Mohon tunggu...
Merva
Merva Mohon Tunggu... -

Lebih Baik Segenggam Beras Ditangan, Daripada Sekantung Gandum Diangan-angan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerpen | Istri untuk Suamiku

28 Oktober 2016   10:45 Diperbarui: 28 Oktober 2016   11:06 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="sumber foto : dokumen pribadi"][/caption]Jujur aku selalu bahagia ketika menginjakkan kaki dipematang sawahku ini. Matahari, awan, kabut dan tarian burung pipit berlompatan lincah diatas benih-benih tomat semaian pak Rohmad.

Tapi pagi ini lain. Mana mungkin aku merasa bahagia melihat tatapan kosong sahabatku yang sedari tadi menunggu sendirian di salah satu gubuk sawah tempat singah para pekerja. Ya, namanya Siti Nur Khasanah, dia sahabatku sejak SMA. 

Pagi ini, kujumpai nanah derita dalam kabut matanya ingin menetes, serupa kumpulan embun di subuh buta yg hendak jatuh di pucuk-pucuk kuncup dedaunan basah. Bisiknya nyeri "maaf, aku sudah mengambilnya darimu. Aku merenggut suamimu..." terdengar pelan suara isaknya. 

Airmatanya menguyur deras membasahi tirus pipinya. Serupa derasnya saluran irigasi di depan kami.

Sejauh cerita bergulir, kupercaya tak ada satupun benang kusut yang tak dia urai dihadapanku. Keriput-keriput halus sudah menampakan diri dari wajah pucatnya. Perutnya buncit dan aku yakin ada benih suamiku di dalamnya... "Ah, jika seperti ini kejadiannya, lebih baik aku mati saja agar aku bisa terlepas bebas. Aku bisa menjadi sahabat seutuhnya bagimu, tanpa sedikitpun meninggalkan penghianatan pahit yang membunuhku perlahan" lanjutnya.

Kadang gejolak pernikahan terjadi bukan karena ketidakcocokan, namun bisa jadi karena terbiasa mandiri. Kesibukan membuat aku tak pernah menyeduh kopi pagi untuk suamiku. Sementara Nur  sahabatku selalu menggantikan posisiku di rumah. Dia pintar meracik sambal, sementara aku lupa suamiku suka ikan asin jambal. Aku terbiasa hidup tanpa merepotkan suamiku. Begitu pula suamiku yang tak lagi memerlukan aku sejak Nur hadir enam bulan lalu.

"Kini dia suamimu sayang, bukan lagi suamiku. Semoga rumah tangga kalian langgeng dan bahagia" jawab ku datar sambil tersenyum. "Jaga dan rawatlah rumah dan segala isi di dalamnya" lanjutku sambil menyerah kan sekantong kunci ke genggamannya. 

Aku segera membalikkan badan berlari kecil di pematang sawah menuju mobil fortuner milik kekasih gelap ku yang aku simpan sejak 4 tahun lalu. 

 

Selamat datang hari baru !

 

Tamat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun