Mohon tunggu...
Ledawarni Merici Satepu
Ledawarni Merici Satepu Mohon Tunggu... Koki - MAHASISWI PENERIMA BEASISWA BIDIKMISI || STP TRISAKTI || D4 HOTEL 2019
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta, Jurusan Perhotelan 2019

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Titi, Tato Tradisional Suku Mentawai

17 Agustus 2020   22:24 Diperbarui: 9 September 2020   10:41 1389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halo Sobat Kompasianer, saya Ledawarni Merici Satepu Mahasiswa dari  Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta dan saya mahasiswa penerima Beasiswa Bidikmisi. Kali ini saya ingin berbagi sedikit pengetahuan tentang Tato Tradisional Suku Mentawai yang merupakan salah satu Wisata Budaya yang ada di Kepulauan Mentawai.  Selamat membaca.

Mendengar kata "tato" pasti teman - teman semua sudah tahu. Dimana tato merupakan seni merajah tubuh dengan berbagai tulisan, simbol, bahkan replika foto yang dituangkan di atas kulit tubuh. Dan tak sedikit dari kita juga beranggapan kalo yang beratato itu jahat dan pikiran negatif lainnya. Padahal tato tersebut merupakan sebuah seni lukis yang dituangkan di atas tubuh dan tato juga merupakan salah satu ciri khas suatu suku/ras. Dan untuk suku Mentawai sendiri itu merupakan ciri khas mereka.

Nah, ada yang sudah tahu tentang Suku Mentawai? Jika belum yuk simak.

Suku Mentawai merupakan suku pedalaman asli Kepulauan Mentawai yang berada di bagian Barat Sumatera Barat. Dimana kebudayaan dari Suku Mentawai serta adat istiadatnya masih sangatlah kuat dan memiliki agama dan kepercayaan tersendiri. Suku Mentawai percaya bahwa benda mati memiliki roh dan jiwa. Dimana jika kita tidak merawatnya dengan baik akan mengakibatkan kesialan serta datangnya penyakit. Sama halnya dengan tato tradisional suku Mentawai tidak sembarang orang membuatnya harus melalui proses ritual adat suku Mentawai terlebih dahulu.

Suku Mentawai menyebut tato tradisional dengan "Titi" dan sipembuat tato disebut dengan "Sipatiti". Titi dibuat menggunakan alat manual dan berbahan alami yakni jarum yang terbuat dari kayu serta menggunakan bahan tinta dari tumbuh-tumbuhan yaitu dari arang tempurung kelapa dan air tebu.

tato-2-5f584d13d541df4094477832.png
tato-2-5f584d13d541df4094477832.png
Dalam pembuatan Titi ( tato) pada suku Mentawai dibagi menjadi tiga tahap yakni : 
  1.  Tahap Pertama, saat sudah berusia 11-12 tahun dan yang ditato di area pangkal lengan.
  2.  Tahap Kedua, saat sudah berusia 18-19 tahun dan yang ditato di area paha.
  3. Tahap Ketiga, setelah dewasa dimana tato dilanjutkan pola durukat/tulang rusuk di bagian dada, titi Takep/telapak tangan, titi Rere/kaki di bagian paha dan kaki, dan Titi puso/pusar di bagian perut. dan dilanjutkan sampai ke seluruh tubuh.

Dari tahapan pembuatan titi/tato di atas saya ingin menjelaskan bahwa usia 11-19 tahun (masih sekolah) tersebut hanya berlaku pada zaman dulu dimana area pedalaman suku Mentawai tersebut belum mengenal baca tulis/sekolah, dimana saat itu untuk usia seperti itu sangatlah wajib dilakukan jika anak-anak mereka sudah berusia 11-19 tahun tersebut. Sekarang hanya orang dewasalah yang bisa membuat tato tersebut sedangkan anak sekolah dilarang keras oleh orangtua untuk membuat tato. Proses pembuatan tato tersebut tidak lepas dari upacara adat sebelum membuta tato. Sipatiti/ pembuat tato dibayar dengan seekor babi atau ayam. 

Bagi suku Mentawai tato merupakan suatu tanda yang merujuk pada tingkatan sosial dan profesi seseorang. Misalnya,di seorang nelayan saat itu dia mendapatkan seekor Ratu/kura-kura laut yang besar, maka sampai dirumah dia membuat titi/tato kura-kura laut tersebut sebagai perayaan bahwa ia telah berhasil menangkap kura-kura tersebut. Selain itu juga sebagai simbol keseimbangan alam. Serta titi/tato juga memiliki fungsi estetika bagi orang-orang di luar suku Mentawai, dimana merupakan suatu bentuk seni. Hal tersebutlah yang menjadikan Suku Mentawai menjadi salah satu tujuan Wisata Budaya. Yang hobi travelling wisata budaya bisa benget nih dicoba :)

Nah, itulah penjelasan singkat tentang Titi/Tato Tradisional Suku Mentawai yang saya ketahui, jika ada salah kata/ungkapan yang menyinggung, saya mohon maaf. 

Semoga bermanfaat

Selamat membaca sobat kompasianer :)  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun