[caption caption="Foto diambil dari google. www.repelita.com/wp-content/uploads/2016/01/BLOK-MASELA-04-copy.jpg"][/caption]
Â
Baru saja saya mengikuti dialog tentang kemaritiman yang dihadiri beberapa peserta. Untuk yang kesekian kali dalam dialog tersebut TENGKULAK menjadi sasaran telak. TENGKULAK selalu dikambing hitamkan. ingin rasanya kaki ini melompat masuk dalam arena demi "jewer" mereka satu-persatu. Tapi apa daya saya hanya penonton.Â
Menurut hemat saya, (pasang muka serius) tengkulak itu seorang ekonom handal, seorang praktisi cerdas. Tengkulak adalah pedagang yang berkembang secara tradisional di Indonesia dalam membeli komoditas dari petani, dengan cara berperan sebagai pengumpul (gatherer), pembeli (buyer), pialang (broker), pedagang (trader), pemasaran (marketer) dan kadang sebagai kreditor secara sekaligus.
Nelayan kepingin punya elektronik kreditnya sama tengkulak. Anaknya sakit atau perlu biaya sekolah pinjam duitnya ya sama tengkulak. Bahan bakar habis mintanya sama tengkulak, dan tidak jarang untuk kebutuhan sehari-hari para nelayan, ada peran tengkulak didalamnya.
Lantas, dimana peran lembaga keuangan yang dibangun pemerintah selama ini? Mungkin hanya segelintir orang saja yang bisa mengakses, bisa menikmati fasilitas pemerintah. Terbukti ketika harga komoditi jatuh, nelayan tidak bisa menutupi biaya operasionalnya, tengkulak  disalahkan karena terlalu murah membeli hasil tangkapan mereka.Â
Dalam hal ini pendampingan demi meningkatan kwalitas sdm dalam keluarga nelayan tradisional sangatlah penting. Bagaimana cara mengolah paskah panen agar daya jual semakin meningkat, kemana menjual olahannya, tehnologi tepat guna apa yang harus dipakai, dll.... Merekapun harus di bina cara membangun usaha bersama supaya bisa melaut lebih jauh dengan kapal yang lebih besar, dengan alat yang lebih cangih dan modern, Â seandainya itu bisa terwujud, laut kita akan aman nelayan kita sendiri yang memanen ikannya, otomatis nelayan yang akan menjaga laut nya sendiri. Masuk akal to?!Â
Nah yang terpenting dan harus digaris bawahi adalah dalam memberikan program bantuan kepada nelayan harus benar-benar lepas dari unsur politik. Tidak jarang bantuan yg diturunkan tidak tepat sasaran, bantuan justru turun pada kelompok-kelompok nelayan fiktif. Bener nggak? Hehehe...
Seharusnya tengkulak yang keberadaannya ditengah-tengah nelayan, dilibatkan secara resmi dalam tataniaga hasil laut. Tengkulak itu ibarat komandan regu di sebuah pasukan besar dalam satu batalion. Bayangkan jika tengkulak dihimpun dalam satu lembaga untuk bisa ikut mengelola coldstorage, pastinya akan lebih mudah membenahi tataniaga hasil laut, karena jelas secara de facto mereka memiliki pasukan yang hari-hari melaut. Tengkulak lah yg bisa menghitung secara lebih akurat produksi hasil tangkapan dalam satu wilayah.Â
Atau libatkan juga koperasi Angkatan laut untuk terjun langsung di industri penangkapan dan pengolahan ikan. Sama seperti tentara yg diturunkan ke sawah lewat program upsus. Jangan keberadaan pos AL di pinggir semua pantai yang ada hanya untuk menakut-nakuti saja. (Layaknya orang-orangan sawah)
Jika nelayan, tengkulak dan lembaga-lembaga terkait mampu bersinergi dan smart saya yakin Mentri Susi akan mensuport habis habisan. (Harusnya sih begono...)