Halo Sobat Kompasianer, saya Ledawarni Merici Satepu Mahasiswa dari  Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta dan saya mahasiswa penerima Beasiswa Bidikmisi. Kali ini saya ingin berbagi sedikit pengetahuan tentang Tato Tradisional Suku Mentawai yang merupakan salah satu Wisata Budaya yang ada di Kepulauan Mentawai.  Selamat membaca.
Mendengar kata "tato" pasti teman - teman semua sudah tahu. Dimana tato merupakan seni merajah tubuh dengan berbagai tulisan, simbol, bahkan replika foto yang dituangkan di atas kulit tubuh. Dan tak sedikit dari kita juga beranggapan kalo yang beratato itu jahat dan pikiran negatif lainnya. Padahal tato tersebut merupakan sebuah seni lukis yang dituangkan di atas tubuh dan tato juga merupakan salah satu ciri khas suatu suku/ras. Dan untuk suku Mentawai sendiri itu merupakan ciri khas mereka.
Nah, ada yang sudah tahu tentang Suku Mentawai? Jika belum yuk simak.
Suku Mentawai merupakan suku pedalaman asli Kepulauan Mentawai yang berada di bagian Barat Sumatera Barat. Dimana kebudayaan dari Suku Mentawai serta adat istiadatnya masih sangatlah kuat dan memiliki agama dan kepercayaan tersendiri. Suku Mentawai percaya bahwa benda mati memiliki roh dan jiwa. Dimana jika kita tidak merawatnya dengan baik akan mengakibatkan kesialan serta datangnya penyakit. Sama halnya dengan tato tradisional suku Mentawai tidak sembarang orang membuatnya harus melalui proses ritual adat suku Mentawai terlebih dahulu.
Suku Mentawai menyebut tato tradisional dengan "Titi" dan sipembuat tato disebut dengan "Sipatiti". Titi dibuat menggunakan alat manual dan berbahan alami yakni jarum yang terbuat dari kayu serta menggunakan bahan tinta dari tumbuh-tumbuhan yaitu dari arang tempurung kelapa dan air tebu.
- Â Tahap Pertama, saat sudah berusia 11-12 tahun dan yang ditato di area pangkal lengan.
- Â Tahap Kedua, saat sudah berusia 18-19 tahun dan yang ditato di area paha.
- Tahap Ketiga, setelah dewasa dimana tato dilanjutkan pola durukat/tulang rusuk di bagian dada, titi Takep/telapak tangan, titi Rere/kaki di bagian paha dan kaki, dan Titi puso/pusar di bagian perut. dan dilanjutkan sampai ke seluruh tubuh.
Dari tahapan pembuatan titi/tato di atas saya ingin menjelaskan bahwa usia 11-19 tahun (masih sekolah) tersebut hanya berlaku pada zaman dulu dimana area pedalaman suku Mentawai tersebut belum mengenal baca tulis/sekolah, dimana saat itu untuk usia seperti itu sangatlah wajib dilakukan jika anak-anak mereka sudah berusia 11-19 tahun tersebut. Sekarang hanya orang dewasalah yang bisa membuat tato tersebut sedangkan anak sekolah dilarang keras oleh orangtua untuk membuat tato. Proses pembuatan tato tersebut tidak lepas dari upacara adat sebelum membuta tato. Sipatiti/ pembuat tato dibayar dengan seekor babi atau ayam.Â
Bagi suku Mentawai tato merupakan suatu tanda yang merujuk pada tingkatan sosial dan profesi seseorang. Misalnya,di seorang nelayan saat itu dia mendapatkan seekor Ratu/kura-kura laut yang besar, maka sampai dirumah dia membuat titi/tato kura-kura laut tersebut sebagai perayaan bahwa ia telah berhasil menangkap kura-kura tersebut. Selain itu juga sebagai simbol keseimbangan alam. Serta titi/tato juga memiliki fungsi estetika bagi orang-orang di luar suku Mentawai, dimana merupakan suatu bentuk seni. Hal tersebutlah yang menjadikan Suku Mentawai menjadi salah satu tujuan Wisata Budaya. Yang hobi travelling wisata budaya bisa benget nih dicoba :)
Nah, itulah penjelasan singkat tentang Titi/Tato Tradisional Suku Mentawai yang saya ketahui, jika ada salah kata/ungkapan yang menyinggung, saya mohon maaf.Â
Semoga bermanfaat
Selamat membaca sobat kompasianer :) Â