman. Ingat, jika ujaran kebencian ini terus dilakukan, makan pihak-pihak yang mendompleng untuk memanfaatkan ketidakstabilan ini untuk mewujudkan keingingannya. Salah satunya adalah kelompok intoleran, kelompok radikal, bahkan kelompok teroris.Â
Mereka akan muncul dengan menyalahkan pemerintah karena tidak bisa menjaga stabilitas negara. Mereka akan membuat propaganda pemerintah tidak islami, pemerintah tidak berpihak kepada rakyat, dan lain sebagainya. Ujung-ujungnya, konsep khilafah yang selama ini sulit mereka wujudkan, kembali akan muncul ke permukaan. Karena itulah, jangan terprovokasi informasi menyesatkan, bekali dengan literasi media yang kuat, dan paham ajaran agama secara benar. Semuanya itu akan menjaga agar kita tetap mengedepankan damai dan meninggalkan bibit kebencian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H