Mohon tunggu...
Mery Indriana
Mery Indriana Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

penyuka senja

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jangan Menjadi Generasi Penghancur

27 Maret 2016   10:01 Diperbarui: 27 Maret 2016   10:17 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="ciricara.com"][/caption]Sudah menjadi hal yang lumrah, tongkat estafet diberikan kepada yang muda. Sudah menjadi hal yang wajar pula, jika yang muda adalah yang menjaga. Masih ingatkah kita dengan petuah ibu kita? Agar selalu menjaga adik kita ketika orang tua pergi. Sudah semestinya, semangat menjaga ini terus tumbuh seiring bertambahnya kedewasaan kita. Namun, fakta yang muncul akhir-akhir ini justru berbeda. Banyak generasi muda kita bukan menjadi generasi yang menjaga. Tapi justru berubah drastis menjadi generasi penghancur.

Masih ingat dengan bom Brussel, Belgia pekan kemarin? Pelaku yang bersaudara itu, meledakkan dirinya secara bergantian. Bakraoui bersaudara, merupakan gangster biasa. Selepas dari penjara, dia berubah menjadi radikal dan meledakkan dirinya. Masih ingat pula video pelaku bom Thamrin, yang meledakkan dirinya dari balik mobil. Mereka semua, yang di Belgia ataupun yang di Indonesia, semuanya masih berusia muda. Seharusnya masih punya masa depan yang cerah.

Namun, paham radikal keagamaan yang telah membawa mereka menjadi bomber. Tanpa tahu apa maksud dan tujuannya meledakkan diri tersebut. Meledakkan diri yang dianggap sebagai bagian dari jihad itu, tak beda dengan seorang yang bingung dan melakukan aksi bunuh diri. Padahal kita tahu, melukai tubuh apalagi bunuh diri, itu tidak dibenarkan berdasarkan agama.

Banyak kalangan muda, yang menjadi korban indoktrinasi oleh kelompok radikal keagamaan. Iming-iming mati syahid, janji masuk surga dengan ditemani para bidadari cantik, nampaknya banyak menggoyahkan iman para anak muda. Anak muda memang mudah untuk dipengaruhi, Mudah untuk dicuci otaknya. Disisi lain, anak muda biasanya mempunyai semangat tinggi. Gampang nekad jika ingin melakukan sesuatu. Makanya, bagi sebagian yang tak bisa mengendalikan diri, ada yang menjadi preman. Dan kalau sudah begini, akan lebih mudah direkrut, seperti Bakraoui bersaudara tadi, yang meledakkan dirinya di sebuah bandara di Brussel, Belgia.

Mari kita cermati perilaku kelompok teror, seperti ISIS. Hampir tidak ada satupun tindakan yang diunggah ke sosmed, atau yang ditunjukkan ke masyarakat bersifat positif. Melakukan bakti sosial misalnya. Atau melakukan reformasi birokrasi untuk menuju pemerintahan yang diinginkan. Atau mungkin perbuatan positif lainnya. Yang muncul justru mengeksekusi, mengeksekusi, dan mengeksekusi. Disisi lain, mereka mengatakan bahwa hal ini merupakan jalan Allah. Dari sini saja, tidak sama sekali tidak masuk akal.

Ayo teman, mari kita berpikir secara rasional. Apa untungnya bergabung dengan ISIS? Apa untungnya bergabung dengan kelompok keagaamaan, kalau ujung-ujungnya menghancurkan diri dengan cara bunuh diri? Ayo gunakan logika kita. Jangan biarkan paham kekerasan itu merusak pikiran kita. Dan jangan biarkan paham kekerasan itu merusak generasi penerus bangsa. Jadilah generasi penjaga, dan jangan menjadi generasi penghancur. Masa depan harus diisi dengan perbuatan yang bermanfaat, bukan dengan dihancurkan dengan perbuatan sesat, yang merugikan semua orang.

Sadarlah, masa depan negeri ini berada ditangan para pemuda. Para pendahulu telah memberikan contoh. Bagaimana seorang Soekarno muda, yang tak pernah lelah memperjuangkan kemerdekaan negeri ini. Bagaimana seorang Soetomo, yang telah mampu mengajak kaum pandai untuk berorganisasi. Mereka adalah generasi penjaga. Mereka akan terus dikenang karena telah berkontribusi positif untuk negeri. Sekarang pilihan ada di tangan kita. Semoga bisa menjadi renungan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun